"Siapa namamu?" tanya Darren kepada wanita itu.
"Namaku, Vallery," jawabnya.
"Hmm!" Darren hanya menanggapi dengan gumaman membuat Vallery kesal.
"Astaga, aku sangat menyesal sudah memberi tau namaku," ucap Vallery gemas.
"Kenapa?" tanya Darren.
"Kau pikir saja sendiri," jawab Vellery, lalu melangkahkan kakinya untuk pergi dari apartment Darren.
"Kau mau ke mana?" tanya Darren.
"Bukan urusanmu, but thanks," jawab Vallery.
"Jadi urusanku kerena kau semalam tidur di sini, aku akan mengantarmu pulang," ucap Darren dengan nada datar.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," ucap Vallery.
"Hei Nona, kau terlalu sombong," ucap Albert yang baru selesai mengganti pakaian.
"Biarkan saja, aku yang sombong, bukan kau, jadi tidak perlu peduli dengan sikapku," ucap Vallery, lalu Albert menghampiri Vallery dengan seringainya.
"Menarik, kau wanita pertama yang berkata kasar kepadaku, mau menemaniku tidur malam ini? Ayolah jangan menolak, aku yakin kau akan sangat puas dengan pemainan yang aku buat ...."
PLAAK
Vallery menampar pipi Albert dengan sangat kencang.
"Bastard sialan, kau pikir aku wanita murahan yang sudi menghangatkan ranjangmu?" tanya Vallery sengit.
"Kau sok suci, aku tidak yakin jika kau masih utuh," ucap Albert dengan nada mengejek.
"Aku tidak akan termakan jebakanmu, pria bodoh, jebakanmu terlalu murahan," ucap Vallery.
"Kau benar-benar ...."
"Hentikan!" pekik Darren membuat Albert diam.
"Kepalaku terasa ingin pecah mendengar ocehan kalian, ini masih pagi jangan membuat moodku hancur gara-gara perdebatan tidak bermutu ini," ucap Darren lagi.
Darren sangat muak mendengar perdebatan Vallery dan Albert, itu membuat moodnya menjadi tidak baik pagi ini.
BRAAK
Vallery keluar dari apartment Darren seraya menutup pintu dengan sangat kencang, membuat Albert dan Darren terkejut.
"Cih ... dasar munafik," maki Albert.
"Diam!" ucap Darren tajam.
"Lalu apa namanya jika bukan munafik, sok suci, ini pertama kalinya ada wanita yang menolak tidur denganku," ucap Albert kesal.
Darren tidak mendengarkan ocehan temannya lagi, dia segera duduk dan menikmati sarapan yang sudah dibuat oleh Vallery, Darren membiarkan Albert mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Vallery.
"Hati-hati, jika makanan itu beracun bagaimana?" tanya Albert.
"Astaga Albert, tolong aku ... aku ... Tidak bisa bernafas," ucap Darren dengan terbata.
"Aku sudah katakan, bisa saja wanita itu memberi racun di makanan ini," ucap Albert panik karena melihat Darren yang kesulitan bernafas.
"Bodoh, kau mudah sekali tertipu," ucap Darren dengan santai, lalu pergi meninggalkan Albert yang bingung.
"Darren, aku tidak akan mengampunimu!" pekik Albert setelah paham dengan apa yang Darren lakukan.
Tapi percuma, Darren tidak akan mendengar karena dia sudah pergi.
Sampai di basement, Darren segera pergi menuju kantornya, lebih tepatnya perusahaan yang dia dirikan dari hasil kerja kerasnya, perusahaan yang bisa bersaing dengan perusahaan milik orang tuanya.
Saat sampai halte, Darren melihat Vallery yang sedang duduk, sepertinya sedang menunggu bus atau taksi, Darren menghentikan mobilnya di hadapan Vallery lalu membuka kaca mobilnya.
"Masuklah, aku akan mengantarmu," ucap Darren.
"Tidak perlu, terima kasih," ucap Vallery.
"Kau tinggal di mana?" tanya Darren.
Lalu Vallery menyebutkan alamat rumahnya.
"Masuklah, kita satu arah," ucap Darren lagi, Vallery pun akhirnya masuk ke mobil Darren.
"Terima kasih, maaf selalu merepotkanmu," ucap Vallery.
"Hmm!"
"Astaga, lagi-lagi," ucap Vallery lirih.
Keadaan menjadi hening setelah perbincangan singkat mereka, sampai Vallery melihat foto wanita cantik yang tergantung di mobil Darren, Vallery tidak bisa menahan rasa penasarannya untuk bertanya kepada Darren.
"Dia siapa?" tanya Vallery.
"Istriku," jawab Darren.
"Sorry, berarti semalam kau ...."
"Tak apa, lagi pula dia berada di tempat terbaik," ucap Darren datar.
"Sampaikan maafku kepada istrimu, karena membuat kau tidak pulang semalam, aku tidak bermaksud untuk ...."
"Diamlah, Vallery," ucap Darren menyela.
Vallery bungkam seketika mendengar ucapan Darren.
"Apa istrinya tahan dengan sikap acuhnya ini, aku tidak bisa membayangkan jika aku yang menjadi istrinya, setiap hari tekanan darahku pasti naik," ucap Vallery dalam hatinya.
"Apa kau masih ingin diam di sini?" tanya Darren, setelah menghentikan mobilnya.
Vallery melihat ke arah luar ternyata dia sudah sampai di kawasan perumahan elite miliknya.
"Aku hanya bisa mengantarmu sampai sini," ucap Darren.
"It's oke, thank's," ucap Vallery, lalu segera turun karena yakin Darren tidak akan menjawab ucapannya.
Benar saja, bahkan sampai mobil sport pria itu menghilang, Vallery tidak mendengar Darren bicara lagi.
"Untung kau tampan dan baik, jika kau sangat menyebalkan seperti pria itu, aku pasti akan memakimu habis-habisan," ucap Vallery.
"Nona, anda ke mana saja?" tanya seorang bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam. Tidak seorang, tapi beberapa orang datang menghampiri Vallery, saat melihat wanita itu turun dari mobil sport mewah.
"Kenapa? Si bujang tua itu pasti mencariku?" tanya Vallery kepada pria itu.
Vallery tau jika orang-orang yang ada di hadapannya ini pasti orang suruhan yang mencari dirinya karena tidak pulang semalaman.
"Ya Nona, tuan Troy sangat mencemaskan anda, ayo pulang sekarang," jawabnya lalu berjalan mendampingi Vallery di belakang.
Vallery sangat muak dengan semua ini, ke mana-mana selalu ada bodyguard yang menjaga, tidak boleh begini tidak boleh begitu, Vallery ingin bebas.
"Haiish ... Kapan pria itu akan memberi kebebasan untukku," Vallery berjalan dengan tak hentinya menggerutu.
Saat sampai di rumah nan mewah miliknya, seorang pria yang terlihat cemas langsung menghampiri Vallery.
"Aily dari mana saja,.semalaman tidak pulang, ponselmu pun tidak dapat dihubungi?" tanya pria itu khawatir.
"Kalian menemukan dia di mana?" tanyanya kepada para bodyguard.
"Diamlah Kak, aku lelah," ucap Vallery, pria itu adalah Troy Harrison, kakak dari Vallery Harrison.
"Kau sudah tau tentang si brengsek itu?" tanya Troy menebak.
"Ya, dan dia lebih memilih jalang itu dari pada aku," jawab Vallery.
"Sudah istirahatlah, aku akan pergi ke kantor sekarang, biar pelayan mengantarkan makanan untukmu," ucap Troy lalu pandangannya beralih kepada para bodyguard yang masih setia menunggu perintah darinya, "dan kalian jaga adikku baik-baik, jika terjadi sesuatu kepadanya aku akan penggal kepala kalian semua."
"Baik, Tuan," setelah itu Troy pergi menuju kantornya.
"Darren, kita akan bertemu lagi," ucap Troy menyeringai.
"Apa kau sudah menemukan siapa dalang di balik kekacauan kemarin?" tanya Troy kepada Brian, dia adalah orang kepercayaan Troy.
"Belum," jawab Brian.
"Temukan segera, jangan sampai polisi membuka kasus wanita itu lagi," ucap Troy.
"Aku tau," ucap Brian.
"Jam berapa meeting dengan dia?" tanya Troy.
"Siang nanti," jawab Brian.
"Aku sangat ingin menghancurkan dia," ucap Troy.
"Lakukan saja, perlahan tapi pasti," ucap Bian menyeringai.
"Tentunya, aku tidak menyangka jika keadaan dia akan berubah seperti ini, apa mungkin dia tau apa yang sudah kita lakukan dulu?" tanya Troy.
"Aku rasa tidak, wanita itu tidak memiliki bukti apapun untuk bicara kepada polisi," jawab Bian.
"Mereka benar-benar bodoh," ucap Troy.
"Kenapa kau ingin sekali melihat dia hancur?" tanya Bian.
"Karena dia alasan wanita itu menolakku," jawab Troy penuh penekanan.
"Sekarang aku mengerti, kenapa kau melakukan itu kepada si gadis malang," ucap Brian sambil memegang kemudian dengan kuat hingga kukunya memutih.
"Ya, tapi sayangnya dia lebih memilih hidup menderita dari pada menjadi ratuku," ucap Troy.
*** Setelah sampai di perusahaan, Darren langsung disibukkan dengan setumpuk pekerjaan, perusahaan Darren adalah perusahaan penggerak property dan arsitektur, Darren membangun semuanya dari nol bersama dengan sahabatnya Albert.Usaha mereka tak sia-sia, perusahaan Darren berkembang dengan pesat dan mampu bersaing dengan perusahaan besar lainnya di California termasuk perusahaan milik keluarganya, yaitu Royal Group.
Siapa yang tidak tau perusahaan itu, bahkan Royal dijuluki sebagai kerajaan Khalfani. Ya, keluarga Khalfani memang sangat terkenal, di seluruh penjuru California, perusahaan manapun pasti ingin bekerja sama dengan Royal.
Tapi, dengan apa yang dimiliki oleh keluarganya tidak membuat Darren tertarik sedikitpun, padahal Darren adalah pewaris tunggal Royal, dia lebih memilih membangun usahanya sendiri. Bahkan, Darren menutupi identitas dia yang sebenarnya dari orang lain, kecuali Albert sahabatnya.
"Morning Honey, semua yang aku punya tidak ada artinya karena kau tidak bersamaku lagi," ucap Darren sambil memandang foto istrinya yang selalu ia simpan di atas meja kerjanya.
Tok tok tok
"Masuk!" perintah Darren kepada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya dari luar.
"Ini berkas kerja sama milik dia," ucap Albert.
"Tolak saja, aku tidak ingin bekerjasama dengannya," ucap Darren tetap fokus dengan berkasnya.
"Baiklah, sesuai apa yang kau inginkan," ucap Albert lalu keluar dari ruangan Darren.
"Tunggu kehancuranmu, kau akan membayar semua penderitaan yang dirasakan oleh istriku." ucap Darren.
Bersambung...Sejak kembali dari apartment Darren, Vallery masih mengurung dirinya di kamar, dia tidak mempedulikan suara teriakan dari luar yang memanggil namanya. Apa yang terjadi kemarin dan semalam terus saja berputar di dalam ingatan Vallery, pengkhianatan Yuka dan pertemuannya dengan Darren, Vallery mengambil fotonya ada di atas meja."Cih ... lelaki berengsek, hanya mengambil keuntungan dari wanita saja," ucap Vallery lalu melempar bingkai yang terdapat fotonya bersama dengan Yuka sang mantan kekasih.Flashback on. Sore itu dengan langkah ringannya, Vallery berjalan menuju apartment Yuka kekasihnya, hari ini adalah hari jadi hubungan mereka yang kedua tahun, selama mereka berpacaran, Vallery tidak pernah memberikan apa yang Yuka inginkan, Vallery hanya mengijinkan Yuka untuk mengecupnya, Vallery tidak ingin memberi kesempatan Yuka untuk membobol apa yang seharusnya Vallery berikan kepada suaminya. Di tan
"Anda mau ke mana, Nona?" tanya salah satu bodyguard kepada Vallery. "Bukan urusanmu," jawab Vallery tajam "Menjadi urusan kami karena Tuan Troy meminta kami untuk menjaga Nona dan mengikuti kemanapun Nona pergi," ucapnya. "Aku sudah meminta ijin dia untuk pergi sendiri, jika kau tidak percaya silahkan kau hubungi dia," ucap Vallery, dia tau para bodyguard ini tidak akan ada satupun yang membantah perintah Troy. Berhasil, mereka mempercayai apa yang Vallery katakan."Tuan dan pengawal, sama-sama bodoh, mudah sekali untuk aku tipu," ucap Vallery dalam hatinya lalu pergi.*** Sebenarnya Darren masih ingin berada di rumah sakit menemani wanita itu, tapi apa daya tuntutan pekerjaan selalu menantinya, tentunya dengan misi memberi pelajaran kepada orang yang telah membuat hidupnya seperti ini. "Aku akan menemukan siapa orang yang telah membuatmu seperti ini, baik-baik di sini, nanti aku akan kembali
Darren tersenyum tipis menanggapi ucapan Vallery, mungkin dulu akan ada seorang wanita yang marah dan cemburu saat melihat Darren bersama dengan wanita lain, tapi sekarang?Darren pun tidak ingin menjelaskan itu kerena dia masih tidak ingin menerima kenyataan dan tidak ingin mengingat apa yang terjadi kepada istrinya, mengingat kejadian itu membuat darah Darren mendidih seketika."Kenapa?" tanya Vallery yang melihat raut wajah Darren berubah."Kau bertengkar dengan istrimu? Apa gara-gara semalam kau tidak pulang?" tanya Vallery."Tidak, kami baik-baik saja," jawab Darren."Sorry gara-gara aku, kau tidak jadi membeli kue untuk istrimu," ucap Vallery."Tak apa, aku beli kue di toko lain saja," ucap Darren."Baiklah, kalau begitu aku turun di sini saja," ucap Vallery, lalu Darren menepikan mobilnya."Thank's," ucap Vallery."Hmm!" Vallery hanya menghela nafasnya panjang, d
Darren pergi dari ruang meeting karena mendapat kabar dari seseorang, Darren segera menuju mobilnya untuk pergi ke ruang rahasia di rumahnya.Dua puluh menit perjalanan akhirnya dia sampai, ruangan itu ada di dalam garasi bawah tanah rumahnya, Darren segera masuk. Saat sampai, ada seseorang yang sudah menantinya, orang itu bernama Mike, dia adalah detektif kepercayaan Darren."Ada apa?" tanya Darren."Aku menemukan di mana dua pelaku yang lainnya, mereka adalah teman dari Troy Harrison," jawab Mike."Di mana mereka?" tanya Darren."Yang satu berada di Jerman, dan satu lagi sudah tiba di California, mereka sedang menjalin kerja sama, ternyata mereka adalah kelompok mafia yang paling dicari polisi karena mereka pelaku penyelundupan senjata dan obat-obatan terlarang, kedok mereka belum terungkap, hanya orang-orang di bawah mereka yang tertangkap," jawab Mike. "Bagus, aku tinggal menunggu kabar dari dia selanjutnya," ucap Darr
Darren mencerna apa yang Albert katakan, selama ini kenapa dia tidak menyadari itu padahal Darren yang sering berinteraksi dengan Grace.Wanita itu, baru empat tahun ini menjadi dokter ibunya. Ya, wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu adalah Kyra ibu kandung Darren.Sudah bertahun-tahun Kyra dirawat di rumah sakit jiwa, sebelum Grace yang menangani Kyra, keadaan wanita itu tidak ada perubahan sama sekali, semakin hari keadaannya malah semakin memburuk, hingga pimpinan rumah sakit merekomendasikan Grace kepada Darren untuk merawat ibunya. Tentu saja Darren tidak sembarangan menerima, Darren menyelidiki siapa Grace terlebih dahulu, tapi orang kepercayaannya hanya memberikan informasi jika Grace adalah dokter terbaik lulusan Jerman. Semenjak kehadiran Grace, keadaan Kyra berangsur-angsur pulih, kini Kyra bisa diajak komunikasi walaupun sesekali masih merasa ketakutan dan Kyra akan meracau tidak jelas. "Darren, jang
PRAANG"AAA ...." Kyra menjerit histeris saat mendengar suara benda pecah.Albert yang merasa panik pergi berlari memanggil Grace agar Kyra bisa segera ditangani.Saat mendengar apa yang diucapkan oleh Kyra, tangan Darren melemas seakan seakan kehilangan tenaga bahkan untuk menopang piring yang ia pegang pun tidak bisa. "Ada apa ini?" pertanyaan Grace membuat Darren tersadar kembali atas apa yang terjadi. "Sorry Mom, aku tidak bermaksud membuat Mom terkejut," ucap Darren lalu berusaha untuk menyentuh Kyra, tapi Kyra menepis tangan Darren. "Jangan sentuh aku, kalian manusia kejam yang tidak memiliki perasaan," ucap Kyra yang semakin histeris. "Lebih baik kalian keluar dulu," ucap Grace, Darren dan Albert pun pergi menunggu Grace memeriksa keadaan Kyra. "Tuan, tadi ada orang yang datang lagi ke sini," ucap salah satu bodyguard yang berjaga. "Siapa orang itu?" tanya D
Dengan perlahan Darren membaringkan Vallery di atas ranjang, saat Darren akan beranjak Vallery malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Darren berusaha untuk melepaskan cengkraman Vallery, tapi ...BrukVallery menarik Darren dengan kuat hingga Darren tersungkur di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Vallery lakukan, mata Darren semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Vallery, itu membuat jantung Darren berdetak dengan sangat kencang tidak karuan. Darren berusaha untuk melepaskan diri, tapi Vallery terus mengecup bibir Darren dengan menuntut dan menggebu, membuat Darren merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Darren terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Vallery. "Lepaskan Darren, ini tidak benar, kau sudah melukai Liora," batin Darren berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Vallery. "Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Vallery.&n
Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya. "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya. "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun. "Aku turun di sini saja," ucap Vallery. Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren. "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren. "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya. "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren. "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren," ucap Vallery. "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat. "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery Plet
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da