Share

Part 1

happy reading

Kata orang-orang cinta dan obsesi itu beda tipis, saking tipisnya tidak bisa langsung di bedakan, sama seperti kisahku saat ini, aku mencintai laki-laki atau bahkan mungkin aku telah terobsesi dengan laki-laki ini, duniaku berporos pada laki-laki bernama Jayendra Ibrahim, aku melakukan apapun hanya untuk di lihat Ibrahim, aku melakukan semuanya agar Ibra menjadi milikku.

“Elea, udah kirim lamaran kemana aja?” Stefi salah satu teman Elea bertanya.

“Belum tau, tapi aku pengen kerja di firma hukum tempat Ibra kerja, kira-kira ada lowongan kerja enggak ya?”.

“Astaga Elea, firma hukum dan jurusan yang kita ambil beda jauh, kebanyakan yang kerja di sana lulusan hukum atau yang berkaitan sementara kita? Kita lulusan manajemen, jangan ngaco deh” Savira teman Elea ikut bicara.

“Tapi, kalau aku kerja aku enggak bisa dekat dengan Ibra, kalau Ibra dekat sama wanita lain gimana?” Elea langsung cemberut,

“Elea lama-lama kamu bisa gila kalau kamu hanya mikirin Ibra mulu, coba sesekali fikirin masa depanmu, ….”

“Stefi, kok ngomong gitu, Ibra itu bagian dari masa depanku, jadi tidak ada salahnya kalau aku memprioritaskan Ibra saat ini, semuanya akan aku lakukan untuk Ibra, Ibra yang utama, tidak ada yang lain.” Elea masih kekeuh dengan pendiriannya.

“Elea, kita bertiga berteman sejak lama, kita berdua tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari, Ibra tidak mencintai kamu Elea!, lebih baik sekarang tata hidupmu jangan hanya memikirkan Ibra.” Savira memberi nasihat pada Elea.

“Kenapa kalian jadi seperti ini? kalian enggak suka kalau aku bersama Ibra? Kalian tau kan kalau aku cinta se cinta cintanya sama Ibra, harusnya kalian mendukungku, bukan menyalahkanku seperti ini,” Elea mulai berlinang air mata, dia paling tidak suka jika ada yang meremehkannya.

“Bukan begitu Elea, kita hanya ingin kamu paham bahwa kamu juga harus memikirkan dirimu sendiri, memikirkan masa depanmu jangan berfokus pada Ibra, belum tentu kedepannya Ibra akan membalas perasaanmu dan kalian menikah, kalau sebaliknya yang ada kamu buang-buang waktu!” Stefi kembali bicara, kali cukup membuat Elea terdiam cukup lama mencerna ucapan Stefi.

“Aku tau maksud kalian tapi masa depanku itu Ibra, saat ini aku ingin memperjuangkan Ibra, tidak ada yang lain, terima kasih telah mengingatkanku, tapi aku tetap dengan pendirianku, aku ingin memperjuangkan Ibra”.

“Termasuk bekerja tidak sesuai passion kamu? Melakukan hal-hal yang tidak kamu sukai? Hanya untuk menarik perhatian Ibra? Kamu gila Elea.” Kali ini Savira ikut bicara.

“Yaa, kamu benar, aku memang gila, dan aku akan menggila untuk mendapatkan Ibra. Aku pergi.” Elea langsung beranjak pergi dari café tempat mereka berkumpul.

“Elea bukan kaya gitu, Ell, tunggu,.” Stefi ingin mengejar Elea namun Savira menghentikannya.

“Biarkan dulu, elea butuh ruang untuk berfikir.” Savira mengkode Stefi untuk kembali duduk.

“Tapi,…”.

“Enggak apa-apa, ini bukan pertama kali Elea seperti ini, kita berikan waktu untuk Elea berfikir, sekiranya sudah kita akan temui Elea lagi.” Stefi mengangguk, benar juga yang di katakan Savira, Elea butuh waktu.

***

Banyak wartawan telah menunggu di depan pintu ruang sidang, kasus pembunuhan seorang penjabat publik menggemparkan jagat maya beberapa bulan yang lalu, sidang demi sidang telah di lakukan, menjelang putusan akhir hakim banyak yang penasaran, pasalnya banyak kejanggalan yang terjadi, banyak yang berspekulasi jika pembunuhnya bukan seorang ojek online yang kini menjadi tersangka, tapi tidak ada bukti lainnya yang mengarah ke orang lain.

“Pak Ibra, kapan tersangka akan di adili?.” Wartawan bertanya pada Ibra.

“Belum dapat di pastikan, semua bukti yang kami berikan belum cukup untuk membuat hakim mengambil Keputusan.” Ibra menjelaskan.

“Kapan sidang selanjutnya di lakukan? Apakah dalam waktu dekat? Bagaimana tanggapan anda tentang Pak Hasan yang menjadi tersangka, banyak orang yang tidak percaya jika Pak hasan yang membunuh Pak Suryana?.” Wartawan bertanya lagi.

“Untuk sidang selanjutnya menunggu hasil dari saksi ahli pasti akan di umumkan kapan sidang selanjutnya, selama belum ada bukti konkrit seperti rekaman cctv atau saksi mata yang melihat kejadian pembunuhan, maka itu hanya asumsi belaka”. Ibra menjawab dengan tegas, sebagai pengacara dia membenarkan atau menyangkal tapi dari bukti yang sudah ada kemungkinan pelakunya Pak Hasan.

“Bagaimana dengan keluarga Pak Suryana kami mendapat info jika sebelum kejadian itu Pak Suryana sedang bertengkar dengan anak tirinya? Apa anak tiri Pak Suryana tidak di periksa? Bahkan sampai saat ini tidak ada kabar tentang anak tiri Pak Suryana?.” Ibra menghentikan langkahnya, info ini hanya beberapa saja yang tau, tapi kenapa sekarang wartawan tau?.

“Kalau untuk pertengkaran sebelum pembunuhan kami belum mengkonfirmasi dengan pihak keluarga, sementara Devandra anak tiri Paka Suryana saat ini sedang di Amerika, Devandra sedang menempuh Pendidikan di Amerika, saat kejadian pembunuhan Devandra sedang di Bandung untuk liburan, jadi Devandra tidak ada di rumah Pak Suryana.” Ibra kembali menjelaskan.

“Permisi, kami harus segera kembali ke kantor.” Staff Ibra membuka jalan untuk mereka, wartawan akan mengejar Ibra dan pengacara lainnya jika mereka tidak segera pergi.

****

Ibra mengecek ponselnya, banyak pesan dan notif di hpnya.

“Pak Ibra, ini gawat, ada rekamana cctv bocor ke media.” Staff Ibra datang ke ruang kerja Ibra dengan tergesa-gesa menyerahkan tabnya pada Ibra. Ibra langsung menontonnya, dia tidak bisa berkata-kata setelah menonton video itu.

“Bagaimana bisa? Ini bukan editankan?” Ibra benar-benar tidak menyangka Devandra yang melakukan pembunuhan malam itu.

Cctv rumah yang katanya rusak ternyata telah di sabotase, pembunuhan Suryana ternyata telah di rencanakan, mereka lupa jika tetangga mereka punya cctv yang tidak sengaja di pasang menghadap ke halaman rumah Suryana.

“Hubungi Devandra dan Ibunya, kita perlu mengkonfirmasi.”

“Tidak di angkat Pak.” Ibra menghela nafas gusar.

“Sial!, sialan, Devandra sialan.” Ibra segera pergi dari ruangannya, tidak lupa membawa kunci mobilnya, dia harus mencari Devandra, Devandra tidak boleh lolos gitu aja, walau pada akhirnya Devandra bersalah Ibra harus berusaha meringankan hukuman Devandra.

Banyak media telah berkumpul di rumah Devandra, membuat mobil Ibra kesulitan untuk mendekat, menghubungi Devandra berkali-kali tidak ada jawaban.

“Sepertinya tidak mungkin Devandra di rumah, dia pasti sudah pergi”. Ibra kembali menyalakan mobilnya, tunggu, sepertinya Ibra pernah meminta staffnya untuk menyadap ponsel Devandra.

“Resti, minta Arya cek hp Devandra, apakah dia sudah sampai di Indonesia atau masih di Amerika.” Tanpa basa-basi Ibra langsung memberi perintah.

“Baik Pak Ibra”.

***

Elea memutuskan untuk pergi ke club malam seorang diri, dia butuh hiburan dan club malam sepertinya cocok untuk suasana hatinya yang galau.

“Kenapa Ibra enggak bales pesanku? Apa sesibuk itu pekerjaannya Ibra?”. Berkali-kali Elea mengecek ponselnya tapi tidak ada satupun pesan balasan dari Ibra.

“Sebenarnya kamu anggap aku akan Ibra, kenapa sulit sekali mendapatkanmu? Tapi aku juga tidak bisa melepaskanmu begitu saja”. Elea menggoyang-goyangkan gelas berisi vodka di tangannya lalu meneguknya begitu saja.

“Ibra? Untuk apa dia disini? Enggak mungkin Ibra clubing?”. Banyak orang berlalu lalang di club membuat Elea kesulitan untuk mengikuti Ibra, tapi Elea tidak menyerah begitu saja.

“Ibra, akhirnya datang juga, aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini.” Sayup-sayup Elea mendengar Ibra sedang bicara dengan seseorang.

“Devandra, bagaimana bisa cctv itu bocor? Kamu bilang enggak ada bukti yang tersiksa, tapi ini apa?”. Ibra melampiaskan amarahnya pada Devandra, sudah sejauh ini dan Ibra baru tau ada bukti lain yang bisa membalikan keadaan mereka yang saat ini di atas bisa langsung jatuh jika hakim memberi izin jika lawannya membawa rekaman cctv itu sebagai barang bukti.

“Mana aku tau, aku juga tidak tau kalau ada cctv yang mengarah ke rumah Papa!, sekarang apa yang harus kita lakukan Ibra, aku tidak mau di penjara, susah-susah aku mengkambing hitamkan tukang ojek bahkan aku sudah menyuap beberapa saksi untuk memberatkan orang itu.” Devandra menggeram penuh amarah.

“Devandra, kamu tau?, semuanya akan mudah saat kamu mengakui semua kesalahan ini. jadi, aku harap kamu bisa berfikir jernih dan mengakuinya, di penjara beberapa tahun tidak ada merusak hidupmu, setelah pemberitaan ini reda aku akan mengeluarkanmu dari penjara, kamu hanya perlu mengakui jika kamu telah membunuh Suryana.” Elea yang mendengar Ibra bicara seperti itu langsung terbelalak, ini Elea tidak salah dengarkan?.

sampai ketemu di part selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status