Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya.
"Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime.
"Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya.
**Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodra Rara Bawel :Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan?
Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat lyodra keluhkan, di cabang Jakarta papanya sengaja tidak merekrut jabatan buat Manager, beda dengan cabang kafe di kota kota lain.
Lyodra menghela nafas kasar.
Iya dateng.
Tapi agak siangan. Balas lyodra lagiRara Bawel:
Kebiasaan!**
Lyodra sudah cantik dengan dress bermotif bunga daisy selutut. Suasana hatinya sedang senang tapi sayang hari ini orangtuanya akan memberi kejutan yang tidak akan disangkanya.
"Umm, udah cantik mirip Cassandra lee. Hihi.." lyodra tertawa kecil melihat penampilannya sendiri di depan cermin. ia merasa bahwa ia cantik bak idolanya.
"Kalau menurut mamah si lyo itu mirip pemain fifthy shades yang cewek." Tutur linda. Lyodra terkelonjak kaget dengan kedatangan mamanya tiba tiba.
"Ih, mamah ngagetin aja." Linda menanggapinya dengan tersenyum kecil.
"Pasti malu ya lagi bicara sendiri didepan cermin?" Goda linda gemas dengan putrinya.
"Tadi mamah bilang lyo mirip siapa, pemain fifthy shades?" Tanyanya binggung, tapi lyodra sesekali mengingat pemain wanita yang dimaksud oleh mamanya barusan.
"Iya, eh nggak lupakan." Linda merutuki pernyataan tadi secara spontan. Putrinya pasti bertanya tanya siapa yang dimaksud mamanya, Linda memutuskan untuk meninggalkan kamar putrinya tersebut, untuk bersiap diri.
"Aduh kecoplosan" batinnya.Dijalan lyodra masih terngiang ngiang dengan ucapan linda barusan, Astaga baru ingat. Bukannya film itu yang beradegan menantang dan diperankan oleh pemeran utama Jamie Dornan dan Dakota Jonhson.
"MAMAA!!" teriaknya dalam mobil.
Pukul 14:00 tepat, lyodra telah sampai di kafe keluarganya bernama ARABELLA Kafe, berbagai menu masakan western tersedia adapun menu sajian ala italia seperti pasta dan kawan kawannya."Pagi kak." Seluruh karyawan berbaris menyambut kedatangan lyodra, selaku anak pemilik kafe disitu.
"Ya, pagi. Oke lanjut bekerja semua" ujar lyodra tegas. Ketika semuanya akan membubarkan diri. Lyodra berteriak.
"Kecuali Rara dan Sintya." Keduanya kompak saling lempar pandang.
"Tunggu apalagi, kalian berdua ke ruangan saya." Lyodra menghardik, namun sedikit menahan geli. Rara, sintya mengekor di belakang lyodra.
"Apaan si sok yes banget!" Gerutu sintya setelah sampai di ruangan yang biasa ditempati maxime kala berada disitu.
"Gue sok yes ya? Oke silahkan pulang lalu bawa Cv lampiran lamaran kerja dan segera taruh di meja saya." Balas lyodra tak kalah sengit, tapi becanda.
"HAHAHHAA.. Rasain lo sint, nurut aja ngapa." Rara terkekeh kala melihat wajah sintya memerah kala diminta membawa Cv lamaran kerja oleh lyodra, ya walaupun bercanda tapi sukses membuat sintya terdiam dan nurut oleh lyodra.
"Iye maapin gue ye BOSS." Terang sintya terpaksa.
"Bilang bosnya ngak ikhlas banget, POTONG GAJI." Goda lyodra lagi ke sintya, dan lagi lagi sintya dibuat kesal oleh ulah lyodra.
"Brisik lo, udah lo manggil gue kesini mau gue ngapain?" Sewot sintya. Lyodra memberikan catatan ke sintya dan menyuruhnya untuk belanja.
"Lo yang bayar ya, jangan lupa ayam penyetnya pedes. Pokoknya harus ayam penyet yang berada di depan asrama Polisi itu." Tunjuk rara kearah barat jarak 300 meter dari arah kafenya.
"Kok jadi gue yang bayar si, lo kan bosnya." Rengek sintya, Lyodra memutar bola matanya malas.
"Hari ini lo kan ulang tahun."
"Kata siapa lohh?" Ujar sintya.
"Kata F* Hahaha.." Tawa rara dan lyodra serentak.
"HAHAHA." Kini giliran sintya yang tertawa.
"Sintingnya lo kenapa tawa?"
"Itu bukan ulang tahun gue, Tapi ulang tahunnya Haidar" Lyodra dan rara kompal tepuk jidat. "Gue kira elo, bullshit ternyata ultahnya Haidar."
"Oh ya ra. Tolong buatin gue orange jus ya, Big BOSS haus nihh." Pekik lyodra.
"Siapp!" Jawab rara patuh, seraya hormat.
"Tuh.. Baru karyawan gue!" Sindir lyodra ke sintya.
"Babu era moderenisasi, siapa lagi kalau bukan karyawan!" Ketus sintya.
"HAHAHAA! Cie yang lagi curhat." Lyodra terkekeh mendengar ketusan sintya.
"Nih beb." Rara menyodorkan orange jus kepada lyodra, namun tak sengaja kesenggol sintya dan tumpah ke dres yang digunakan lyodra.
"ASTAGA SINTYAA!" Bentak lyodra ke sintya.
"Ma--maaf" Ucap sintya sembari menahan tawa.
"Tau ngak gue itu bakal ketemuan sama--"
"Permisi kak lyodra." Suara ketukan dari luar. Rara berdiri lalu membukanya.
"Ada apa?" Balas lyodra, tangannya sembari mengibas ngibaskan dresnya yang terkena tumpahan orange jus tadi.
"Maaf kak, Pak maxime dan bu linda sudah ada di depan. Dan sekarang meminta kakak untuk menyusulnya di VIP room." Terang kasir bernama Lea.
"Lo boong ya?" Tanyanya tak percaya.
"Ngak kak, beneran. Papa mamanya ada didepan beserta tamunya pak maxime, kalau ngak salah namanya reyhan." Terang lea sembari menundukan kepala.
Dengan malas ia menyusul orang tuanya ke VIP room, bahkan ia mengabaikan dresnya yang basah.
"Ini ada apa sih pah? Katanya papa keluar kota, malah kesini bawa bawa.." ucapnya pelan mendekat kearah maxime. Kalimat terakhir terpotong karena tangan lyodra sengaja di senggol linda, kode agar dapat lebih sopan di depan calon mantu dan besannya.
"Lyodra, duduk sini sebelah mamah." Tutur linda menuntun putrinya agar duduk bersebelahan dengannya.
"Tapi mah, lyodra harus membelanjakan keperluan dapur mah." Rengek lyodra. Margin sekilas memandang lyodra dari atas sampai bawah, pandangannya kini terfokus pada bagian dresnya yang basah." Itu kenapa dres kamu basah nak?" Tanya margin calon mertuanya.
"Eh, tadi.." balas lyodra terbata bata
"Maaf ya, Bu margin, reyhan. Lyodra ini anaknya memang sedikit ceroboh tapi dia type anak pekerja keras." Bela linda ke lyodra dengan percaya diri. Lyodra tertunduk malu dengar penuturan mamanya barusan, nyatanya ia biasa di sebut, PACARAN paguyuban cewek ayu mageran.
"Oh ya sayang. Kenalin ini bu margin mamanya reyhan, alias calon mertua kamu." Terang maxime. Lyodra kaget tak percaya, ternyata papanya tidak main main soal perjodohan ini. Linda menyenggol lengan putrinya untuk segera memperkenalkan diri. Dengan sikap lyodra yang ogah ogahan begitu membuat margin tak enak hati.
"Oh tidak papa, tidak perlu dipaksa bu linda. Mungkin nak lyodra masih malu karena belum terbiasa." Tutur margin merasa tidak enak.
"Maafkan putri kami ya bu, dia emang agak pemalu orangnya." Jawab linda berbohong lagi, padahal lyodra typikal cewek malu maluin bukan PEMALU.
"Maaf bu, ini menunya." Beberapa karyawan menghampiri dan mencatat menu yang akan dipesan tamu bosnya. Salah satunya rara.
"Oh ya, Bu margin, reyhan. Silahkan pesan menu yang kalian mau, ngak usah sungkan." Terang maxime ramah. Rara dengan sopan memberikan buku menu kepada margin, entah mengapa Margin terus saja memandangi wajah rara.
"Emm maaf, Bu. Jadi ibu mau pesan yang mana?" Ucap rara merasa tidak enak
"Maaf yang mana bu? Jelas rara lagi.
"Bun.." Tegur reyhan pelan. Sambil mengarahkan pandangan ke keluarga maxime yang hampir dibuat binggung dengan sikapnya barusan.
"Maaf, pak bu. Terangnya merasa tidak enak.
"Ibu mengenal karyawan kami tadi?" Tanya linda ramah.
"Sekilas mirip seseorang." Balas margin ke calon besannya.
"Jadi gimana? Nak lyodra mau terima lamaran reyhan?" Ujar Margin basa basi. Sebenarnya margin tidak setuju reyhan melamar putri kesayangan maxime tersebut. Ia bahkan berharap kalau lyodra menolak lamaran reyhan putra sulungnya, pasalnya margin bakalan jodohin reyhan dengan putri dari temannya yang bernama wati. Sengaja ia datang dari Jombang untuk mampir kerumah wati yang berada di Jakarta. "Mmm---" Gumam lyodra wajahnya yang cantik alami berubah pucat pasi, ia sangat sangat gugup. Dihadapannya, reyhan menatap Lyodra seolah menanti jawaban pasti. "Maaf bu, lyo--" Maxime tersenyum manis kearah lyodra, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah seolah marah. Seolah menuntut janji oleh putrinya itu. Pasalnya pernah berjanji untuk kali ini saja menuruti kata kata papanya. "Lyo, mau menerima lamaran rey." Dengan mantap lyodra mengatakan itu di hadapan kedua belah keluarga, Margin yang kebetulan sedang meneguk air mineralnya&n
Ting! Bunyi notifikasi dari handpone lyodra, Disitu tertulis nama "Forced" alias terpaksa, bukan tanpa alesan lyodra save nomer reyhan juga terpaksa dan takdir cintanya pun dipaksa oleh orang tuanya. Hiks! Sungguh ironis Forced. [Assalamualaikum..] [ Jika namamu yang tertulis di Lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan untuk diri kita, Tugasku mencari dirimu dan menyempurnakan separuh agamaku.] Deg! Jantung Lyodra berdegub kencang setelah membaca pesan dari reyhan. Belum pernah ada lelaki berkata seserius itu dengan lyodra, tak ada bandingannya dengan David yang selalu menghadiahinya janji palsu. Namun Lyodra terlanjur menyamakan semua cowok itu sama. [Jangan sok melangitkan rasa!] Balas lyodra. Reyhan mencerna balasan dari pesannya, sedikit menohok baginya, tapi Reyhan terus berusaha untuk bersabar menghadapi sikap lyodra yang sedikit kasar. Karena
[InshaAllah dengan seijin Allah, aku menerimamu dan siap membimbingmu] Malam berganti pagi, Lyodra tak bergeming Ia kembali menggigit bibir bawahnya, berfikir ulang agar Reyhan mau berbesar hati membatalkan perjodohan ini. Akhirnya hari ini ia memutuskan untuk bertemu dengannya secara FACE TO FACE tanpa perantara. [Share lok sekarang] send. [Ada apa?] Untung saja Reyhan masih sempat melihat ponselnya sebelum Ia pergi ke luar kota sekarang. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya Lyodra meminta kepada Reyhan untuk bertemu. [Gue mau ke rumah lo, mau ketemu lo, kita perlu bicara sekarang!] [Ga usah, nanti kalau udah waktunya kamu bakalan ketemu aku terus.] Lyodra mencebik kesal setelah membaca balasan dari pesannya. "Nyebelin emang, kepedean amat jadi cowok." [Mau ngobrol penting] [Plis, Lo sekarang dimana share lok buru!]
"Besok lagi kalau mau pulang duluan ngabarin, jangan ngilang gitu aja!" Cerca Rey ke Rissa. "Lah kan udah ngabarin, abang aja yang lupa. Kan dari tadi malam Rissa udah bilang mau nusul abang ke Jakarta, eh malah ngak di respon. Dikira Rissa becanda ya bang." Cicit Rissa tak merasa bersalah. Padahal Reyhan merasa khawatir, karena dari shubuh Margin telepon ngabari kalau Rissa ngak jadi pulang ke rumahnya, tapi justru Ia malah nyusul abangnya ke Jakarta. Reyhan menatap tajam kearah Rissa, buru buru gadis usia 17 tahun itu menunduk takut dan memainkan jemarinya. "Tau ngak, abang ini khawatir." Reyhan membuang nafasnya perlahan, lalu menyenderkan bahunya di kursi game kesayangannya. "Alafuu, (Maaf) Rissa janji ngak bakal ngulangin lagi." Rissa mendekatkan jari kelingkingnya ke Reyhan. Dengan cepat reyhan menghindar dan merasa geli dengan tingkah sang adik. "Abang ini lucu ya, sama jari kelingking kok
"Lyodra hari ini Papa ada meeting ke luar kota, Kamu gantiin Papa dulu ya." Tutur Maxime lembut kepada Lyodra, sebenarnya Maxime itu penyayang, tak jarang juga Ia menuruti keinginan putrinya yang telah beranjak dewasa itu. "Iya Pah." Balas lyodra patuh, sembari mengaduk aduk buburnya. "Oh ya Pa, Lyo mau tanya boleh?" Tanya lyodra antusias. "Iya, anak kesayangan mau tanya apa?" Maxime mengusap sudut bibirnya yang terkena selai strawberry. "Apakah Reyhan punya adik?" "Hahh!" Mang oden ternganga mendengar ucapan putri majikannya barusan. Bahkan sekelas mang Oden saja mengetahui perjodohan putri majikannya. "Mang oden udah datang?" Maxime melirik kearah mang Oden. "Iya Bos, Hehe.. Yaudah mamang mau langsung ke belakang dulu." Pamitnya segera, Mang oden salah satu pembantu dirumah keluarga Maxime. Sengaja Ia mempekerjakan karyawan yang pulang pergi, tidak menginap
"Sayang--" Peluk Linda erat begitu memasuki kamar putrinya. "Maaf ya jadi ngrepotin kalian." Ucap Maxime ramah. "Iya pak, ngak papa kok. Malahan kita seneng bisa jagain Lyodra." Balas Sintya. "Kalian boleh pulang sekarang, dan kalian berdua boleh ambil cuti hari ini." "Makasih pak." Ujar mereka bersamaan."Kita berdua pamit pulang." Timpal rara menunduk. "Mari, pak, Bu, Lyo." "Ra, Sin. Thank you ya, udah mau jagain gue." "Iya beb, lekas pulih ya." Titah Rara diangguki oleh Lyodra. Lalu keduanya pergi diantar oleh supir pribadi Maxime. "Mamah, Papah, kok bisa tau Rara pingsan? Padahal Lyo udah menyuruh mereka agar tidak merepotkan kalian." Ujarnya dengan suara sedikit lemah. "Bukan mereka, tapi Nata yang telepon Papah malam itu." Maxime men
Rara sedikit memicingkan matanya kala melihat Lyodra tengah membuka satu persatu kancing bajunya, kemudian menghampirinya. "Lo lagi ngapain? Yaelah, lama amat dari tadi gue tungguin Sat." "Hust! Diamlah."Lyodra berpose layaknya seperti model sexy di depan cermin toilet kamar mandi mall. "Lo lagi ngelayanin Dave? Dia minta Pap lagi sama Lo. Heran ya, udah tau si David tu brengseknya setengah mati, Lo masih aja ngelayanin Dia." Tutur rara. Namun Lyodra tetap tidak mengubris kata-kata Rara barusan, Lyodra justru berpose semakin panas. Dengan model baju sabrina yang memperlihatkan belahan dada yang rendah membuat pose biasa saja sedikit memperlihatkan dua aset beharga miliknya. "Minggir Sat. Gue mau foto sendirian di depan cermin, yang ada si David bukannya fokus ke Gue nanti malah fokus ke Elo lagi." Sarkas lyodra. "Iddih. gue j
Waktu menunjukan pukul 09:00, Namun belum ada tanda-tanda Lyodra bangun. Padahal di meja makan sudah ada suara dentingan sendok beradu dengan garpu. "Mah Lyodra mana?" Tanya Maxime papanya Lyodra. "Masih tidur Pah. Tadi malam dia habis pulang larut malam."ujar Linda lesu. " Tanggepan Lyo gimana, soal perjodohannya dengan uztadz Reyhan?" "Feeling Mama dia ngak bakalan mau si Pah, tau sendiri Papa Lyo itu anaknya gimana." Tutur linda ke maxime. "Jadi, Mama belum kasih tau juga ke Lyodra?" Linda menggeleng. "Papa pikir aja dia anak kita satu-satunya pa. Masak papa tega jodohin anak kita tanpa membicarakan kepadanya terlebih dahulu." Linda kesal dengan maxime yang terkesan tega dengan putrinya sendiri.Linda menyuap nasi kedalam mulutnya, ia masih berharap maxime mau membatalkan perjodohan lyodra dengan putra dari kawannya maxime. "Bukannya papa udah
"Sayang--" Peluk Linda erat begitu memasuki kamar putrinya. "Maaf ya jadi ngrepotin kalian." Ucap Maxime ramah. "Iya pak, ngak papa kok. Malahan kita seneng bisa jagain Lyodra." Balas Sintya. "Kalian boleh pulang sekarang, dan kalian berdua boleh ambil cuti hari ini." "Makasih pak." Ujar mereka bersamaan."Kita berdua pamit pulang." Timpal rara menunduk. "Mari, pak, Bu, Lyo." "Ra, Sin. Thank you ya, udah mau jagain gue." "Iya beb, lekas pulih ya." Titah Rara diangguki oleh Lyodra. Lalu keduanya pergi diantar oleh supir pribadi Maxime. "Mamah, Papah, kok bisa tau Rara pingsan? Padahal Lyo udah menyuruh mereka agar tidak merepotkan kalian." Ujarnya dengan suara sedikit lemah. "Bukan mereka, tapi Nata yang telepon Papah malam itu." Maxime men
"Lyodra hari ini Papa ada meeting ke luar kota, Kamu gantiin Papa dulu ya." Tutur Maxime lembut kepada Lyodra, sebenarnya Maxime itu penyayang, tak jarang juga Ia menuruti keinginan putrinya yang telah beranjak dewasa itu. "Iya Pah." Balas lyodra patuh, sembari mengaduk aduk buburnya. "Oh ya Pa, Lyo mau tanya boleh?" Tanya lyodra antusias. "Iya, anak kesayangan mau tanya apa?" Maxime mengusap sudut bibirnya yang terkena selai strawberry. "Apakah Reyhan punya adik?" "Hahh!" Mang oden ternganga mendengar ucapan putri majikannya barusan. Bahkan sekelas mang Oden saja mengetahui perjodohan putri majikannya. "Mang oden udah datang?" Maxime melirik kearah mang Oden. "Iya Bos, Hehe.. Yaudah mamang mau langsung ke belakang dulu." Pamitnya segera, Mang oden salah satu pembantu dirumah keluarga Maxime. Sengaja Ia mempekerjakan karyawan yang pulang pergi, tidak menginap
"Besok lagi kalau mau pulang duluan ngabarin, jangan ngilang gitu aja!" Cerca Rey ke Rissa. "Lah kan udah ngabarin, abang aja yang lupa. Kan dari tadi malam Rissa udah bilang mau nusul abang ke Jakarta, eh malah ngak di respon. Dikira Rissa becanda ya bang." Cicit Rissa tak merasa bersalah. Padahal Reyhan merasa khawatir, karena dari shubuh Margin telepon ngabari kalau Rissa ngak jadi pulang ke rumahnya, tapi justru Ia malah nyusul abangnya ke Jakarta. Reyhan menatap tajam kearah Rissa, buru buru gadis usia 17 tahun itu menunduk takut dan memainkan jemarinya. "Tau ngak, abang ini khawatir." Reyhan membuang nafasnya perlahan, lalu menyenderkan bahunya di kursi game kesayangannya. "Alafuu, (Maaf) Rissa janji ngak bakal ngulangin lagi." Rissa mendekatkan jari kelingkingnya ke Reyhan. Dengan cepat reyhan menghindar dan merasa geli dengan tingkah sang adik. "Abang ini lucu ya, sama jari kelingking kok
[InshaAllah dengan seijin Allah, aku menerimamu dan siap membimbingmu] Malam berganti pagi, Lyodra tak bergeming Ia kembali menggigit bibir bawahnya, berfikir ulang agar Reyhan mau berbesar hati membatalkan perjodohan ini. Akhirnya hari ini ia memutuskan untuk bertemu dengannya secara FACE TO FACE tanpa perantara. [Share lok sekarang] send. [Ada apa?] Untung saja Reyhan masih sempat melihat ponselnya sebelum Ia pergi ke luar kota sekarang. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya Lyodra meminta kepada Reyhan untuk bertemu. [Gue mau ke rumah lo, mau ketemu lo, kita perlu bicara sekarang!] [Ga usah, nanti kalau udah waktunya kamu bakalan ketemu aku terus.] Lyodra mencebik kesal setelah membaca balasan dari pesannya. "Nyebelin emang, kepedean amat jadi cowok." [Mau ngobrol penting] [Plis, Lo sekarang dimana share lok buru!]
Ting! Bunyi notifikasi dari handpone lyodra, Disitu tertulis nama "Forced" alias terpaksa, bukan tanpa alesan lyodra save nomer reyhan juga terpaksa dan takdir cintanya pun dipaksa oleh orang tuanya. Hiks! Sungguh ironis Forced. [Assalamualaikum..] [ Jika namamu yang tertulis di Lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan untuk diri kita, Tugasku mencari dirimu dan menyempurnakan separuh agamaku.] Deg! Jantung Lyodra berdegub kencang setelah membaca pesan dari reyhan. Belum pernah ada lelaki berkata seserius itu dengan lyodra, tak ada bandingannya dengan David yang selalu menghadiahinya janji palsu. Namun Lyodra terlanjur menyamakan semua cowok itu sama. [Jangan sok melangitkan rasa!] Balas lyodra. Reyhan mencerna balasan dari pesannya, sedikit menohok baginya, tapi Reyhan terus berusaha untuk bersabar menghadapi sikap lyodra yang sedikit kasar. Karena
"Jadi gimana? Nak lyodra mau terima lamaran reyhan?" Ujar Margin basa basi. Sebenarnya margin tidak setuju reyhan melamar putri kesayangan maxime tersebut. Ia bahkan berharap kalau lyodra menolak lamaran reyhan putra sulungnya, pasalnya margin bakalan jodohin reyhan dengan putri dari temannya yang bernama wati. Sengaja ia datang dari Jombang untuk mampir kerumah wati yang berada di Jakarta. "Mmm---" Gumam lyodra wajahnya yang cantik alami berubah pucat pasi, ia sangat sangat gugup. Dihadapannya, reyhan menatap Lyodra seolah menanti jawaban pasti. "Maaf bu, lyo--" Maxime tersenyum manis kearah lyodra, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah seolah marah. Seolah menuntut janji oleh putrinya itu. Pasalnya pernah berjanji untuk kali ini saja menuruti kata kata papanya. "Lyo, mau menerima lamaran rey." Dengan mantap lyodra mengatakan itu di hadapan kedua belah keluarga, Margin yang kebetulan sedang meneguk air mineralnya&n
Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya. "Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime. "Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya. **Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodraRara Bawel : Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan? Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat l
"Kita mau kemana nih?" Tanya rara. "Ke hatimuu." Jawab lyo dengan nada kocak. "Anying, receh lo beb." "Gue tanya lo laper ngak?" "Hehe, iya beb gue laper. Lo tau aja deh kalau perut gue lagi--" "Ck! Gue udah tau, buru pake sabuk pengamannya gue mau gas nih." "Emang ngak ada akhlak lo beb." Mobil yang dikendarai lyo hampir sampai di restauran, dengan kecepatan sedang keduanya masih bisa menikmati pemandangan kota di malam hari. "Astaga, lyo lihat itu si brengsek. Eh david maksudnya, hehe." Tunjuk rara ke sebrang jalan. Terlihat david tengah menuntun sepeda motor jenis sporty, Ia celingukan seperti menunggu seseorang. "Ck!" "Eh, eh, ngapain kok mobilnya putar arah?" Protes rara. "Brisik lo ra!" "Itu kan cowok gue, serah gue lah. Gue mau samperin dia." Timpal lyodra sewot. Ketika mobil yang
Waktu menunjukan pukul 09:00, Namun belum ada tanda-tanda Lyodra bangun. Padahal di meja makan sudah ada suara dentingan sendok beradu dengan garpu. "Mah Lyodra mana?" Tanya Maxime papanya Lyodra. "Masih tidur Pah. Tadi malam dia habis pulang larut malam."ujar Linda lesu. " Tanggepan Lyo gimana, soal perjodohannya dengan uztadz Reyhan?" "Feeling Mama dia ngak bakalan mau si Pah, tau sendiri Papa Lyo itu anaknya gimana." Tutur linda ke maxime. "Jadi, Mama belum kasih tau juga ke Lyodra?" Linda menggeleng. "Papa pikir aja dia anak kita satu-satunya pa. Masak papa tega jodohin anak kita tanpa membicarakan kepadanya terlebih dahulu." Linda kesal dengan maxime yang terkesan tega dengan putrinya sendiri.Linda menyuap nasi kedalam mulutnya, ia masih berharap maxime mau membatalkan perjodohan lyodra dengan putra dari kawannya maxime. "Bukannya papa udah