"Aku bisa kehilangan kendali jika di dekatmu." Harry berbisik di telinga Kim frustasi. Wanita dengan dua tahi lalat di pipi dan satu d bawah bibir menatap kekasihnya sendu. "Kau harus pulang."
Kim turun dari pangkuan Harry lalu duduk di sebelah pria itu, meletakkan kepalanya di atas bahu Harry. "Aku harus menjadi anak baik-baik sampai Daddy mengizinkan aku kembali ke kampus." Ucap Kim memberi pengertian. Menghadapi Harry harus lembut agar Harry tidak emosi lagi.
"Kau harus memberi kabar kalau tidak mau aku berbuat jauh padamu. Aku bisa nekad memanjat kamarmu."
Kim menegakkan tubuhnya. "Tolong mengertilah, Harry. Kau tahu sekeras apa Daddy. Jika kau seperti ini kau akan mempersulitku. Aku tidak mau hubungan kalian semakin renggang." Harry mendengus kasar.
"Berjanjilah kau tidak akan membuat masalah." Ujar Kim lagi.
"Aku tidak akan membuat kesepakatan denganmu. " Ucap Harry tanpa melihat Kim. "Aku sangat menderita kau tidak bersamaku bebe
"Lama tidak bertemu, Harry." Ethan tersenyum tipis. "Kalian harus ikut denganku. Tuan sudah menunggu.""Katakan padanya aku tidak punya waktu." Balas Harry pada kaki tangan Leon. Pria itu mengelus badan pistolnya seakan siap mengambil mangsa."Apakah yang di mobil itu teman-temanmu?" ucapnya bernada mengancam. Sekilas Harry melihat ke mobilnya, tampak Kim dan Jelena ketakutan."Aku anggap ini adalah undangan." Ucap Harry, lalu ia kembali ke mobil. Kemudian mobil mereka mengikuti mobil di depan, sedangkan mobil jip di belakang masih setia mengikuti mereka."Apa Daddy menyuruh mereka menjemputku? Ini pasti perbuatan Megan dan Ibunya." Ucap Kim. Ada rasa takut yang timbul di hatinya, Neneknya sekarang pasti dalam masalah. Bodoh, Kim terlalu sepele pada anak-ibu itu."Tenang, Kim. Daddy tidak akan mencelakai kita." Ucap Harry, dia tidak tahu Gerald sudah mengirimkan lokasi pada Jimmy karena sudah berprasangka buruk dan cemas. Pria itu diam saja d
"Aku akan pergi dari sini, kembali ke asrama. Sudah lama aku tidak masuk kuliah." Ucap Kim menahan geram. Ia melangkah lebar ke arah kamarnya lalu memasukkan pakaian ke dalam koper merah"Siapa yang mengizinkan kau pergi!" Leon berteriak dengan keras.Bahkan suaranya mampu meruntuhkan bangunan Mansion mewahnya, hingga orang di tempat itu mendengar teriakan Leon. Tapi Kim tidak peduli, ia tetap memasukkan pakaiannya ke dalam koper."Kau tidak akan kemana-mana, Kim! Daddy bilang kau tetap di sini." Perintah Leon di ambang pintu. "Dengar, aku melakukan ini untuk kebaikan kalian. Kau tahu kan daddy juga sangat menyayangi Harry?"Wajah geram Kim berubah menjadi sinis, ia tidak melihat bukti Leon menyayangi Harry."Dad, kau mengancam akan membunuhnya! Ayah mana yang ingin melukai anaknya?" ujar Kim seraya mundar-mandir mengambil pakaian dari dalam lemari.Setelah siap Kim menarik kopernya keluar dari kamar melewati Leon
Sudah hampir tiga jam Kim terkurung di kamarnya. Ia berbaring di atas ranjang dengan keadaan tangan terikat, wajahnya sembab karena menangis sedari tadi. Mengapa tega ayahnya memperlakukan dia seperti tawanan. Ruangan itu gelap karena lampu tidak dinyalakan, hanya ada pantulan cahaya yang berasal dari jendela.Tiga tahun lalu, rumah ini ada kebahagiaan saat Ibunya, Emily, dan Harry masih bersamanya di Yellowstone. Tetapi sekarang semuanya berbeda."Kim... Kim... "Kim membuka matanya kaget. Ia mendengar suara ketukan dari jendela. Dan yang membuatnya tidak percaya adalah suara itu milik Harry."Apa yang kau lakukan di sini?" Kim melihat Harry masuk dari jendela, bola mata Harry membesar melihat keadaan Kim."Sialan! Siapa yang melakukan ini?" Harry mendudukkan Kim lalu membuka ikatan tali di tangan Kim. "Mr Leon keparat itu yang melakukan ini?" Ucapnya geram dengan nada pelan dan tajam."Dia daddy,
"Jadi selama ini kau tidur di sini?" Ucap Kim yang baru selesai mandi. Rambutnya masih basah di tutupi handuk. Pandangannya tertuju pada ranjang di atas lantai berseprai warna zebra.Suasana terasa benar-benar kaku dan canggung. Tubuhnya seperti di sengat oleh aliran listrik yang membuatnya gugup. Tapi ia berusaha untuk tetap santai di depan Harry.Dia membungkuk ke jendela. Dari sini bisa melihat halaman arah gerbang bengkel. Sambil membenarkan dress tidurnya Kim duduk di atas lantai yang terbuat dari kayu itu. Sialan Rachel, kenapa ia meminjamkan gaun tidur bukannya piama yang bercelana panjang.Sekilas Kim melihat Harry memandangi tubuhnya tak berkedip. Salahkan dirinya kenapa pergi begitu saja hanya membawa tas kecilnya yang berisi ponsel dan dompet juga parfum yang selalu standby di tasnya."Di sini sangat nyaman tidur, aku menyukai tempat in
Menjelang pagi suara ketukan keras dari pintu membangunkan Harry, ia bergeser pelan agar tidak membangunkan Kim di sebelahnya.Bayangkan betapa tersiksanya Harry tiap malam tidur bersama Kim tanpa melakukan apa pun, selain bercerita dan bercanda di atas kasur. Tapi begini saja sudah menyenangkan dari pada tidak melihat Kim berhari-hari.Harry berjalan lalu membuka pintu, mendapatkan Juan di bawah pintu dengan wajah panik, pria itu harus menarik nafas agar bisa mengatakan sesuatu. Harry mengerutkan keningnya menatap Juan tidak sabaran."Apa kau mabuk? Kau salah mengetuk kamar, bodoh." Ucap Harry. Mereka terbiasa memaki sesama teman tanpa rasa benci. Itu membuat mereka semakin dekat."Kau harus segera membawa Kim pergi dari sini. Ayahnya telah bergerak mencari Kim ke asrama." Akhirnya Juan bersuara. Di bawah Juan ternyata ada Rachel yang juga memasang wajah cemas."Apa kau yakin?" tanya Harry tegang. Juan dan Rachel mengangguk bersamaan. Kim me
Mobil Juan berhenti di sebuah gedung yang besar dan tinggi. Mereka bertiga masuk dan mencari apartemen yang di maksud Harry. Sangat takjub ternyata Apartemen itu tidak biasa. Mewah dan besar.Apartemen ini dilengkapi bar kecil dan kolam renang. Bangunan yang terletak di lantai 49 ini dari balkon dapat melihat pemandangan area pantai. Bernuansa putih dan cream membuat apartemen ini terkesan elegan dan mewah. Sedikitnya Kim tahu level hunian mewah kisaran berapa harganya, US$100 adalah harga fantastis untuk sebuah apartemen."Sebenarnya siapa Harry itu? Dia pernah bilang hanya anak pungut dari jalanan yang diambil Leon Parker." Ujar Juan yang masih terkagum akan pemandangan tempat itu."Lihat! Di sini ada foto wanita!"Sontak Kim melangkah lebar ke arah Rachel yang berdiri di depan meja hias yang berjejer foto-foto... entah foto siapa. Kim tercekat melihat salah satu foto ada seorang wanita yang seumuran dengan ibunya di sebelah pria yang
Angin berhembus sangat kencang hingga membuat dedaunan dan ranting kecil di atas pohon berjatuhan. Tapi tak membuat Harry kedinginan tanpa jaket yang biasa ia pakai. Ia mempercepat mobilnya menembus jalanan.Satu tangannya mendial nomor Juan. "Dia sudah tidur? Jaga dia sampai aku datang.""Kau dimana sekarang? Aku harus menjawab apa jika besok pagi Kim menanyaiku." Suara dari seberang membuat Harry menarik nafas. Martin yang berada di sebelahnya merebut ponsel di tangan Harry."Biar aku yang bicara padanya. Fokus pada setiranmu." Ujar Martin pada Harry."Hei bodoh, kau dengar aku... jaga Kim bukan kau menghabiskan malammu dengan Rachel sampai pagi, bodoh!" Martin selalu saja meledek Juan, semua bukan hanya Martin. Juan selalu dibully oleh mereka."Aku tau apa yang aku kerjakan, sialan!" Maki Juan tidak terima. Martin terkekeh. "Katakan dimana kalian? Se
Andai Harry terlahir dari keluarga yang utuh dan masih bersamanya ia takkan mengalami hal serumit ini. Sebagaimana di ceritakan Jimmy bahwa ibunya masih hidup. Dan sekarang seorang wanita yang sudah berusia di 45 tahun turun dari helikopter berjalan ke arahnya.Harry dan teman-temannya termangu melihat wanita itu. Sangat mencerminkan wanita yang kuat dan memiliki integritas.Jimmy melirik wajah Harry, melihat reaksi pemuda itu setelah lama ia menggerutu ibunya menelantarkan dirinya. Bagaimana sikap Harry pada ibunya? Bagaimana perasaan Natalie setelah bertahun-tahun tidak bertemu anaknya? Semua itu menjadi pikiran Jimmy sekarang.Untung saja Alice, kekasih Martin memberitahu apa yang sedang terjadi di bengkel Vernon. Hingga ia tahu Harry dalam bahaya. Jimmy juga telah mengetahui Harry menyembunyikan Kim di apartemen yang diberikan olehnya atas suruhan Natalie.Jimmy yang telah menyelamatkan Gerald be