Harry akhirnya membawa Kim ke bengkel tempat dia dan yang lain berkumpul. Di depan pintu tampak Jelena dan Alice sedang berdiri di sana melihat kedatangan dua orang itu bergandengan tangan. Jelena tidak tenang tapi ia bersikap santai dengan tersenyum.
"Kim, kau datang juga." Jelena lebih dulu menyapa. "Kenapa kalian lama sekali?"
"Yeah... kami tadi... kami terjebak macet. Iya kan Harry?" Kim meminta dukungan Harry. "Jadi kami terlalu larut malam data-ng." Kim meletakkan tangannya ke dalam saku, salah tingkah.
Harry kembali mengambil tangan Kim untuk dia pegang. "Kami sangat lapar. Aku dan Kim masuk dulu mencari sesuatu untuk di makan." Kata Harry pada Alice dan Jelena.
Alice menyenggol bahu Kim melewati mereka lalu berjalan ke dalam. Ia sempat melirik di bagian leher Kim ada bekas warna merah. Perempuan mana yang tidak tahu itu apa. Apalagi Alice adalah mantan Harry, tahu betul perm
Harry bersama Gerald menyelusuri bagian badan mobil, memeriksa kerusakan mobil. Martin juga ikut memeriksa dengan center yang dipegangnya. Tentu saja hal ini membuat Harry dan teman-temannya murka karena kejadian seperti ini bukan sekali ini saja."Harry..." Panggil Martin, kepalanya menunjukkan ke arah cahaya center. "Mesinnya tidak ada." Tambahnya.Harry mendekat melihat pada bagian depan mobil. "Untuk apa mereka mengambil mesin mobil ini? Jika mereka pembalap harusnya mereka tahu mesin yang mereka curi bukan mobil pembalap.""Mungkin mereka salah mobil." Komentar Gerald, mengingat mobil mereka terparkir di teras bengkel.Martin terkekeh geli, menunjukkan sederet gigi putihnya. "Mereka bodoh tidak bisa membedakan mobil milik orang tua dengan anak muda." Masuk akal yang dikatakan Martin. "Atau mereka mencuri karena tidak punya uang.""Kita harus memastikan sesuatu." Ujar Harry menat
Leon duduk di kursi kebesarannya memakai stelan jas rapih dengan wajah tegas menatap Kim yang berdiri di depannya. Anaknya itu mengintimidasi dengan tatapan tajam. Sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Kim membuat Leon terdiam.Pagi-pagi Kim sudah bertandang ke kantor Leon, dia tidak tidur sama sekali setelah perjalanan malam yang dia tempuh."Ceritakan tentang Harry. Dari mana asal usulnya dan kenapa kau mengadopsinya?" Kim mengulang pertanyaannya.Leon menyandarkan punggung kokohnya pada kursi, membalas tatapan Kim. "Kau datang jauh-jauh menanyakan itu? Dengan penampilan berantakan seperti ini, apa kau pikir akan membuatku senang kau mengunjungiku ke kantor?""Ceritakan tentang Harry!""Ini kantor Kim, jangan berteriak. Kau tahu sendiri aku mengambilnya dari jalanan. Tapi dia tidak tahu diri melakukan hal bodoh. Dia melecehkan Megan." Pria tua itu berteriak, menatap tajam pada anaknya, seakan Harry ada di sebelah Kim.
"Harry membawa mobil ini dengan sangat cepat tadi malam." Kata Juan seraya duduk sebelah Gerald. Juan sedikit melirik lengan kanan pria itu yang sekarang bertato ular. "Nice pict... apa ini? Ulat kah?" Matanya menyipit."Kau ingin lehermu patah?" geram Gerald yang sekarang mengubah style-nya. Kepalanya dibuat botak ditambah bagian tubuhnya penuh dengan tato. "Ini ular berbisa bodoh, bukan ulat."Juan terkekeh geli. "Sorry, aku pikir kau salah tempat memasang tato. Ini seperti ulat bukan ular." Gerald ingin menerkam Juan, tapi keburu suara paman Vernon terdengar."Harry memacunya dengan kecepatan berapa?" tanya Paman Vernon yang mendengar ucapan Juan tadi. Mereka sedang berada di bengkel menatap mobil merah Harry yang baru."8 detik." Jawab Juan. "Dia begitu cepat membawanya tadi malam, seolah dia siap mati. Dia bahkan tidak berhenti di lintasan." Tambah Juan dengan takjub.Kris be
Harry membawa si merah dengan kecepatan penuh menuju kampus. Martin yang berada di sebelahnya menahan nafas karena takut Harry akan membuatnya celaka. Martin tidak yakin Harry melakukan ini untuk bersenang-senang melainkan memberinya pelajaran atas ucapannya semalam.Sampai di parkiran Martin buru-buru keluar. "Harry, nanti aku ada janji dengan Alice. Jadi kau tidak perlu menungguku pulang.""Hoi! Kau pikir aku supirmu yang mengantar-jemput!" Ujar Harry seraya membanting pintu mobilnya. Cukup membuat Martin terlonjak di tempatnya. Lebih dulu Harry yang melewatinya."Dia sangat pendendam." Runtuk Martin kesal. Lalu ia melangkah berlawanan arah dengan Harry. Memilih jalan aman.Dari belakang Jelena berjalan cepat menghampiri Harry. "Hei, ada apa denganmu. Kau ada masalah?" tanya Jelena penuh perhatian.Harry hanya menoleh sedetik sambil berjalan. "Tidak ada. Kenapa kau bertanya seperti itu?""Dari wajahmu aku bisa melihat ada yang
"Ma'am, diluar ada seorang wanita yang mengaku teman Nona Kim. Dia sedang menunggu di teras." Seorang pelayan memberitahu dengan sopan pada Dollores.Dahi Kim mengkerut, belum pernah ada temannya datang ke Yellowstone.Keempat wanita itu masih terlihat sama-sama geram dan masih terlibat perdebatan sengit antara mereka. Terutama Minerva dan Dollores yang sama-sama tidak mau mengalah. Masing-masing diselimuti aura panas dalam diri mereka.Karena sudah menikah dengan Leon, Dollores merasa memiliki tempat di keluarga ini. Setiap pelayan tunduk padanya. Seakan kedudukannya lebih tinggi dari istri pertama Leon. Tetapi sayangnya, pernikahan mereka hanya tercatat di agama secara negara Leon belum meng-sahkan."Katakan padanya Kim tidak bisa diganggu. Suruh dia pulang." Jawab Dollores dengan angkuhnya."Atas dasar apa kau melarang teman Kim bertamu ke sini. Kau pikir ini daerah kekuasaa
Harry tidak sabaran ingin bertemu dengan Kim. Dia menunggu di jok belakang mobil, satu tangannya mencengkram pegangan kuat. Dia mengeluarkan erangan kekesalan.Sebenarnya jok belakang itu cukup gelap sehingga sulit untuk orang luar melihat keadaan di dalam mobil, jadi Harry cukup aman dari mata para pengawal yang berdiri di depan pintu rumah."Kau yakin security tadi mau diajak kerja sama?" tanya Gerald, pria yang memiliki banyak tato di tubuhnya. Maksud Gerald security yang berada di post keamanan di depan gerbang rumah.Harry menatap ke depan, pada Gerald yang duduk di bangku setiran. "Setiap kali aku pulang dengan keadaan mabuk, mereka selalu tutup mulut. Bahkan aku pernah mencium Kim di area rumah, tapi tidak ada yang tahu padahal ada banyak cctv di sini.""What the fuck, bro? Hubungan kalian sudah sejauh itu?" Harry mendengar Gerald mengejeknya sinis. Siapa pun pria di dekat
"Au... " Kim meringis saat tangan Harry menghempaskan tangannya kasar hingga membentur kaca jendela, untung tidak luka.Mata Iblis Harry menyipit pada Kim. "Apa susah menghubungiku beberapa hari ini? Berhari-hari aku menunggu kabarmu, Kim!" Harry meraih tangan Kim. "Jangan pernah meninggalkan aku seperti dulu.""Berhenti mengamuk, Harry. Dengar dulu penjelasanku.""Fuck! What do you want from me?" Makinya. "Kau menganggap perasaanku mainan? Tidak penting, iya?"Harry melepaskan genggamannya dan Kim mengambil mundur badannya. Tatapan Harry seperti menghantam dadanya sewaktu dia mulai menjaga jarak, seluruh tubuhnya gemetar dengan rasa takut yang lengkap dan penuh."Keluarga akan tersangkut dan kita akan menjadi berita buruk di media, mengertilah." Kim menyentuh tangan Harry berusaha menenangkan dirinya dan kekasihnya.Harry menyeringai sinis. "Jujur saja. Kau
"Aku bisa kehilangan kendali jika di dekatmu." Harry berbisik di telinga Kim frustasi. Wanita dengan dua tahi lalat di pipi dan satu d bawah bibir menatap kekasihnya sendu. "Kau harus pulang."Kim turun dari pangkuan Harry lalu duduk di sebelah pria itu, meletakkan kepalanya di atas bahu Harry. "Aku harus menjadi anak baik-baik sampai Daddy mengizinkan aku kembali ke kampus." Ucap Kim memberi pengertian. Menghadapi Harry harus lembut agar Harry tidak emosi lagi."Kau harus memberi kabar kalau tidak mau aku berbuat jauh padamu. Aku bisa nekad memanjat kamarmu."Kim menegakkan tubuhnya. "Tolong mengertilah, Harry. Kau tahu sekeras apa Daddy. Jika kau seperti ini kau akan mempersulitku. Aku tidak mau hubungan kalian semakin renggang." Harry mendengus kasar."Berjanjilah kau tidak akan membuat masalah." Ujar Kim lagi."Aku tidak akan membuat kesepakatan denganmu. " Ucap Harry tanpa melihat Kim. "Aku sangat menderita kau tidak bersamaku bebe