Share

Part 2

happy reading gaess... 

Cinta memang bisa mengalahkan segalanya, tapi kejujuran belum sanggup mengalahkan cinta.

Tengah malam jagat maya di hebohkan dengan sebuah video yang di upload salah satu akun gosip kepercayaan netizen.

banyak tanggapan negative, bahkan hampir semua komentar di video itu kata-kata umpatan.

“Ibra, bagaimana bisa percakapan kita bocor?.” Devandra pagi-pagi sudah datang ke ruang kerja Ibra.

“Tim ku sedang mengecek cctv di club, dan juga sedang mencari siapa yang mempublikasikan video itu.” Ibra mengecek kembali ponselnya, belum ada kabar dari timnya, apa mereka mengalami kesulitan?.

“Permisi Pak Ibra,” Staff Ibra menginterupsi pembicaraan Ibra dan Devandra.

“Katakan!”.

“Cctv di club hanya pasangan, kami sudah mengecek tidak ada rekaman sama sekali di dalam club. Pemilik akun gosip telah kami temukan, dia tidak tau siapa yang mengirimnya Alamat emailnya juga sudah di hapus.” Ibra mengepalkan tangannya.

“Apa rencanamu Ibra, aku tidak mau di penjara.” Devandra kembali menekan Ibra.

“Mengakui jika kamu yang membunuh Suryana, seperti yang ada di video itu, hanya untuk beberapa tahun Devandra, kita bisa menyuap polisi untuk menempatkanmu di lapas terbaik, dengan semua fasilitas memadai.” Ibra memberikan opsi yang tidak ingin di lakukan Devandra.

“Aku tidak mau!” Devandra berteriak di hadapan Ibra.

“Lalu apa yang kamu inginkan? Semuanya sudah tau kalau kamu pembunuhnya” Ibra balik bertanya.

“Cari cara Ibra, aku sudah membayarmu mahal untuk menyelesaikan kasus ini” Kali ini Ibra menggebrak meja kerja Ibra.

“Pak Ibra, di luar kantor banyak wartawan, bahkan mereka memblokade jalan masuk, ini menyulitkan kita untuk keluar masuk gedung.” Staff kembali bicara.

“Apa yang mereka mau? Apa mereka mencaritau kebenaran video ini?” Ibra balik bertanya.

“Mereka ingin bertemu dengan anda dan Tuan Devandra,” Ibra langsung menghela nafas.

“Minta Resti tetap mencaritau siapa yang mengirim video itu, pasti ada celah. Dan biarkan wartawan di luar terlebih dulu, mereka ingin berita eksklusif maka mereka harus menunggunya.” Ibra kembali fokus melihat laptopnya.

“Devandra kamu bisa kembali dulu, Pras akan mengantarkanmu.” Ibra menyuruh Devandra pergi.

Ruang kerja Ardhana menjadi tempat meeting dadakan, kasus pembunuhan Suryana ternyata bukan hal sederhana seperti yang mereka kira.

“Kita sudah berjalan sejauh ini, tidak mungkin kita berhenti, masalah ini harus selesai sebelum pencalonan Gubenur, jika kasus ini belum selesai setelah pemilihan gubenur hasil yang kita dapatkan sangat buruk.” Ardhana memulai pembicaraan.

“Dari awal aku tidak setuju Ibra menangani kasus pembunuhan Suryana, sepat terjang Ibra belum bisa di perhitungkan, walau beberapa kali dia memenangkan kasus besar dengan mudah. Sebagai pengacara senior aku sudah mengingatkan Ibra, jika dia tidak mampu seharusnya dia mundur dari awal, masalah seperti ini tidak terjadi.” Bagas Sitohang salah satu pengacara senior di firma hukum milik Ardhana angkat bicara.

“Maafkan saya Pak Bagas, saya akan belajar dari kasus ini, kedepannya saya akan berhati-hati.” Ibra menyadari kesalahannya, dia terlalu gegabah menemui Devandra di club malam, tanpa mempertimbangkan jika semua orang sedang memperhatikan gerak geriknya.

“Sekarang bukan waktunya saling menyalahkan, kita harus cari Solusi bagaimana menghadapi kasus ini sebelum pemilihan gubenur.” Ardhana kembali bicara.

“Opsi yang saya berikan pada Devandra ada dua, yang pertama mengakui jika Devandra melakukan pembunuhan terhadap Suryana Devandra akan di penjara beberapa tahun setelah berita ini di abaikan masyarakat Devandra bisa keluar dan pergi ke luar negeri beberapa tahun lagi, kedua tetap mengkambing hitamkan tukang ojek itu dengan menekannya, mengancamnya untuk mengakui walau resikonya sangat besar.” Ibra mengemukakan pendapatnya.

“Paksa Devandra pilih opsi pertama, pengacara pihak Pak Hasan mendapat bantuan dari firma hukum Ferdi Silalahi, Ferdi Silalahi setara dengan kita tapi posisi kita terdesak.” Kali ini Dewi Arum pengacara yang biasa menangani kasus di pemerintahan angkat bicara.

“Dewi, apa tidak ada cara lainnya?.” Pertanyaan Bagas langsung di balas gelengan Dewi.

“Gimana Ardha? Apa yang harus kita lakukan?.” Bagas bertanya pada Ardhana.

“Ya, itu pilihan terbaik saat ini, lakukan saja, hubungi Devan untuk pers konpers,.” Ardhana punya nama besar di lingkungan pengacara, ini satu tamparan keras untuknya, salah satu pengacara yang bernaung di bawah firma hukum miliknya melakukan kesalahan fatal, opini publik sangat dibutuhkan dalam setiap kasus besar dan Ibra mencorengnya dengan sengaja.

Pengakuan Devandra dalam sidang hari ini tidak membuat orang terkejut, justru mereka menantikan ke jujuran Devandra.

Pihak Pak Hasan benar-benar memenangkan kasus ini, Ibra harus gigit jari, karirnya sebagai pengacara terancam hancur karena kesalahannya sendiri.

“Mau sebuah saran Ibra? Sebaiknya kamu segera mengundurkan diri sebelum Ardhana mendepakmu dari firma hukumnya, kau tau sendirikan Ardhana seperti apa? dia tidak akan memaafkan siapa saja yang mencoreng nama baiknya.” Pengacara dari pihak Pak Hasan menghampiri Ibra, membisikkan kata-kata yang tidak ingin Ibra dengar.

“Pak Ardhana tidak akan mendepak ku,” Balas Ibra penuh Amarah.

“Kita lihat saja, beberapa hari kedepan akan ada sebuah pemberitaan yang sangat aku tunggu-tunggu”. Ibra mengepalkan tangannya, sial.

***

Elea melihat berita siang hari ini, akhirnya masalah telah selesai, Ibra tidak perlu lembur-lembur lagi, Elea tidak akan di abaikan oleh Ibra.

“Sebaiknya aku temui Ibra, sepertinya dia butuh hiburan.” Elea bersiap, mengganti pakaiannya tidak lupa memesan makan siang untuk Ibra.

“Sayang, apa kita mengundur pernikahan kita untuk ke dua kalinya?.” Elea menghentikan langkah kakinya di depan ruang kerja Ibra.

“Maafkan aku Anggi, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menikah, aku baru saja melakukan kesalahan fatal, kalau kita tetap menikah, dan aku di pecat aku tidak bisa menghidupimu.” Ibra merasa bersalah, Anggi sudah melakukan semuanya, persiapan pernikahan mereka di urus Anggi saking sibuknya Ibra.

“Ibra, aku tidak perduli, semakin cepat kita menikah semakin cepat kita bersama, aku sudha menanti semua ini cukup lama.” Mata Elea terbelalak, Elea tidak meyangka Ibra memiliki kekasih, sejak kapan? Selama ini tidak ada wanita yang dekat dengan Ibra.

“Anggi, aku mohon mengerti, semuanya tidak sesederhana fikiranmu, jika aku tidak bisa membalikan nama baikku, akan sulit untuk mencari kerja di luar sana, aku sudah nyaman di firma hukum ini, jadi aku mohon sama kamu, tunda pernikahan ini sampai masalah ini selesai.” Ibra berlutut di hadapan Anggi membuat Elea terpaku.

“Sampai kapan Ibra? Kita sudah menunda pernikahan ini dua kali, dan kamu mau menundanya lagi?.” Anggita meneteskan air matanya, dia tidak menyangka Ibra bisa egois seperti ini.

“Maaf. Tapi aku bener-bener enggak bisa menikah untuk saat ini.” Ibra ingin memeluk Anggita namun Anggita menolaknya.

“Kita selesai, kita akhiri hubungan kita sampai disini.” Anggita bergegas pergi dari ruang kerja Ibra.

“Anggi tunggu, jangan kaya gini.” Ibra mengejar Anggita, keluar dari ruang kerjanya, namun salah satu staffnya menghentikan langkah Ibra.

“Pak Ibra, Devandra meminta anda datang ke kantor polisi saat ini juga.” Ibra menghela nafasnya, pekerjaannya di ujung tandu begitu juga dengan hubungannya dengan Anggita.

“Kamu berangkat dulu, aku akan nyusul.” Ibra segera mengejar Anggita, namun Anggita telah pergi.

Di depan firma hukum banyak sekali wartawan, hal itu sangat menyulitkan Ibra untuk mencari Anggita.

Elea melihat Ibra yang frustasi hanya menyunggingkan senyumnya. Elea tidak menyangka Ibra sudah memiliki kekasih bahkan mereka telah merencanakan pernikannya.

Kenapa dia bisa kecolongan, padahal hampir setiap waktu Elea bersama Ibra, tapi kenapa Elea tidak tau.

“El, katanya mau ketemu Ibra, kenapa malah disini?” Pertanyaan Bagas cukup mengejutkan Elea.

“Maaf, kamu terkejut ya?.” Bagas kembali bertanya.

“Hehhehee,, enggak kok Pak Bagas, saya tadi habis dari ruangan Ibra tapi sepertinya Ibra sedang ada tamu, jadi aku memilih untuk pergi takut mengganggu”.

“Ohhhh,, bukannya Ibra ada panggilan ke kantor polisi?” Bagas balik bertanya.

“Saya juga tidak tau, kalau begitu saya permisi Pak Bagas, selamat siang.” Elea langsung pergi begitu saja, meninggalkan Bagas di samping lift.

Elea menghentikan mobilnya secara tiba-tiba di pinggir jalan ketika melihat wanita yang tidak asing baginya sedang menangis di taman.

Sepertinya akan ada drama menarik setelah ini, batin Elea.

“Ini, enggak baik menangis seorang diri di tempat umum.” Elea menyerahkan sapu tangannya.

“Terima kasih. Maaf, anda siapa ya?.” Anggita bertanya pada Elea.

“Aku Eleanor, panggil aja Elea, kalau boleh tau siapa namamu?.” Elea balik bertanya.

“Aku Anggita.” Balas Anggita.

“Maaf, tadi enggak sengaja aku lihat kamu keluar dari firma hukum milik Pak Ardhana, apa kamu sedang ada masalah hingga kamu menangis seperti ini?.” Elea langsung bertanya pada Anggita.

“Bukan, aku tidak ada masalah sama sekali, calon suamiku kerja disana, rencananya bulan depan kita akan menikah tapi, dia tiba-tiba minta di undur.” Anggita kembali menangis.

“Wahhhh laki-laki itu sangat keterlaluan, bisa-bisanya dia mempermainkan wanita. Ngomong-ngomong aku juga punya kekasih yang kerja di firma hukum milik Pak Ardhana, siapa tau aku bisa minta tolong kekasihku untuk bicara dengan calon suamimu?.” Elea menawarkan bantuan.

“Aku rasa itu tidak perlu Elea, lagian aku juga sudah menyelesaikan hubunganku dengannya,.” Elea tanpa aba-aba langsung memeluk Anggita.

“Yang sabar ya Anggita, aku harap kamu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari mantanmu.” Anggita hanya mengangguk di dalam pelukan Elea, mereka berpelukan cukup lama, Anggita menumpahkan tangisannya pada Elea, tanpa Anggita tau jika Elea telah memiliki banyak rencana baru untuk menjerat Ibra lebih dalam lagi.

terima kasih telah membaca cerita ini, sampai jumpa di part selanjutnya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status