Menjelang pagi suara ketukan keras dari pintu membangunkan Harry, ia bergeser pelan agar tidak membangunkan Kim di sebelahnya.
Bayangkan betapa tersiksanya Harry tiap malam tidur bersama Kim tanpa melakukan apa pun, selain bercerita dan bercanda di atas kasur. Tapi begini saja sudah menyenangkan dari pada tidak melihat Kim berhari-hari.
Harry berjalan lalu membuka pintu, mendapatkan Juan di bawah pintu dengan wajah panik, pria itu harus menarik nafas agar bisa mengatakan sesuatu. Harry mengerutkan keningnya menatap Juan tidak sabaran.
"Apa kau mabuk? Kau salah mengetuk kamar, bodoh." Ucap Harry. Mereka terbiasa memaki sesama teman tanpa rasa benci. Itu membuat mereka semakin dekat.
"Kau harus segera membawa Kim pergi dari sini. Ayahnya telah bergerak mencari Kim ke asrama." Akhirnya Juan bersuara. Di bawah Juan ternyata ada Rachel yang juga memasang wajah cemas.
"Apa kau yakin?" tanya Harry tegang. Juan dan Rachel mengangguk bersamaan. Kim me
Mobil Juan berhenti di sebuah gedung yang besar dan tinggi. Mereka bertiga masuk dan mencari apartemen yang di maksud Harry. Sangat takjub ternyata Apartemen itu tidak biasa. Mewah dan besar.Apartemen ini dilengkapi bar kecil dan kolam renang. Bangunan yang terletak di lantai 49 ini dari balkon dapat melihat pemandangan area pantai. Bernuansa putih dan cream membuat apartemen ini terkesan elegan dan mewah. Sedikitnya Kim tahu level hunian mewah kisaran berapa harganya, US$100 adalah harga fantastis untuk sebuah apartemen."Sebenarnya siapa Harry itu? Dia pernah bilang hanya anak pungut dari jalanan yang diambil Leon Parker." Ujar Juan yang masih terkagum akan pemandangan tempat itu."Lihat! Di sini ada foto wanita!"Sontak Kim melangkah lebar ke arah Rachel yang berdiri di depan meja hias yang berjejer foto-foto... entah foto siapa. Kim tercekat melihat salah satu foto ada seorang wanita yang seumuran dengan ibunya di sebelah pria yang
Angin berhembus sangat kencang hingga membuat dedaunan dan ranting kecil di atas pohon berjatuhan. Tapi tak membuat Harry kedinginan tanpa jaket yang biasa ia pakai. Ia mempercepat mobilnya menembus jalanan.Satu tangannya mendial nomor Juan. "Dia sudah tidur? Jaga dia sampai aku datang.""Kau dimana sekarang? Aku harus menjawab apa jika besok pagi Kim menanyaiku." Suara dari seberang membuat Harry menarik nafas. Martin yang berada di sebelahnya merebut ponsel di tangan Harry."Biar aku yang bicara padanya. Fokus pada setiranmu." Ujar Martin pada Harry."Hei bodoh, kau dengar aku... jaga Kim bukan kau menghabiskan malammu dengan Rachel sampai pagi, bodoh!" Martin selalu saja meledek Juan, semua bukan hanya Martin. Juan selalu dibully oleh mereka."Aku tau apa yang aku kerjakan, sialan!" Maki Juan tidak terima. Martin terkekeh. "Katakan dimana kalian? Se
Andai Harry terlahir dari keluarga yang utuh dan masih bersamanya ia takkan mengalami hal serumit ini. Sebagaimana di ceritakan Jimmy bahwa ibunya masih hidup. Dan sekarang seorang wanita yang sudah berusia di 45 tahun turun dari helikopter berjalan ke arahnya.Harry dan teman-temannya termangu melihat wanita itu. Sangat mencerminkan wanita yang kuat dan memiliki integritas.Jimmy melirik wajah Harry, melihat reaksi pemuda itu setelah lama ia menggerutu ibunya menelantarkan dirinya. Bagaimana sikap Harry pada ibunya? Bagaimana perasaan Natalie setelah bertahun-tahun tidak bertemu anaknya? Semua itu menjadi pikiran Jimmy sekarang.Untung saja Alice, kekasih Martin memberitahu apa yang sedang terjadi di bengkel Vernon. Hingga ia tahu Harry dalam bahaya. Jimmy juga telah mengetahui Harry menyembunyikan Kim di apartemen yang diberikan olehnya atas suruhan Natalie.Jimmy yang telah menyelamatkan Gerald be
Ketika mobil Harry mengiringi mobil Jimmy di belakang tiba-tiba dia kebagian kanan dan mengambil jalur yang berbeda dengan mobil Jimmy. Ia telah meminta Martin mengalihkan perhatian mereka.Harry takut terjadi sesuatu dengan Kim, takut tidak bertemu lagi dengan Kim-nya. Rindu yang menyelimuti dirinya telah memuncak dan menggila saat mendengar voice wanitanya. Kim sedang menunggunya.Harry tidak peduli larangan ibunya bahkan ia belum mendengar cerita ibunya tentang kehidupan mereka. Pengaruh Kim sangat besar dalam dirinya. Kim yang membuatnya bertahan hidup hingga sekarang. Kim yang menemaninya sejak kecil.Persetan dengan masa lalu!Saat Harry sudah sampai di apartemennya dan waktu semakin larut, ia segera mencari wanitanya. Harry tidak bisa bernafas tanpa Kim.Juan kaget melihat kedatangan Harry tanpa memberitahu. "Apa masalahnya sudah selesai? Mana yang lain, mereka tidak ikut ke sini?"Rachel menebak dengan candaan. "Aku rasa
"Kita tak akan berpisah.... Jangan tinggalkan aku, Kim." Harry berbisik di telinga Kim. "Tell me now, please...""Aku di sini denganmu." Kim mencium ujung hidung Harry dengan mesra lalu turun ke bawah bibir.Lengan Harry merangkul pinggang Kim dan mengangkatnya untuk bertukar posisi. Harry membungkus tubuh Kim dengan tubuhnya. Menggesekkan miliknya pada milik Kim. Jantung Kim berdebar kencang dan mungkin Harry mendengarnya. Tangan Harry mencengkeram pinggangnya dan meluncur ke atas dan ke bawah. Kim merasakan pahanya mengirim ke dalam bola ekstasi yang kabur. Sentuhannya seperti listrik. Hampir terlalu banyak.Mata Harry tidak berkedip melihat tubuh naked Kim. Dan ia sangat menyukai dua gundukan kenyal dan padat milik Kim sangat indah dengan ujung yang berwarna pink muda."Don't..." Harry menghentikan kedua tangan Kim dari menutupi dirinya dan menahan tangan Kim di atas kepalanya seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya.Dia mer
Kim lebih dulu bangun. Dia tertidur setelah Harry membuatnya kelelahan semalam sampai subuh.Ia menundukkan kepalanya melihat wajah Harry yang terbenam di antara dua gundukan miliknya. Kim cukup risih tapi dia juga senang Harry seperti anak bayi yang terlelap di pelukannya.Miliknya tidak terlalu sakit lagi, ia bisa bergerak namun melihat Harry masih tertidur Kim tidak tega membangunkannya. Wajahnya memerah menyadari mereka berdua masih dalam keadaan bertelanjang. Ia melirik ke arah jam dinding, pukul 9 pagi.Kim melirik ke lantai, pakaian mereka berserak di sana. Underwear, kaus Harry, celana, dan sepatu Harry. Semalam adalah malam panjang dan penuh cinta bagi mereka. Kim sedikit malu mengingatnya. Menyenangkan dan luar biasa.Dan setelah ini Kim jamin dirinya akan sering bermimpi erotic karena telah melakukan hubungan badan.Perlahan Kim melepaskan tangan Harry dari pinggangnya. Pr
Kim berdiri di depan cermin panjang lantai bersandar ke dinding di kamar tidurnya. Ia menatap keseluruhan tubuhnya, menarik dengan canggung gaun katun merah berenda, rambut hitam panjangnya di tata memperlihatkan lehernya yang jenjang. Kim sangat cantik, ia terlihat gugup.Kim berjalan menyusuri lorong menuju ruang tengah. Ia mendengar suara seseorang berbicara dengan suara pelan seakan pembicaraan itu hanya untuk mereka.Harry bersandar ke dinding di ruang duduk, jaket hitamnya tergeletak di sofa kulit. Saat ia melihat Kim dengan cepat pria itu menutup sambungan teleponnya.Malam ini mereka akan keluar untuk makan malam berdua. Ya, mereka tidak pernah date spesial berdua. Kim ingin melakukan malam ini."Siapa yang kau telepon?"Harry melihat ke arah Kim. "Apa? Oh, tidak ada." jawabnya. "Kau sangat cantik, sayang." Puji Harry terpesona."Ini makan malam pertama kita
Seminggu kemudian, semua berjalan lancar. Tidak ada yang terjadi yang di takutkan Harry. Kim masih bersamanya, kegembiraan mereka tidak berakhir. Kim dan Rachel kembali ke asrama dan melakukan kegiatan seperti biasa. Kampus dan part time adalah rutinitas Kim, terkadang Harry menjemputnya pulang ke apartemen untuk menghabiskan waktu bersama.Menikmati keberadaan mereka, bercumbu, dan melakukan hal yang menyenangkan berdua. Keluarga Parker tidak terdengar lagi mencari Kim. Dan keluarga Harry tidak mencari Harry."Kim aku punya hadiah untukmu." Harry merangkul Kim setelah beberapa menit ia menunggu kelas Kim bubar."Apa? Kau sudah banyak memberiku hadiah tapi aku belum memberikan apa pun untukmu." Ucap Kim menoleh pada Harry. "Aku tidak punya apa pun untuk kuberikan padamu." Mata hijau birunya menatap mata abu-abu Harry gugup."Kim, kau lupa? Kau sudah memberikan segalanya untukku... dan sekarang dengan kau bernafas sudah lebih dari cukup."