Bunyi notifikasi dari handpone lyodra, Disitu tertulis nama "Forced" alias terpaksa, bukan tanpa alesan lyodra save nomer reyhan juga terpaksa dan takdir cintanya pun dipaksa oleh orang tuanya. Hiks! Sungguh ironis
Forced.
[Assalamualaikum..]
[ Jika namamu yang tertulis di Lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan untuk diri kita, Tugasku mencari dirimu dan menyempurnakan separuh agamaku.]
Deg!Jantung Lyodra berdegub kencang setelah membaca pesan dari reyhan. Belum pernah ada lelaki berkata seserius itu dengan lyodra, tak ada bandingannya dengan David yang selalu menghadiahinya janji palsu. Namun Lyodra terlanjur menyamakan semua cowok itu sama.
[Jangan sok melangitkan rasa!] Balas lyodra.
Reyhan mencerna balasan dari pesannya, sedikit menohok baginya, tapi Reyhan terus berusaha untuk bersabar menghadapi sikap lyodra yang sedikit kasar.
Karena ia yakin sifat wanita sejatinya lembut, dan penuh perhatian. Reyhan tau karena sedikit banyaknya ia telah banyak belajar tentang cinta lewat buku yang sering dibaca. Salah satunya karya penyair terkemuka yang berjudul Fihi Ma Fihi.
Reyhan itu sosok yang pendiam namun sebenarnya sweet penuh perhatian. Ia typikal cowok limited edition, oleh sebab itu Reyhan tidak mudah dekat dengan sembarang wanita, bahkan margin sering mendapatkan kiriman kiriman kue dari para gadis yang menyukai reyhan. Namun lagi lagi reyhan cuek, seolah tidak mau tahu.
[Ini saya bukan sedang melangitkan rasa, Ini tentang marwah wanita yang harus dicintai dan dijaga sepenuh hati. Tentunya setelah kamu sah jadi istriku.]
"ISTRI" gumam lyodra pelan. Jujur saja hatinya saat ini berdesir, ada rasa yang tiba tiba muncul namun bukan cinta. Sebelum membalas pesan reyhan, ia mencoba mencari topik yang sengaja memancing reyhan.
[Fine. Gue ada pertanyaan buat lo, gue minta lo jawab jujur.]Sebenarnya lyo enggan berkomunikasi dengan reyhan, namun takdir keduanya untuk menjadi pasangan halal sebentar lagi, lyodra memang bodoh soal cinta tapi tidak dengan strateginya kali ini. Ia akan mengajukan sebuah pertanyaan yang tabu bagi orang seperti Reyhan.
[Apa] Balas reyhan cepat.
[Seandainya gue udah ngak gadis apa lo masih mau lanjutin hubungan ini.]
Lyodra menyunggingkan senyuman, sedikit ragu ragu dengan balasan dari reyhan, tapi lyodra masa bodoh dengan itu. Pikirnya andai pihak reyhan yang membatalkan perjodohan ini, Lyodra tidak akan kena sangsi oleh Maxime. Sangsi yang ia dapat ngak main main, maxime mengancam akan mencabut semua fasilitas mobil dan kartu kreditnya. Jelas membuat dara muda itu tak ada pilihan lain selain menerimanya.
Pertanyaan lyodra barusan berhasil membuat reyhan terdiam, dan mencoba mencernanya perlahan.
"Pertanyaan macam apa ini, apa yang telah mereka perbuat selama menjalin hubungan. Apakah mereka telah berbuat..." Reyhan menghela nafas panjang, mulutnya tak henti hentinya beristighfar dan membiarkan pesan itu centang biru tanpa balasan.
Lyodra tak sabar menunggu balasan pesan dari reyhan, pada akhirnya lyodra memberanikan diri memulai panggilan video. Ia sangat sangat ingin melihat ekspresi wajah reyhan dengan pertanyaannya tadi. Lyodra memencet tombol pangil, dan terhubung.
"Ekhem!" Lyodra berdehem untuk menetralisir perasaan canggungnya.
"Gue ulangin pertanyaan tadi, seandainya gue udah ngak gadis apakah lo masih mau nerima gue." Tanya lyodra tanpa basa basi.
"Salam dulu bisa kan?" Ajar reyhan, Sifatnya yang kaku kini sedikit berubah.
"Assalamualaikum! Jawab pertanyaan gue yg tadi."
"Waalaikum salam.."
"JAWAB yang tadi!" Pekik lyodra.
"Gimana gimana, sinyalnya jelek." Balas reyhan tanpa ekspresi.
"Gue serius reyhan!" Pekiknya lagi.
"Serius lo udah pernah zina? Terus lo bangga?' Berhasil, reyhan terpancing dengan pertanyaan profokatif lyodra.
"Jadi bisa bilang lo, gue juga ya. Lo itu emang ngeselin ya. Main tuduh gue udah zina." Protes lyodra, kemudian ia berjongkok mengambil kunci mobilnya yang tidak sengaja terjatuh dari lacinya, secara tidak sengaja ponselnya mengarah ke bagian depan dada lyodra.
"Astaghfirullah al adzim!" Seru reyhan. Tuut! Panggilan dimatikan. Lyodra tak menyadari kejadian barusan, namun ia tak terima teleponnya dimatikan sepihak.
"Ngak jelas banget, tapi tunggu, ini.." Tanpa sadar lyodra mengulum senyum, lalu melirik poto profil reyhan . "Ganteng"
"Siapa yang ganteng?" Seperti biasa ketika putrinya sedang berbicara sendiri, Linda tiba tiba datang menyembul dibalik pintu.
"Mama.. kebiasaan ih!" Cicit lyodra, ia merasa privasinya terancam bila kelupaan menutup pintu kamar.
"Hihi.. maaf, tadi mama ngak salah denger kan, siapa tadi yang lyo sebut ganteng? Reyhan?" Goda Linda, linda bahkan sering menjelma sebagai best friend bagi putrinya tersebut.
"Apaan sih mama, gantengan V bts ketimbang rey. Kalau ngak percaya lihat nih." Lyodra memperlihatkan gambar idolanya itu ke Linda, namun tadi tangannya tidak sengaja menekan tombol Screenshot di foto profil Wa reyhan.
"Wih ganteng juga ya Reyhan kalau pakai kayak gini, jadi Putri kesayangan mama ini lagi mandangin foto calon suaminya ya dari tadi." Linda mengulum senyum lalu melirik kearah putrinya.
"Ini V mah, bukan Rey-- kok bisa si?" Setelah ia melihatnya dengan seksama ternyata benar ini Reyhan. Linda terkekeh melihat tingkah gadisnya yang menggemaskan. Kini gadis cantik itu salah tingkah, namun sebisa mungkin ia menutupinya dari Linda.
"MAA, bilangin sama Lyo dibawah ada temennya." Seru maxime dari anak tangga.
"Ya, PA" jawab linda setengah berteriak.
"Oh iya, Baby. mama lupa, dibawah ada Siska, sangking asiknya ngobrol sama kamu Mama jadi lupa kalau kesini mau bilang itu." Lyo mengerucutkan bibirnya ke depan.
"Mama cantik cantik pikun, wek! Yaudah ma, Lyo turun dulu." Canda Lyodra kepada Linda, kedekatan keduanya tidak hanya sebatas ibu dan anak, melainkan linda pintar menempatkan posisi sebagai teman bagi putrinya. Tentunya dengan jarak keduanya yang hanya selisih 18 tahun, menjadikan keduanya sering disangka kakak beradik saat hang out bersama.
**
"NONA!" Pekik lyodra kala melihat sahabat dimasa putih abu abu.
"NONII.. Unch!" Keduanya saling berpelukan seperti biasa cewek kalau ngak CIPIKA CIPIKI rasanya belum afdol.
"Noni, lo serius mau nikah? Astaga, Lo lagi ngak ngeprank gue kan? Cicit Siska setengah histeris. Sembari tangan kirinya menunjukan pesan dari lyodra satu jam yang lalu. Siska merasa bahwa ini sangat mendadak.
"Astaga noni, apa jangan jangan Lo udah hamil duluan? Omeget omegot!" Lyodra refleks membekab mulut siska si burung beo.
"Husst brisik! Jangan keras keras, malu maluin gue aja. Ntar kalau orang komplek pada denger gimana?" Sewot lyodra.
"Hehe, sorry." Fransiska atau biasa disebut siska dia sahabat dari putih abu abu, namun keduanya memang beda kelas. rutin berkabar namun jarang bertemu.
"Ikut gue ke kamar." Ajak lyodra.
**
"APAA?" Lyodra telah menceritakan semuanya tentang apa yang terjadi pada dirinya sekarang kepada Siska, begitupun sebaliknya siska bercerita tentang tunangannya bernama Willy, padahal baru beberapa hari mereka tunangan. Tapi dengan mudahnya Willy menduakannya dengan sekertaris bawahannya Siska sendiri.
"Ya ampun, yang sabar ya kamu sayang. Mungkin gue kalau ada di posisi lo bakal ngelakuin hal yang sama." Siska menatap sendu kearah sahabatnya.
"Tapi menurut gue aneh si."
"Apa yang aneh? Mungkin semuanya hanya kebetulan aja, karena Rey anak sahabatnya Papa gue yang udah meninggal."
"Gue sendiri gak tau, tapi prediksi gue Papa lo nutupi sesuatu deh Non. Gue yakin banget soal ini, prediksi gue ngak bakal salah!" Ramal siska.
"Bentar, gue mau nanya, Emak lo masih Sarah kan namanya?" Tanya lyodra yang mulai kesal.
"Masih lah, emang napa." Jawab siska bingung.
"Kirain udah ganti Mama laurens." Lyodra terkekeh, sedangkan siska melipat tangannya kedepan kesal.
"Jadi tanggal berapa hari pernikahannya?" Lyodra terkesiap mendengar pertanyaan sahabatnya barusan, perasaannya kembali hampa. Sekarang ini sebenarnya ia masih sangat mencintai David, namun sampai sekarang pun David tak pernah muncul batang hidungnya.
"Hello, kok ngelamun." Siska menatap lyodra iba. Siska menunduk lalu meraih tangan sahabatnya yang terasa sangat dingin.
"Gue rindu David. Gue sayang banget sama dia Sis, tapi sisi lain gue benci banget sama dia." Lyodra menatap nanar kearah bingkai yang masih terpajang foto David sedang bermain basket, Lyodra meraih bingkai tersebut. Ia mengusapnya perlahan, namun dengan cepat ia melempar bingkai tadi ke lantai. Lalu menginjaknya dengan kaki kirinya.
"Lo itu cantik bestie, lo ngak boleh kayak gini. Penyakit selingkuh itu ga bakalan sembuh sampai kapanpun." Lyodra sudah tidak sanggup lagi membendung kesedihannya, malam ini ia tumpahkan seluruhnya ke Siska. Siska tau betul rasanya dikhianati, karena mereka mempunyai banyak kesamaan selain mereka berdua Bucin, Cantik, anak orang kaya. Namun satu yang sangat disayangkan mereka ini SAD GIRL!
Sepulangnya Siska dari rumahnya, Ia termenung meresapi nasehat sahabatnya.
"KITA TERLALU CANTIK BUAT PATAH HATI"
"Ya, gue terlalu cantik buat patah hati!" Gumam gadis blasteran itu dengan yakin. Sebelum Lyodra terjaga seperti biasa ia akan berselancar ke dunia maya terlebih dahulu, namun hal tak diduga terjadi setelah ada satu notifikasi dari akun sosmednya yang berlogo camera.
1 notif, Reyhan_lim01 mulai mengikuti anda. Belum sempat lyodra stalking akun Reyhan_lim01 notifikasi masuk lagi dari reyhan.
Forced.
[InshaAllah dengan seijin Allah aku menerimamu, dan siap membimbingmu.]
[InshaAllah dengan seijin Allah, aku menerimamu dan siap membimbingmu] Malam berganti pagi, Lyodra tak bergeming Ia kembali menggigit bibir bawahnya, berfikir ulang agar Reyhan mau berbesar hati membatalkan perjodohan ini. Akhirnya hari ini ia memutuskan untuk bertemu dengannya secara FACE TO FACE tanpa perantara. [Share lok sekarang] send. [Ada apa?] Untung saja Reyhan masih sempat melihat ponselnya sebelum Ia pergi ke luar kota sekarang. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya Lyodra meminta kepada Reyhan untuk bertemu. [Gue mau ke rumah lo, mau ketemu lo, kita perlu bicara sekarang!] [Ga usah, nanti kalau udah waktunya kamu bakalan ketemu aku terus.] Lyodra mencebik kesal setelah membaca balasan dari pesannya. "Nyebelin emang, kepedean amat jadi cowok." [Mau ngobrol penting] [Plis, Lo sekarang dimana share lok buru!]
"Besok lagi kalau mau pulang duluan ngabarin, jangan ngilang gitu aja!" Cerca Rey ke Rissa. "Lah kan udah ngabarin, abang aja yang lupa. Kan dari tadi malam Rissa udah bilang mau nusul abang ke Jakarta, eh malah ngak di respon. Dikira Rissa becanda ya bang." Cicit Rissa tak merasa bersalah. Padahal Reyhan merasa khawatir, karena dari shubuh Margin telepon ngabari kalau Rissa ngak jadi pulang ke rumahnya, tapi justru Ia malah nyusul abangnya ke Jakarta. Reyhan menatap tajam kearah Rissa, buru buru gadis usia 17 tahun itu menunduk takut dan memainkan jemarinya. "Tau ngak, abang ini khawatir." Reyhan membuang nafasnya perlahan, lalu menyenderkan bahunya di kursi game kesayangannya. "Alafuu, (Maaf) Rissa janji ngak bakal ngulangin lagi." Rissa mendekatkan jari kelingkingnya ke Reyhan. Dengan cepat reyhan menghindar dan merasa geli dengan tingkah sang adik. "Abang ini lucu ya, sama jari kelingking kok
"Lyodra hari ini Papa ada meeting ke luar kota, Kamu gantiin Papa dulu ya." Tutur Maxime lembut kepada Lyodra, sebenarnya Maxime itu penyayang, tak jarang juga Ia menuruti keinginan putrinya yang telah beranjak dewasa itu. "Iya Pah." Balas lyodra patuh, sembari mengaduk aduk buburnya. "Oh ya Pa, Lyo mau tanya boleh?" Tanya lyodra antusias. "Iya, anak kesayangan mau tanya apa?" Maxime mengusap sudut bibirnya yang terkena selai strawberry. "Apakah Reyhan punya adik?" "Hahh!" Mang oden ternganga mendengar ucapan putri majikannya barusan. Bahkan sekelas mang Oden saja mengetahui perjodohan putri majikannya. "Mang oden udah datang?" Maxime melirik kearah mang Oden. "Iya Bos, Hehe.. Yaudah mamang mau langsung ke belakang dulu." Pamitnya segera, Mang oden salah satu pembantu dirumah keluarga Maxime. Sengaja Ia mempekerjakan karyawan yang pulang pergi, tidak menginap
"Sayang--" Peluk Linda erat begitu memasuki kamar putrinya. "Maaf ya jadi ngrepotin kalian." Ucap Maxime ramah. "Iya pak, ngak papa kok. Malahan kita seneng bisa jagain Lyodra." Balas Sintya. "Kalian boleh pulang sekarang, dan kalian berdua boleh ambil cuti hari ini." "Makasih pak." Ujar mereka bersamaan."Kita berdua pamit pulang." Timpal rara menunduk. "Mari, pak, Bu, Lyo." "Ra, Sin. Thank you ya, udah mau jagain gue." "Iya beb, lekas pulih ya." Titah Rara diangguki oleh Lyodra. Lalu keduanya pergi diantar oleh supir pribadi Maxime. "Mamah, Papah, kok bisa tau Rara pingsan? Padahal Lyo udah menyuruh mereka agar tidak merepotkan kalian." Ujarnya dengan suara sedikit lemah. "Bukan mereka, tapi Nata yang telepon Papah malam itu." Maxime men
Rara sedikit memicingkan matanya kala melihat Lyodra tengah membuka satu persatu kancing bajunya, kemudian menghampirinya. "Lo lagi ngapain? Yaelah, lama amat dari tadi gue tungguin Sat." "Hust! Diamlah."Lyodra berpose layaknya seperti model sexy di depan cermin toilet kamar mandi mall. "Lo lagi ngelayanin Dave? Dia minta Pap lagi sama Lo. Heran ya, udah tau si David tu brengseknya setengah mati, Lo masih aja ngelayanin Dia." Tutur rara. Namun Lyodra tetap tidak mengubris kata-kata Rara barusan, Lyodra justru berpose semakin panas. Dengan model baju sabrina yang memperlihatkan belahan dada yang rendah membuat pose biasa saja sedikit memperlihatkan dua aset beharga miliknya. "Minggir Sat. Gue mau foto sendirian di depan cermin, yang ada si David bukannya fokus ke Gue nanti malah fokus ke Elo lagi." Sarkas lyodra. "Iddih. gue j
Waktu menunjukan pukul 09:00, Namun belum ada tanda-tanda Lyodra bangun. Padahal di meja makan sudah ada suara dentingan sendok beradu dengan garpu. "Mah Lyodra mana?" Tanya Maxime papanya Lyodra. "Masih tidur Pah. Tadi malam dia habis pulang larut malam."ujar Linda lesu. " Tanggepan Lyo gimana, soal perjodohannya dengan uztadz Reyhan?" "Feeling Mama dia ngak bakalan mau si Pah, tau sendiri Papa Lyo itu anaknya gimana." Tutur linda ke maxime. "Jadi, Mama belum kasih tau juga ke Lyodra?" Linda menggeleng. "Papa pikir aja dia anak kita satu-satunya pa. Masak papa tega jodohin anak kita tanpa membicarakan kepadanya terlebih dahulu." Linda kesal dengan maxime yang terkesan tega dengan putrinya sendiri.Linda menyuap nasi kedalam mulutnya, ia masih berharap maxime mau membatalkan perjodohan lyodra dengan putra dari kawannya maxime. "Bukannya papa udah
"Kita mau kemana nih?" Tanya rara. "Ke hatimuu." Jawab lyo dengan nada kocak. "Anying, receh lo beb." "Gue tanya lo laper ngak?" "Hehe, iya beb gue laper. Lo tau aja deh kalau perut gue lagi--" "Ck! Gue udah tau, buru pake sabuk pengamannya gue mau gas nih." "Emang ngak ada akhlak lo beb." Mobil yang dikendarai lyo hampir sampai di restauran, dengan kecepatan sedang keduanya masih bisa menikmati pemandangan kota di malam hari. "Astaga, lyo lihat itu si brengsek. Eh david maksudnya, hehe." Tunjuk rara ke sebrang jalan. Terlihat david tengah menuntun sepeda motor jenis sporty, Ia celingukan seperti menunggu seseorang. "Ck!" "Eh, eh, ngapain kok mobilnya putar arah?" Protes rara. "Brisik lo ra!" "Itu kan cowok gue, serah gue lah. Gue mau samperin dia." Timpal lyodra sewot. Ketika mobil yang
Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya. "Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime. "Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya. **Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodraRara Bawel : Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan? Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat l
"Sayang--" Peluk Linda erat begitu memasuki kamar putrinya. "Maaf ya jadi ngrepotin kalian." Ucap Maxime ramah. "Iya pak, ngak papa kok. Malahan kita seneng bisa jagain Lyodra." Balas Sintya. "Kalian boleh pulang sekarang, dan kalian berdua boleh ambil cuti hari ini." "Makasih pak." Ujar mereka bersamaan."Kita berdua pamit pulang." Timpal rara menunduk. "Mari, pak, Bu, Lyo." "Ra, Sin. Thank you ya, udah mau jagain gue." "Iya beb, lekas pulih ya." Titah Rara diangguki oleh Lyodra. Lalu keduanya pergi diantar oleh supir pribadi Maxime. "Mamah, Papah, kok bisa tau Rara pingsan? Padahal Lyo udah menyuruh mereka agar tidak merepotkan kalian." Ujarnya dengan suara sedikit lemah. "Bukan mereka, tapi Nata yang telepon Papah malam itu." Maxime men
"Lyodra hari ini Papa ada meeting ke luar kota, Kamu gantiin Papa dulu ya." Tutur Maxime lembut kepada Lyodra, sebenarnya Maxime itu penyayang, tak jarang juga Ia menuruti keinginan putrinya yang telah beranjak dewasa itu. "Iya Pah." Balas lyodra patuh, sembari mengaduk aduk buburnya. "Oh ya Pa, Lyo mau tanya boleh?" Tanya lyodra antusias. "Iya, anak kesayangan mau tanya apa?" Maxime mengusap sudut bibirnya yang terkena selai strawberry. "Apakah Reyhan punya adik?" "Hahh!" Mang oden ternganga mendengar ucapan putri majikannya barusan. Bahkan sekelas mang Oden saja mengetahui perjodohan putri majikannya. "Mang oden udah datang?" Maxime melirik kearah mang Oden. "Iya Bos, Hehe.. Yaudah mamang mau langsung ke belakang dulu." Pamitnya segera, Mang oden salah satu pembantu dirumah keluarga Maxime. Sengaja Ia mempekerjakan karyawan yang pulang pergi, tidak menginap
"Besok lagi kalau mau pulang duluan ngabarin, jangan ngilang gitu aja!" Cerca Rey ke Rissa. "Lah kan udah ngabarin, abang aja yang lupa. Kan dari tadi malam Rissa udah bilang mau nusul abang ke Jakarta, eh malah ngak di respon. Dikira Rissa becanda ya bang." Cicit Rissa tak merasa bersalah. Padahal Reyhan merasa khawatir, karena dari shubuh Margin telepon ngabari kalau Rissa ngak jadi pulang ke rumahnya, tapi justru Ia malah nyusul abangnya ke Jakarta. Reyhan menatap tajam kearah Rissa, buru buru gadis usia 17 tahun itu menunduk takut dan memainkan jemarinya. "Tau ngak, abang ini khawatir." Reyhan membuang nafasnya perlahan, lalu menyenderkan bahunya di kursi game kesayangannya. "Alafuu, (Maaf) Rissa janji ngak bakal ngulangin lagi." Rissa mendekatkan jari kelingkingnya ke Reyhan. Dengan cepat reyhan menghindar dan merasa geli dengan tingkah sang adik. "Abang ini lucu ya, sama jari kelingking kok
[InshaAllah dengan seijin Allah, aku menerimamu dan siap membimbingmu] Malam berganti pagi, Lyodra tak bergeming Ia kembali menggigit bibir bawahnya, berfikir ulang agar Reyhan mau berbesar hati membatalkan perjodohan ini. Akhirnya hari ini ia memutuskan untuk bertemu dengannya secara FACE TO FACE tanpa perantara. [Share lok sekarang] send. [Ada apa?] Untung saja Reyhan masih sempat melihat ponselnya sebelum Ia pergi ke luar kota sekarang. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya Lyodra meminta kepada Reyhan untuk bertemu. [Gue mau ke rumah lo, mau ketemu lo, kita perlu bicara sekarang!] [Ga usah, nanti kalau udah waktunya kamu bakalan ketemu aku terus.] Lyodra mencebik kesal setelah membaca balasan dari pesannya. "Nyebelin emang, kepedean amat jadi cowok." [Mau ngobrol penting] [Plis, Lo sekarang dimana share lok buru!]
Ting! Bunyi notifikasi dari handpone lyodra, Disitu tertulis nama "Forced" alias terpaksa, bukan tanpa alesan lyodra save nomer reyhan juga terpaksa dan takdir cintanya pun dipaksa oleh orang tuanya. Hiks! Sungguh ironis Forced. [Assalamualaikum..] [ Jika namamu yang tertulis di Lauhul mahfudz untuk diriku, niscaya rasa cinta itu akan Allah tanamkan untuk diri kita, Tugasku mencari dirimu dan menyempurnakan separuh agamaku.] Deg! Jantung Lyodra berdegub kencang setelah membaca pesan dari reyhan. Belum pernah ada lelaki berkata seserius itu dengan lyodra, tak ada bandingannya dengan David yang selalu menghadiahinya janji palsu. Namun Lyodra terlanjur menyamakan semua cowok itu sama. [Jangan sok melangitkan rasa!] Balas lyodra. Reyhan mencerna balasan dari pesannya, sedikit menohok baginya, tapi Reyhan terus berusaha untuk bersabar menghadapi sikap lyodra yang sedikit kasar. Karena
"Jadi gimana? Nak lyodra mau terima lamaran reyhan?" Ujar Margin basa basi. Sebenarnya margin tidak setuju reyhan melamar putri kesayangan maxime tersebut. Ia bahkan berharap kalau lyodra menolak lamaran reyhan putra sulungnya, pasalnya margin bakalan jodohin reyhan dengan putri dari temannya yang bernama wati. Sengaja ia datang dari Jombang untuk mampir kerumah wati yang berada di Jakarta. "Mmm---" Gumam lyodra wajahnya yang cantik alami berubah pucat pasi, ia sangat sangat gugup. Dihadapannya, reyhan menatap Lyodra seolah menanti jawaban pasti. "Maaf bu, lyo--" Maxime tersenyum manis kearah lyodra, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah seolah marah. Seolah menuntut janji oleh putrinya itu. Pasalnya pernah berjanji untuk kali ini saja menuruti kata kata papanya. "Lyo, mau menerima lamaran rey." Dengan mantap lyodra mengatakan itu di hadapan kedua belah keluarga, Margin yang kebetulan sedang meneguk air mineralnya&n
Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya. "Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime. "Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya. **Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodraRara Bawel : Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan? Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat l
"Kita mau kemana nih?" Tanya rara. "Ke hatimuu." Jawab lyo dengan nada kocak. "Anying, receh lo beb." "Gue tanya lo laper ngak?" "Hehe, iya beb gue laper. Lo tau aja deh kalau perut gue lagi--" "Ck! Gue udah tau, buru pake sabuk pengamannya gue mau gas nih." "Emang ngak ada akhlak lo beb." Mobil yang dikendarai lyo hampir sampai di restauran, dengan kecepatan sedang keduanya masih bisa menikmati pemandangan kota di malam hari. "Astaga, lyo lihat itu si brengsek. Eh david maksudnya, hehe." Tunjuk rara ke sebrang jalan. Terlihat david tengah menuntun sepeda motor jenis sporty, Ia celingukan seperti menunggu seseorang. "Ck!" "Eh, eh, ngapain kok mobilnya putar arah?" Protes rara. "Brisik lo ra!" "Itu kan cowok gue, serah gue lah. Gue mau samperin dia." Timpal lyodra sewot. Ketika mobil yang
Waktu menunjukan pukul 09:00, Namun belum ada tanda-tanda Lyodra bangun. Padahal di meja makan sudah ada suara dentingan sendok beradu dengan garpu. "Mah Lyodra mana?" Tanya Maxime papanya Lyodra. "Masih tidur Pah. Tadi malam dia habis pulang larut malam."ujar Linda lesu. " Tanggepan Lyo gimana, soal perjodohannya dengan uztadz Reyhan?" "Feeling Mama dia ngak bakalan mau si Pah, tau sendiri Papa Lyo itu anaknya gimana." Tutur linda ke maxime. "Jadi, Mama belum kasih tau juga ke Lyodra?" Linda menggeleng. "Papa pikir aja dia anak kita satu-satunya pa. Masak papa tega jodohin anak kita tanpa membicarakan kepadanya terlebih dahulu." Linda kesal dengan maxime yang terkesan tega dengan putrinya sendiri.Linda menyuap nasi kedalam mulutnya, ia masih berharap maxime mau membatalkan perjodohan lyodra dengan putra dari kawannya maxime. "Bukannya papa udah