Kim lebih dulu bangun. Dia tertidur setelah Harry membuatnya kelelahan semalam sampai subuh.
Ia menundukkan kepalanya melihat wajah Harry yang terbenam di antara dua gundukan miliknya. Kim cukup risih tapi dia juga senang Harry seperti anak bayi yang terlelap di pelukannya.
Miliknya tidak terlalu sakit lagi, ia bisa bergerak namun melihat Harry masih tertidur Kim tidak tega membangunkannya. Wajahnya memerah menyadari mereka berdua masih dalam keadaan bertelanjang. Ia melirik ke arah jam dinding, pukul 9 pagi.
Kim melirik ke lantai, pakaian mereka berserak di sana. Underwear, kaus Harry, celana, dan sepatu Harry. Semalam adalah malam panjang dan penuh cinta bagi mereka. Kim sedikit malu mengingatnya. Menyenangkan dan luar biasa.
Dan setelah ini Kim jamin dirinya akan sering bermimpi erotic karena telah melakukan hubungan badan.
Perlahan Kim melepaskan tangan Harry dari pinggangnya. Pr
Kim berdiri di depan cermin panjang lantai bersandar ke dinding di kamar tidurnya. Ia menatap keseluruhan tubuhnya, menarik dengan canggung gaun katun merah berenda, rambut hitam panjangnya di tata memperlihatkan lehernya yang jenjang. Kim sangat cantik, ia terlihat gugup.Kim berjalan menyusuri lorong menuju ruang tengah. Ia mendengar suara seseorang berbicara dengan suara pelan seakan pembicaraan itu hanya untuk mereka.Harry bersandar ke dinding di ruang duduk, jaket hitamnya tergeletak di sofa kulit. Saat ia melihat Kim dengan cepat pria itu menutup sambungan teleponnya.Malam ini mereka akan keluar untuk makan malam berdua. Ya, mereka tidak pernah date spesial berdua. Kim ingin melakukan malam ini."Siapa yang kau telepon?"Harry melihat ke arah Kim. "Apa? Oh, tidak ada." jawabnya. "Kau sangat cantik, sayang." Puji Harry terpesona."Ini makan malam pertama kita
Seminggu kemudian, semua berjalan lancar. Tidak ada yang terjadi yang di takutkan Harry. Kim masih bersamanya, kegembiraan mereka tidak berakhir. Kim dan Rachel kembali ke asrama dan melakukan kegiatan seperti biasa. Kampus dan part time adalah rutinitas Kim, terkadang Harry menjemputnya pulang ke apartemen untuk menghabiskan waktu bersama.Menikmati keberadaan mereka, bercumbu, dan melakukan hal yang menyenangkan berdua. Keluarga Parker tidak terdengar lagi mencari Kim. Dan keluarga Harry tidak mencari Harry."Kim aku punya hadiah untukmu." Harry merangkul Kim setelah beberapa menit ia menunggu kelas Kim bubar."Apa? Kau sudah banyak memberiku hadiah tapi aku belum memberikan apa pun untukmu." Ucap Kim menoleh pada Harry. "Aku tidak punya apa pun untuk kuberikan padamu." Mata hijau birunya menatap mata abu-abu Harry gugup."Kim, kau lupa? Kau sudah memberikan segalanya untukku... dan sekarang dengan kau bernafas sudah lebih dari cukup."
Kim tidak bisa melawan perasaannya. Setelah memendam perasaannya itu begitu lama dan yang tersisa hanya kepedihan. Dan sekarang Kim bertahan pada perasaannya, ia jatuh begitu keras tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya pada pria lain dan Kim tahu tidak ada cara untuk keluar dari lingkaran Harry.Kim telah terperosok ke dalam gubuk Harry dengan perasaan menggebu-gebu dan dia tahu Harry merasakannya juga. Saat mereka saling memeluk lebih dekat dan membawa jantungnya dalam debaran yang hebat. Tubuh dan hatinya bergerak sinkron untuk apa yang terasa seperti selamanya. Mengingat kembali saat mereka bercinta, perasaan itu seperti barusan terjadi. Ia terengah-engah untuk bernapas."Kim?"Kim membuyarkan lamunannya, melihat pria berwajah oriental tampan berjalan ke arahnya. Dia adalah orang yang bertanggung jawab untuk setiap pentas yang dilakukan oleh mereka. Pria itu tinggi dan memiliki berowok tipis seperti Jimmy. Terlihat dew
Suasana bengkel Paman Vernon terlihat seperti biasanya. Malam itu Martin dan Juan sedang mengutak-atik mobil sports berwarna merah. Mereka melakukan itu bukan karena pekerjaan melainkan untuk bersenang-senang. Gerald sedang berdiri menghubungi kenalannya untuk meminta mesin baru yang terbaik untuk mobil itu.Suara music yang keras seakan berada di club malam memenuhi tempat itu. Kalau mereka sudah berkumpul seperti ini Paman Vernon tidak berani mengusik mereka.Selain para pria macho itu, tidak ketinggalan wanita-wanita menemani mereka begadang. Tidak jarang mereka juga ikut menginap di sana, ada yang tidur di mobil karena tidak kebagian tempat atau malah ada yang sengaja ingin mencari tempat privasi untuk berkencan.Ngomong-ngomong Kris sudah sembuh, beberapa hari yang lalu dia keluar dari rumah sakit. Tapi sepertinya dia bersyukur mendapatkan tembakan itu, karena setelah itu Kris banyak mendapatkan hadiah dari wanita-wanita yang mengaguminya.
"Dia pasti ingin pamer!"Kim tersenyum tipis mendengarnya. Ini bukan gosip. Kim berharap itu sebenarnya. Berharap yang dikatakan Rachel adalah kabar angin saja dan tidak melihat foto yang di tunjukkan Rachel sekarang. Tapi Kim akan mencari tahu langsung dari Harry."Jelena sediri yang membagikan foto ini di akun sosmednya." Rachel berkata dengan antusias. Kim benar-benar tidak ingin mendengar itu. "Aku harap kau harus tegas dengan Jelena agar dia tidak sering mencari kesempatan terhadap Harry.""Ini tadi siang dia post?" Kim melihat time di Instagram itu."Sepertinya dia masih berharap pada Harry." Komentar Rachel."Jelena tahu hubunganku dengan Harry." Yes she knows!"Seluruh gadis kampus tahu hubunganmu dengan Harry. Tapi dia Harry... semua wanita tergila-gila padanya. Dan kau pikir karena Harry memiliki kekasih lantas perasaan mereka lenyap?" Uja
Sandra terkejut melihat Kim menunggunya di depan kelasnya. Biasanya Kim tidak pernah menunggunya seperti ini. Apalagi Kim orang yang paling anti menunggu. Ia tersenyum lembut pada sahabatnya."Ada apa? Tidak biasanya." Ucap wanita Asia itu setelah berhadapan dengan Kim."Aku bosan. Kau punya tempat recommen untuk kita jalan-jalan?" Ucap Kim, Sandra tersenyum dan mengangguk."Kita bisa shoping, nonton, setelah itu makan." Ujar Sandra.Kim mengangguk. "Boleh juga." Sudah lama Kim tidak menghamburkan uang. Semenjak ia melakukan perlawanan dengan ayahnya yang milyarder itu Kim sangat merakyat dan bahkan ia berhemat.Kim langsung terdiam dengan raut wajah jijik melihat di belakang Sandra muncul Megan, Kim lupa Megan satu jurusan dengan Sandra."Oh My God. Satan muncul." Umpat Kim. Sandra menoleh ke belakang melihat Megan berjalan ke arah mereka dengan senyuman sinis. "Ayo kita pergi. Pemandangan di sini sangat menyeramkan."San
"Hei, kau tidak mau berterima kasih padaku? Kalau aku tidak memisahkan kalian... mungkin sekarang kau dalam situasi bermasalah di kantor dosen." Suara Jacob ramah dan menuntut, tetapi tidak membuat Kim bersimpatik.Sekarang Jacob berdiri di depan Kim dengan senyuman menawan khas pria brengsek. Kim ingin mengabaikan Jacob tapi mengingat Harry belum menelponnya dan malah bersama Jelena, Kim membalas tatapan Jacob dengan ramah."Kau telah membuatku kehilangan mangsaku." Ucap Kim. "Jadi kau harus membayarnya untukku. Kau bisa mentraktirku minum?" Kata Kim yang kebetulan tenggorokannya sudah kering. Bukan hanya Jacob yang tersenyum, bahkan Sandra dan Lance yang sedang merangkul ikut bersorak."Ini karena kau wanita tercantik di kampus aku menuruti permintaanmu."Jacob membawa Kim ke arah parkiran motornya, tempat yang berbeda dengan parkiran yang biasa genk Harry pakai. Kim melihat beberapa pria yang duduk di m
Pukul delapan malam Kim tiba di asramanya. Di perjalanan tadi Kim mampir sebentar ke toko buku. Kim merasa tidak enak kepada Jacob yang telah mentraktirnya makan, mengantar pulang, dan juga membayar bukunya.Kamar Kim masih gelap, itu berarti Rachel belum pulang. Kim tidak langsung menghidupkan lampu, ia meletakkan tas dan berjalan ke kamar untuk membersihkan diri. Sampai tidak sadar ada seseorang sedang duduk di sofa. Pria itu meletakkan tangannya di senderan sofa. Mata abu-abunya berkilau di kegelapan ruang itu.Beberapa menit kemudian Kim keluar dengan mengenakan handuk menutupi tubuhnya, ia berjalan ke arah lemari dengan santainya. Namun, sesaat ia merasa seseorang ada yang mengawasinya. Kim menoleh pada sofa di sudut, seorang laki-laki duduk dengan bersedekap dada, orang itu menatap Kim dengan wajah menyeramkan seperti pembajak laut.Kim terkejut dan buru-buru menghidupkan lampu, pria itu ternyata Harry."Apa yang kau lakukan di sini?"