Share

Story of Rara

Penulis: Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-14 10:04:27

 "Besok lagi kalau mau pulang duluan ngabarin, jangan ngilang gitu aja!" Cerca Rey ke Rissa.

 "Lah kan udah ngabarin, abang aja yang lupa. Kan dari tadi malam Rissa udah bilang mau nusul abang ke Jakarta, eh malah ngak di respon. Dikira Rissa becanda ya bang." Cicit Rissa tak merasa bersalah.

Padahal Reyhan merasa khawatir, karena dari shubuh Margin telepon ngabari kalau Rissa ngak jadi pulang ke rumahnya, tapi justru Ia malah nyusul abangnya ke Jakarta.

Reyhan menatap tajam kearah Rissa, buru buru gadis usia 17 tahun itu menunduk takut dan memainkan jemarinya.

 "Tau ngak, abang ini khawatir." Reyhan membuang nafasnya perlahan, lalu menyenderkan bahunya di kursi game kesayangannya.

 "Alafuu, (Maaf) Rissa janji ngak bakal ngulangin lagi." Rissa mendekatkan jari kelingkingnya ke Reyhan. Dengan cepat reyhan menghindar dan merasa geli dengan tingkah sang adik.

  "Abang ini lucu ya, sama jari kelingking kok takut. Hihi.." Rissa terkekeh mendapati sikap abangnya yang absurd.

 "Bukan takut, geli." 

 "Sama aja, Oh ya bang Rissa mau cerita dikit. Tadi kan waktu Rissa makan bubur terus mau bayar dompet Rissa hilang."

 "Hilang?" 

 "Ya hilang, terus Rissa bingung mau bayar pake apa ni. Terus Rissa cari cari tuh uang receh siapa tau aja kan ada ya di tas--"

 "Hahaa.." Tawa reyhan memecah keheningan. Rissa mencelos merasa kesal.

 "Nasib punya abang ngak ada akhlak!" Ucapnya lalu pergi begitu saja, meninggalkan reyhan yang masih penasaran dengan cerita adiknya barusan.

 "Eh, lanjutin dong ceritanya Ris. Abang kan penasaran, terus dedek Rissa bayarnya pake apa?" 

 "Dedek tungguin abang Rey dong." Goda reyhan seraya terkekeh melihat tingkah adiknya kalau ngambek pasti makan. 

 "Alamat cepat sold nih kalau gini." Lirihnya.

 **

 "Banyak banyakin doa." Lirih Wati ke suaminya yang tengah duduk di kursi roda yang mengahadap kiblat.

 "Iya." Jawab Bagas singkat, usai berwudhu Ia akan menunaikan salat maghribnya diatas kursi roda seperti biasanya.

 "Lebih spesik lagi, buat Rara anak kamu. Doain semoga Rara berjodoh dengan anaknya Margin namanya Reyhan." Bagas menoleh ke belakang menatap istrinya.

 "Ibu kan bisa bantu doain juga, sana ambil air wudhu kita jamaah." Tutur suaminya.

 "Malas! Salat miskin, ngak salat masih aja miskin." Ucapnya cukup lantang, sampai terdengar di kamar Rara dan Fira di bagian belakang dekat dapur.

Fira menatap sendu kearah Rara, Ia sering mendapati Wati memarahi Bagas dan sering membentaknya didepan banyak orang. Karena Bagas pengangguran dan dianggap menjadi beban bagi dirinya.

 "Udah, ngak usah didengerin. Kamu lanjutin belajar aja lagi, kakak mau mandi dulu ya, lengket abis pulang kerja." Tutur rara, Ia menepuk nepuk pundak Fira seraya tersenyum.

 "Sabar ya dek, Doain aja semoga Bapak lekas pulih."

 "Iya kak, maafin Fira ya kak." Fira tertunduk lesu.

 "Maaf untuk apa?" 

 "Gara gara Fira masih sekolah, kakak jadi gini. Pulang kerja, kerja lagi." Rara mengangkat dagu Fira keatas, lalu tersenyum.

 "Husst! Ini udah jadi tugas kakak, Adek cukup jadi anak yang baik dan berprestasi aja ya."

 "Pundak kakakmu ini cukup kuat, buat lima sampai sepuluh tahun kemudian." Balas Rara terkekeh, namun tidak dengan Fira. Ia masih saja merenung dan meratapi nasib keluarganya.

 "Sudah miskin, kena mental pulak." Ceplos Fira.

 "SAFIRA! Ngak boleh ngomong gitu." 

 ***

 "Telat lagi Ra?" Tegur lea, karyawan yang bertugas di bagian kasir. Rara tertunduk lesu "Maaf" selalu kata itu yang keluar dari mulutnya, Ia bahkan tak menceritakan soal dirinya yang harus full bekerja seharian demi meringankan beban Ibunya yang bekerja sambilan menjahit dirumah.

Sengaja, ia tidak menceritakannya dengan teman temanya, kecuali Lyodra. Baginya meskipun Ibu tirinya galak, itu wajar karena beban yang Ia pikul saat ini.

 "Enak ya, berangkat sesuka hati, gaji sesukamu." Sahut yang lain.

 "Gue juga mau." Sahut Vera, Widya dan Nita kompak.

 "Yaelah, mentang mentang yang punya tempat ini teman sendiri jadinya gitu deh. Kurang disiplin." Timpal nita.

 "Heh, udah kerja, kerja. Nanti kalau pak Maxime datang kelar hidup kalian." Bela Lea. Tiba tiba Nata datang dari ruang Cctv.

 "Rara, lo ikut gue." Ajak Nata, pegawai terlama disini, sekaligus orang kepercayaannya Maxime. Rara mengangguk lalu membuntutinya.

Keduanya menuju ruangan Boss yang biasa disebut wooden room, ruangan yang di design dengan luar biasa. Berkonsep ala jepang dominan dengan kayu dan bambu namun elok dipandang mata.

Netranya berembun menatap kearah Linda, sedetik kemudian Rara bersimpuh.

 "Maaf bu Linda, Rara telat lagi."

 "Hiks! Tolong jangan pecat Rara bu, Rara mohon." Pintanya dengan derai air mata yang membasahi wajahnya.

 "Nata, kamu boleh keluar sekarang, jangan lupa tutup lagi pintunya." Perintah Linda.

 "Baik bu Boss." Ucapnya patuh. Nata berjalan meninggalkan wooden room. Ia berfikir pasti kali ini Rara akan habis, Ia pasti akan dipecat dan kehilangan pekerjaan satu satunya. Vera datang menghampiri Nata yang nampaknya tengah berfikir.

 "Mana Rara?" 

 "Di wooden room." Jawabnya datar.

 "Rasain makanya kalau kerja jangan seenaknya, dipikir ini tempat emaknya." Sindir vera.

 "Ngak usah nyinyir, lagian orangnya ngak ada disini. Minggir, gue mau lanjut kerja." Balas Nata tak kalah sengit.

 "Bela aja terus Rara, ya ngak guys." Beberapa karyawan yang masih berkumpul di dapur mengangguk serempak. Nata memutuskan meninggalkan orang orang toxic didalam, Ia memilih menuju ke depan, Ia lebih baik gabung bareng pak Bandi tukang parkir restoran.

 "Nata naksir kali sama Rara." Timpal Nita.

 "Woey, nyinyir bae. Tuh ada pelanggan didepan layanin. Lo semua dibayar buat ini." Bentak lea kepada bagian dapur, lalu melemparkan nota pesanan yang jatuh berserakan di lantai.

 

**

 "Bangun Ra, Tante ngak bakalan pecat kamu, malahan tante  ingin memeberikan sesuatu buat kamu." Ucap linda lembut, Rara mengusap air matanya dan perlahan berdiri.

 "Se-serius Tan, eh Bu." Rara gugup, dan hampir saja keceplosan panggil tante, Pasalnya meskipun ia sudah dianggap bukan orang lain lagi bagi keluarga Linda, tapi ia masih ingin profesional kerja dengan panggilan formal Ibu.

 "Terimalah, buat berobat Bapak kamu." Linda memberikan segepok uang yang jumlahnya 10 juta, Rara gemetar tak menyangka.

 "Tan--" Linda menggenggam erat tangan Rara. Netranya berembun, Keduanya saling berpelukan, Rara tak kuasa menahan air matanya.

 "Makasih Tan, Hiks, Rara janji akan ajak Bapak berobat.

Bab terkait

  • Loving The wrong person   Lyodra pingsan!

    "Lyodra hari ini Papa ada meeting ke luar kota, Kamu gantiin Papa dulu ya." Tutur Maxime lembut kepada Lyodra, sebenarnya Maxime itu penyayang, tak jarang juga Ia menuruti keinginan putrinya yang telah beranjak dewasa itu. "Iya Pah." Balas lyodra patuh, sembari mengaduk aduk buburnya. "Oh ya Pa, Lyo mau tanya boleh?" Tanya lyodra antusias. "Iya, anak kesayangan mau tanya apa?" Maxime mengusap sudut bibirnya yang terkena selai strawberry. "Apakah Reyhan punya adik?" "Hahh!" Mang oden ternganga mendengar ucapan putri majikannya barusan. Bahkan sekelas mang Oden saja mengetahui perjodohan putri majikannya. "Mang oden udah datang?" Maxime melirik kearah mang Oden. "Iya Bos, Hehe.. Yaudah mamang mau langsung ke belakang dulu." Pamitnya segera, Mang oden salah satu pembantu dirumah keluarga Maxime. Sengaja Ia mempekerjakan karyawan yang pulang pergi, tidak menginap

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • Loving The wrong person   Membaik

    "Sayang--" Peluk Linda erat begitu memasuki kamar putrinya. "Maaf ya jadi ngrepotin kalian." Ucap Maxime ramah. "Iya pak, ngak papa kok. Malahan kita seneng bisa jagain Lyodra." Balas Sintya. "Kalian boleh pulang sekarang, dan kalian berdua boleh ambil cuti hari ini." "Makasih pak." Ujar mereka bersamaan."Kita berdua pamit pulang." Timpal rara menunduk. "Mari, pak, Bu, Lyo." "Ra, Sin. Thank you ya, udah mau jagain gue." "Iya beb, lekas pulih ya." Titah Rara diangguki oleh Lyodra. Lalu keduanya pergi diantar oleh supir pribadi Maxime. "Mamah, Papah, kok bisa tau Rara pingsan? Padahal Lyo udah menyuruh mereka agar tidak merepotkan kalian." Ujarnya dengan suara sedikit lemah. "Bukan mereka, tapi Nata yang telepon Papah malam itu." Maxime men

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14
  • Loving The wrong person   This is bucin

    Rara sedikit memicingkan matanya kala melihat Lyodra tengah membuka satu persatu kancing bajunya, kemudian menghampirinya. "Lo lagi ngapain? Yaelah, lama amat dari tadi gue tungguin Sat." "Hust! Diamlah."Lyodra berpose layaknya seperti model sexy di depan cermin toilet kamar mandi mall. "Lo lagi ngelayanin Dave? Dia minta Pap lagi sama Lo. Heran ya, udah tau si David tu brengseknya setengah mati, Lo masih aja ngelayanin Dia." Tutur rara. Namun Lyodra tetap tidak mengubris kata-kata Rara barusan, Lyodra justru berpose semakin panas. Dengan model baju sabrina yang memperlihatkan belahan dada yang rendah membuat pose biasa saja sedikit memperlihatkan dua aset beharga miliknya. "Minggir Sat. Gue mau foto sendirian di depan cermin, yang ada si David bukannya fokus ke Gue nanti malah fokus ke Elo lagi." Sarkas lyodra. "Iddih. gue j

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Loving The wrong person   Jodoh pilihan papa

    Waktu menunjukan pukul 09:00, Namun belum ada tanda-tanda Lyodra bangun. Padahal di meja makan sudah ada suara dentingan sendok beradu dengan garpu. "Mah Lyodra mana?" Tanya Maxime papanya Lyodra. "Masih tidur Pah. Tadi malam dia habis pulang larut malam."ujar Linda lesu. " Tanggepan Lyo gimana, soal perjodohannya dengan uztadz Reyhan?" "Feeling Mama dia ngak bakalan mau si Pah, tau sendiri Papa Lyo itu anaknya gimana." Tutur linda ke maxime. "Jadi, Mama belum kasih tau juga ke Lyodra?" Linda menggeleng. "Papa pikir aja dia anak kita satu-satunya pa. Masak papa tega jodohin anak kita tanpa membicarakan kepadanya terlebih dahulu." Linda kesal dengan maxime yang terkesan tega dengan putrinya sendiri.Linda menyuap nasi kedalam mulutnya, ia masih berharap maxime mau membatalkan perjodohan lyodra dengan putra dari kawannya maxime. "Bukannya papa udah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Loving The wrong person   Pertemuan kedua

    "Kita mau kemana nih?" Tanya rara. "Ke hatimuu." Jawab lyo dengan nada kocak. "Anying, receh lo beb." "Gue tanya lo laper ngak?" "Hehe, iya beb gue laper. Lo tau aja deh kalau perut gue lagi--" "Ck! Gue udah tau, buru pake sabuk pengamannya gue mau gas nih." "Emang ngak ada akhlak lo beb." Mobil yang dikendarai lyo hampir sampai di restauran, dengan kecepatan sedang keduanya masih bisa menikmati pemandangan kota di malam hari. "Astaga, lyo lihat itu si brengsek. Eh david maksudnya, hehe." Tunjuk rara ke sebrang jalan. Terlihat david tengah menuntun sepeda motor jenis sporty, Ia celingukan seperti menunggu seseorang. "Ck!" "Eh, eh, ngapain kok mobilnya putar arah?" Protes rara. "Brisik lo ra!" "Itu kan cowok gue, serah gue lah. Gue mau samperin dia." Timpal lyodra sewot. Ketika mobil yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Loving The wrong person   Lamaran ala tahu bulat

    Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya. "Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime. "Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya. **Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodraRara Bawel : Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan? Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat l

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Loving The wrong person   Antara amanah dan masa lalu.

    "Jadi gimana? Nak lyodra mau terima lamaran reyhan?" Ujar Margin basa basi. Sebenarnya margin tidak setuju reyhan melamar putri kesayangan maxime tersebut. Ia bahkan berharap kalau lyodra menolak lamaran reyhan putra sulungnya, pasalnya margin bakalan jodohin reyhan dengan putri dari temannya yang bernama wati. Sengaja ia datang dari Jombang untuk mampir kerumah wati yang berada di Jakarta. "Mmm---" Gumam lyodra wajahnya yang cantik alami berubah pucat pasi, ia sangat sangat gugup. Dihadapannya, reyhan menatap Lyodra seolah menanti jawaban pasti. "Maaf bu, lyo--" Maxime tersenyum manis kearah lyodra, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah seolah marah. Seolah menuntut janji oleh putrinya itu. Pasalnya pernah berjanji untuk kali ini saja menuruti kata kata papanya. "Lyo, mau menerima lamaran rey." Dengan mantap lyodra mengatakan itu di hadapan kedua belah keluarga, Margin yang kebetulan sedang meneguk air mineralnya&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Loving The wrong person   Forced

    Ting! Bunyi notifikasi dari handpone lyodra, Disitu tertulis nama "Forced" alias terpaksa, bukan tanpa alesan lyodra save nomer reyhan juga terpaksa dan takdir cintanya pun dipaksa oleh orang tuanya. Hiks! Sungguh ironis Forced. [Assalamualaikum..] [ Jika namamu yang tertulis di Lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan untuk diri kita, Tugasku mencari dirimu dan menyempurnakan separuh agamaku.] Deg! Jantung Lyodra berdegub kencang setelah membaca pesan dari reyhan. Belum pernah ada lelaki berkata seserius itu dengan lyodra, tak ada bandingannya dengan David yang selalu menghadiahinya janji palsu. Namun Lyodra terlanjur menyamakan semua cowok itu sama. [Jangan sok melangitkan rasa!] Balas lyodra. Reyhan mencerna balasan dari pesannya, sedikit menohok baginya, tapi Reyhan terus berusaha untuk bersabar menghadapi sikap lyodra yang sedikit kasar. Karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26

Bab terbaru

  • Loving The wrong person   Membaik

    "Sayang--" Peluk Linda erat begitu memasuki kamar putrinya. "Maaf ya jadi ngrepotin kalian." Ucap Maxime ramah. "Iya pak, ngak papa kok. Malahan kita seneng bisa jagain Lyodra." Balas Sintya. "Kalian boleh pulang sekarang, dan kalian berdua boleh ambil cuti hari ini." "Makasih pak." Ujar mereka bersamaan."Kita berdua pamit pulang." Timpal rara menunduk. "Mari, pak, Bu, Lyo." "Ra, Sin. Thank you ya, udah mau jagain gue." "Iya beb, lekas pulih ya." Titah Rara diangguki oleh Lyodra. Lalu keduanya pergi diantar oleh supir pribadi Maxime. "Mamah, Papah, kok bisa tau Rara pingsan? Padahal Lyo udah menyuruh mereka agar tidak merepotkan kalian." Ujarnya dengan suara sedikit lemah. "Bukan mereka, tapi Nata yang telepon Papah malam itu." Maxime men

  • Loving The wrong person   Lyodra pingsan!

    "Lyodra hari ini Papa ada meeting ke luar kota, Kamu gantiin Papa dulu ya." Tutur Maxime lembut kepada Lyodra, sebenarnya Maxime itu penyayang, tak jarang juga Ia menuruti keinginan putrinya yang telah beranjak dewasa itu. "Iya Pah." Balas lyodra patuh, sembari mengaduk aduk buburnya. "Oh ya Pa, Lyo mau tanya boleh?" Tanya lyodra antusias. "Iya, anak kesayangan mau tanya apa?" Maxime mengusap sudut bibirnya yang terkena selai strawberry. "Apakah Reyhan punya adik?" "Hahh!" Mang oden ternganga mendengar ucapan putri majikannya barusan. Bahkan sekelas mang Oden saja mengetahui perjodohan putri majikannya. "Mang oden udah datang?" Maxime melirik kearah mang Oden. "Iya Bos, Hehe.. Yaudah mamang mau langsung ke belakang dulu." Pamitnya segera, Mang oden salah satu pembantu dirumah keluarga Maxime. Sengaja Ia mempekerjakan karyawan yang pulang pergi, tidak menginap

  • Loving The wrong person   Story of Rara

    "Besok lagi kalau mau pulang duluan ngabarin, jangan ngilang gitu aja!" Cerca Rey ke Rissa. "Lah kan udah ngabarin, abang aja yang lupa. Kan dari tadi malam Rissa udah bilang mau nusul abang ke Jakarta, eh malah ngak di respon. Dikira Rissa becanda ya bang." Cicit Rissa tak merasa bersalah. Padahal Reyhan merasa khawatir, karena dari shubuh Margin telepon ngabari kalau Rissa ngak jadi pulang ke rumahnya, tapi justru Ia malah nyusul abangnya ke Jakarta. Reyhan menatap tajam kearah Rissa, buru buru gadis usia 17 tahun itu menunduk takut dan memainkan jemarinya. "Tau ngak, abang ini khawatir." Reyhan membuang nafasnya perlahan, lalu menyenderkan bahunya di kursi game kesayangannya. "Alafuu, (Maaf) Rissa janji ngak bakal ngulangin lagi." Rissa mendekatkan jari kelingkingnya ke Reyhan. Dengan cepat reyhan menghindar dan merasa geli dengan tingkah sang adik. "Abang ini lucu ya, sama jari kelingking kok

  • Loving The wrong person   Reyhan yang baperan atau Lyodra yang kasar

    [InshaAllah dengan seijin Allah, aku menerimamu dan siap membimbingmu] Malam berganti pagi, Lyodra tak bergeming Ia kembali menggigit bibir bawahnya, berfikir ulang agar Reyhan mau berbesar hati membatalkan perjodohan ini. Akhirnya hari ini ia memutuskan untuk bertemu dengannya secara FACE TO FACE tanpa perantara. [Share lok sekarang] send. [Ada apa?] Untung saja Reyhan masih sempat melihat ponselnya sebelum Ia pergi ke luar kota sekarang. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya Lyodra meminta kepada Reyhan untuk bertemu. [Gue mau ke rumah lo, mau ketemu lo, kita perlu bicara sekarang!] [Ga usah, nanti kalau udah waktunya kamu bakalan ketemu aku terus.] Lyodra mencebik kesal setelah membaca balasan dari pesannya. "Nyebelin emang, kepedean amat jadi cowok." [Mau ngobrol penting] [Plis, Lo sekarang dimana share lok buru!]

  • Loving The wrong person   Forced

    Ting! Bunyi notifikasi dari handpone lyodra, Disitu tertulis nama "Forced" alias terpaksa, bukan tanpa alesan lyodra save nomer reyhan juga terpaksa dan takdir cintanya pun dipaksa oleh orang tuanya. Hiks! Sungguh ironis Forced. [Assalamualaikum..] [ Jika namamu yang tertulis di Lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan untuk diri kita, Tugasku mencari dirimu dan menyempurnakan separuh agamaku.] Deg! Jantung Lyodra berdegub kencang setelah membaca pesan dari reyhan. Belum pernah ada lelaki berkata seserius itu dengan lyodra, tak ada bandingannya dengan David yang selalu menghadiahinya janji palsu. Namun Lyodra terlanjur menyamakan semua cowok itu sama. [Jangan sok melangitkan rasa!] Balas lyodra. Reyhan mencerna balasan dari pesannya, sedikit menohok baginya, tapi Reyhan terus berusaha untuk bersabar menghadapi sikap lyodra yang sedikit kasar. Karena

  • Loving The wrong person   Antara amanah dan masa lalu.

    "Jadi gimana? Nak lyodra mau terima lamaran reyhan?" Ujar Margin basa basi. Sebenarnya margin tidak setuju reyhan melamar putri kesayangan maxime tersebut. Ia bahkan berharap kalau lyodra menolak lamaran reyhan putra sulungnya, pasalnya margin bakalan jodohin reyhan dengan putri dari temannya yang bernama wati. Sengaja ia datang dari Jombang untuk mampir kerumah wati yang berada di Jakarta. "Mmm---" Gumam lyodra wajahnya yang cantik alami berubah pucat pasi, ia sangat sangat gugup. Dihadapannya, reyhan menatap Lyodra seolah menanti jawaban pasti. "Maaf bu, lyo--" Maxime tersenyum manis kearah lyodra, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah seolah marah. Seolah menuntut janji oleh putrinya itu. Pasalnya pernah berjanji untuk kali ini saja menuruti kata kata papanya. "Lyo, mau menerima lamaran rey." Dengan mantap lyodra mengatakan itu di hadapan kedua belah keluarga, Margin yang kebetulan sedang meneguk air mineralnya&n

  • Loving The wrong person   Lamaran ala tahu bulat

    Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya. "Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime. "Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya. **Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodraRara Bawel : Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan? Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat l

  • Loving The wrong person   Pertemuan kedua

    "Kita mau kemana nih?" Tanya rara. "Ke hatimuu." Jawab lyo dengan nada kocak. "Anying, receh lo beb." "Gue tanya lo laper ngak?" "Hehe, iya beb gue laper. Lo tau aja deh kalau perut gue lagi--" "Ck! Gue udah tau, buru pake sabuk pengamannya gue mau gas nih." "Emang ngak ada akhlak lo beb." Mobil yang dikendarai lyo hampir sampai di restauran, dengan kecepatan sedang keduanya masih bisa menikmati pemandangan kota di malam hari. "Astaga, lyo lihat itu si brengsek. Eh david maksudnya, hehe." Tunjuk rara ke sebrang jalan. Terlihat david tengah menuntun sepeda motor jenis sporty, Ia celingukan seperti menunggu seseorang. "Ck!" "Eh, eh, ngapain kok mobilnya putar arah?" Protes rara. "Brisik lo ra!" "Itu kan cowok gue, serah gue lah. Gue mau samperin dia." Timpal lyodra sewot. Ketika mobil yang

  • Loving The wrong person   Jodoh pilihan papa

    Waktu menunjukan pukul 09:00, Namun belum ada tanda-tanda Lyodra bangun. Padahal di meja makan sudah ada suara dentingan sendok beradu dengan garpu. "Mah Lyodra mana?" Tanya Maxime papanya Lyodra. "Masih tidur Pah. Tadi malam dia habis pulang larut malam."ujar Linda lesu. " Tanggepan Lyo gimana, soal perjodohannya dengan uztadz Reyhan?" "Feeling Mama dia ngak bakalan mau si Pah, tau sendiri Papa Lyo itu anaknya gimana." Tutur linda ke maxime. "Jadi, Mama belum kasih tau juga ke Lyodra?" Linda menggeleng. "Papa pikir aja dia anak kita satu-satunya pa. Masak papa tega jodohin anak kita tanpa membicarakan kepadanya terlebih dahulu." Linda kesal dengan maxime yang terkesan tega dengan putrinya sendiri.Linda menyuap nasi kedalam mulutnya, ia masih berharap maxime mau membatalkan perjodohan lyodra dengan putra dari kawannya maxime. "Bukannya papa udah

DMCA.com Protection Status