Home / Romansa / Love You Perfectly / 6 -Sarapan Bersama

Share

6 -Sarapan Bersama

Author: Eve Mira
last update Last Updated: 2021-09-07 13:02:28

Meira baru saja keluar dari kamarnya, seuasai beberapa menit tadi ia mandi. Ia bisa melihat Hale yang duduk di sebuah sofa usang di ruang tamu miliknya. Rumah Meira itu tak besar, hanya ada sebuah kamar tidur, dapur, dan ruang tamu yang tak dipisahkan dengan sekat apapun.

Hale sedikit memandang anti pada perabotan disana. "Semuanya terlihat usang dan tak bagus!" ucap Hale sambil mengamati barang-barang yang ada disana.

"Tuan, tunggu sebentar ya, aku akan buatkan sarapannya..." ucap Meira yang saat ini tengah sibuk di dapur kecilnya.

Hale dapat dengan jelas melihat betapa lihainya tangan putih Meira saat memotong beragam sayuran dengan pisau itu. "Apa masakannya akan enak?" gumam Hale seorang diri. Ia yakin Meira tak akan mendengar, ah! Hale lupa, Meira itu kan tuli.

Setelah lima belas menit berlalu akhirnya makanan yang Meira buat telah selesai. Hale dapat mencium aroma harum dari sana. "Tuan, kemari lah, ini sudah jadi..." ucap Meira dengan menyiapkan makanya ke dalam piring.

Hale mendekati Meira. Jujur, dari aromanya makanan itu terlihat enak? Pikir Hale.

"Maaf tuan, aku biasanya hanya sarapan telur gulung dan salad sayur ini, tak apa kan?" tanya Meira.

Hale hanya mengangguk, ia mulai menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya.

'Ini enak! batin Hale.

"Apa enak tuan?" Meira bertanya pada Hale yang masih memandangi makanan buatannya.

"Ini lumayan." ucap Hale yang masih saja angkuh.

"Syukurlah, kukira orang kaya seperti tuan tak akan bisa memakan makanan seperti ini..." ucap Meira tanpa pikir panjang.

Hale menatap Meira sedikit tajam. "Kau pikir apa yang orang kaya makan hah? Emas?" sarkas Hale, kemudian ia kembali melanjutkan makannya.

"Emas itu tak bisa dimakan..." celetuk Meira polos.

"Sudah tahu jangan tanya. Kau ini hanya tuli kan? Bukan bodoh?" ucap Hale tanpa menatap Meira.

Meira yang mengamati bibir Hale itu pun akhirnya sedikit kesal, "tuan! Kau itu kok sangat mengesalkan sih? Aku tak bodoh! Aku hanya tuli!" ucap Meira.

Hale mengangkat pundaknya acuh, dan melanjutkan makannya. Jujur, ia sangat jarang sarapan pagi. Biasanya ia akan berangkat ke kantor tepat jam enam pagi tanpa sarapan. Ia hanya tinggal seorang diri di apartemen, terlebih lagi ia tak bisa memasak.

Rasa-rasanya mengapa setiap lelaki, apalagi lelaki kaya, nereka itu pasti tak bisa memasak? Entahlah. Aku juga tidak tahu.

"Terimakasih atas sarapannya." ucap Hale sambil menatap pada Meira yang sedang meminum teh hijau.

Meira mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama tuan."

Lalu setelah Meira selesai merapihkan piring bekas sarapan mereka, Meira menoleh pada Hale.

"Tuan? Kau kok tak pergi-pergi?" celetuk Meira, tadi seusai sarapan Hale bukanya pergi, tapi ia hanya duduk kembali di sofa ruang tamu.

"Kau mengusirku?!" tanya Hale angkuh.

Meira yang membaca gerak bibir Hale hanya menggeleng dengan polosnya. "Tidak kok, aku kan hanya bertanya, mengapa kau masih duduk disitu?"

"Ekhmm,"

Hale berdehem dan bangkit lalu mendekati Meira yang berdiri di dekat kompor. "Bolehkan aku melihat beberapa lukisanmu yang lain?" tanya Hale dihadapan Meira.

Ya, Hale sangat penasaran. Pasalnya di ruang tamu ini tak ada sama sekali tanda-tanda kehadiran lukisan Meira.

Meira menggeleng. "Aku tak mau memperhatikannya pada siapapun, kecuali saat nanti pameran." ucap Meira spontan.

Hale memandang Meira dongkol. Apa harus menunggu pameran dulu baru gadis tuli itu mau menunjukan lukisanya pada Hale?!

"Begitu?" tanya Hale tak percaya.

"Iya tuan," ucap Meira polos.

Hale mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang disana.

"Halo!"

"Halo tuan Hale, anda dimana? Pertemuan pagi ini akan segera-"

"Persiapkan acara pameran tiga hari tiga malam!"

"Apa?!"

"Aku mau acara itu siap dalam dua hari!"

"Tapi-"

"Atau aku akan memotong gajimu tiga bulan kedepan, Nona Seva..."

"Aaa?! Baik tuan, baik!"

Dan Hale mematikan panggilan itu sepihak. Lalu kembali menatap pada Meira yang masih memandangnya polos.

"Dua hari lagi kau harus memperlihatkan lukisanmu! " ucap Hale angkuh dan kemudian ia pergi tanpa pamit dari rumah Meira.

"Orang kaya memang sangat menyebalkan ya? Jika menjadi orang kaya akan seperti tuan itu, aku akan lebih memilih menjadi miskin saja!" celetuk Meira.

Sebelum sampai di pintu keluar, Hale berbalik dan menatap Meira datar, ia kembali berjalan mendekati Meira yang menatapnya penuh kebingungan.

"Apa ada yang tertinggal tuan?" tanya Meira, ia menoleh ke meja ruang tamu memastikan jika tak ada apapun barang Hale yang tertinggal disana.

"Tidak." ucap Hale singkat dan datar.

"Lalu?" tanya Meira dengan binggung.

"Namaku bukan tuan. Namaku Hale. Panggil aku Hale." ucap Hale dengan jelas dan pelan agar Meira mampu memahaminya.

"Tapi tuan-"

"Hanya Hale, dan tanpa tuan." ucap Hale penuh penegasan.

"Ba-baiklah..." ucap Meira terbata-bata. Tahu tidak? Hale memandang Meira sangat intens barusan. Lagi dan lagi darah Meira berdesir karenanya.

"Dan ya, sekali lagi terimakasih untuk sarapannya." ucap Hale dan kini ia benar-benar pergi dari rumah Meira.

Deg

Meira memegangi dadanya. "Kenapa disini berdetak sangat kencang?" tanya Meira pada dirinya sendiri.

Related chapters

  • Love You Perfectly   1-Membaca Gerak Bibir

    Pameran lukisan itu sudah tampak ramai, banyak sekali para kolektor lukisan yang hadir sebatas untuk melihat dan mungkin membeli beberapa karya indah dari pada seniman lukis yang hadir disana.Lalu terlihatlah seorang gadis yang nampak sederhana dengan balutan gaun berwarna putih gading yang menutupi bawah lututnya, ia nampak terlihat binggung, ia menoleh kesana dan kemari, mencari seseorang sepertinya. Tangannya meremas erat kanvas yang ia bawa."Hei! Meira!" panggil seseorang dari belakang gadis yang ternyata bernama Meira itu.Meira hanya diam, dia tak menoleh ataupun bereaksi, ia masih sibuk melihat sekelilingnya dengan binggung."Hei!" seorang gadis yang tadi memanggilnya kini menepuk pundak Meira, dan Meira langsung menolehkan kepalanya kebelakang."kak Seva? Aku mencarimu sedari tadi, aku sangat binggung," ucap Meira dan tersenyum lega setelah melihat gadis tadi yang ternyata adalah

    Last Updated : 2021-09-05
  • Love You Perfectly   2-Lukisan Seratus Juta

    Acara pameran itu berlangsung dengan sangat lancar, banyak sekali para pelukis yang merasa senang, karena beberapa diantara karya mereka berhasil terjual dengan harga yang tinggi. Hal ini pun terjadi juga pada Meira.Gadis cantik nan sederhana itu kini sedang tersenyum sambil memandangi lukisannya yang juga berhasil terjual."Wah! Kau harus meneraktirku makan Mei!" ucap Seva sambil menyenggol lengan Meira, Meira hanya menganggukan kepalanya. Ia bahkan tak menyangka jika lukisannya ini akan terjual dengan harga yang bisa kalian katakan sangat fantastis."Ekhmm!" Hale datang menghampiri Meira dan Seva. Tatapanya masih datar seperti saat pertama, Halemengamati Meira dari atas hingga ke bawah."Aku tak menyangka orang cacat sepertimu bisa membuat karya seindah ini!" ucap Hale dengan lugas, Meira yang membaca gerak bibir Hale hanya bisa tersenyum simpul."Terimakasih atas pujianya tuan... Ah iy

    Last Updated : 2021-09-05
  • Love You Perfectly   3 -Mulai Tertarik

    "Astaga!" Seva memijit kepalanya yang pening. Hale itu semaunya sendiri. Bagaimana bisa dia meminta info tentang Meira padanya? Hei! Meira itu kan sahabatnya Seva. Mana mungkin Seva menempatkan Meira pada posisi bahaya? Hale itu menyeramkan dan sangat sarkas, sedangkan Meira itu begitu polos."Siapa yang menelepon kak? Kau kelihatan frustasi?" tanya Meira yang kini masih mengiris kecil-kecil daging panggang miliknya.Seva memandang Meira dongkol. Apa Meira tak sadar? Karena lukisan Meira yang terlalu bagus itu, sepertinya membuat Hale merasa tertarik??Jika diibaratkan, Hale itu seekor singa yang gagah dan ganas, lalu Meira hanyalah merpati kecil, indah dan begitu polos. Huh! Pikiran itu muncul secara tiba-tiba di kepala Seva saat melihat sahabatnya yang sedang makan dengan tenang."Emmm, Mei, kau akan apakan uang sebanyak itu? Kau kan tak suka uang," celetuk Seva seraya duduk dan kembali makan.

    Last Updated : 2021-09-07
  • Love You Perfectly   4 -Beri Aku Lukisanmu!

    Langit sudah menggelap diatas sana. Dan bodohnya lagi adalah, Hale masih setia berada di luar kafe. Meira yang baru saja selesai dari pekerjaannya itu sedikit terkejut saat mengetahui jika Hale masih berada di kafe depan minimarket.Meira dengan polosnya berjalan mendekati Hale yang kini sedang memandangi Meira secara terang terangan."Tuan? Kau masih disini?""Kau tak buta kan?" ucap Hale yang lagi-lagi terdengar sangat kasar.Meira kini mencoba tersenyum, 'Tuhan belum mengambil mata ini, dan ya, kedua mataku sangat sehat tuan,' ucap Meira dengan senyumannya yang mampu membuat Hale keluar dari dunianya.Ini pertama kalinya Hale melihat sedekat ini, melihat Meira yang tersenyum lebar dengan jarak yang begitu dekat. Hale mengedipkan matanya, ia mencoba mengontrol ekspresi wajahnya."Baiklah tuan, aku harus pulang. Disini lumayan sepi saat makan, terlebih minimarket sudah tu

    Last Updated : 2021-09-07
  • Love You Perfectly   5 -Usaha Pertama

    Pagi ini Hale masih bertekad kuat untuk membuat Meira mau menjual lukisanya padanya. Jadilah pagi-pagi seperti ini Hale sudah mengunjungi Meira di kontrakan sederhana Meira.Darimana Hale tahu tempat tinggal Meira? Ya tentu saja dari Seva."Beritahu aku dimana tempat tinggal Meira!""Hoam... Aku-""Nona Seva! Cepat beritahu! Kau membuang waktuku dengan acara menguapmu itu!""Tuan Hale??!""Hmm.""Meira tinggal di jalan Gardenia nomor 7 tuan, rumah sederhana yang berada di depan panti jompo.""Oke!" Hale langsung menutup panggilannya waktu itu.Kira-kira seperti itulah bagaimana cara Hale bisa sampai di depan pintu rumah Meira pagi ini. Pagi ini? Iya betul... Ini masih jam lima pagi!Hale berdiri dengan angkuhnya, ia mengamati sekitar rumah Meira. Rum

    Last Updated : 2021-09-07

Latest chapter

  • Love You Perfectly   6 -Sarapan Bersama

    Meira baru saja keluar dari kamarnya, seuasai beberapa menit tadi ia mandi. Ia bisa melihat Hale yang duduk di sebuah sofa usang di ruang tamu miliknya. Rumah Meira itu tak besar, hanya ada sebuah kamar tidur, dapur, dan ruang tamu yang tak dipisahkan dengan sekat apapun.Hale sedikit memandang anti pada perabotan disana. "Semuanya terlihat usang dan tak bagus!" ucap Hale sambil mengamati barang-barang yang ada disana."Tuan, tunggu sebentar ya, aku akan buatkan sarapannya..." ucap Meira yang saat ini tengah sibuk di dapur kecilnya.Hale dapat dengan jelas melihat betapa lihainya tangan putih Meira saat memotong beragam sayuran dengan pisau itu. "Apa masakannya akan enak?"gumam Hale seorang diri. Ia yakin Meira tak akan mendengar, ah! Hale lupa, Meira itu kan tuli.Setelah lima belas menit berlalu akhirnya makanan yang Meira buat telah selesai. Hale dapat mencium aroma harum dari sana. "Tuan, kemari

  • Love You Perfectly   5 -Usaha Pertama

    Pagi ini Hale masih bertekad kuat untuk membuat Meira mau menjual lukisanya padanya. Jadilah pagi-pagi seperti ini Hale sudah mengunjungi Meira di kontrakan sederhana Meira.Darimana Hale tahu tempat tinggal Meira? Ya tentu saja dari Seva."Beritahu aku dimana tempat tinggal Meira!""Hoam... Aku-""Nona Seva! Cepat beritahu! Kau membuang waktuku dengan acara menguapmu itu!""Tuan Hale??!""Hmm.""Meira tinggal di jalan Gardenia nomor 7 tuan, rumah sederhana yang berada di depan panti jompo.""Oke!" Hale langsung menutup panggilannya waktu itu.Kira-kira seperti itulah bagaimana cara Hale bisa sampai di depan pintu rumah Meira pagi ini. Pagi ini? Iya betul... Ini masih jam lima pagi!Hale berdiri dengan angkuhnya, ia mengamati sekitar rumah Meira. Rum

  • Love You Perfectly   4 -Beri Aku Lukisanmu!

    Langit sudah menggelap diatas sana. Dan bodohnya lagi adalah, Hale masih setia berada di luar kafe. Meira yang baru saja selesai dari pekerjaannya itu sedikit terkejut saat mengetahui jika Hale masih berada di kafe depan minimarket.Meira dengan polosnya berjalan mendekati Hale yang kini sedang memandangi Meira secara terang terangan."Tuan? Kau masih disini?""Kau tak buta kan?" ucap Hale yang lagi-lagi terdengar sangat kasar.Meira kini mencoba tersenyum, 'Tuhan belum mengambil mata ini, dan ya, kedua mataku sangat sehat tuan,' ucap Meira dengan senyumannya yang mampu membuat Hale keluar dari dunianya.Ini pertama kalinya Hale melihat sedekat ini, melihat Meira yang tersenyum lebar dengan jarak yang begitu dekat. Hale mengedipkan matanya, ia mencoba mengontrol ekspresi wajahnya."Baiklah tuan, aku harus pulang. Disini lumayan sepi saat makan, terlebih minimarket sudah tu

  • Love You Perfectly   3 -Mulai Tertarik

    "Astaga!" Seva memijit kepalanya yang pening. Hale itu semaunya sendiri. Bagaimana bisa dia meminta info tentang Meira padanya? Hei! Meira itu kan sahabatnya Seva. Mana mungkin Seva menempatkan Meira pada posisi bahaya? Hale itu menyeramkan dan sangat sarkas, sedangkan Meira itu begitu polos."Siapa yang menelepon kak? Kau kelihatan frustasi?" tanya Meira yang kini masih mengiris kecil-kecil daging panggang miliknya.Seva memandang Meira dongkol. Apa Meira tak sadar? Karena lukisan Meira yang terlalu bagus itu, sepertinya membuat Hale merasa tertarik??Jika diibaratkan, Hale itu seekor singa yang gagah dan ganas, lalu Meira hanyalah merpati kecil, indah dan begitu polos. Huh! Pikiran itu muncul secara tiba-tiba di kepala Seva saat melihat sahabatnya yang sedang makan dengan tenang."Emmm, Mei, kau akan apakan uang sebanyak itu? Kau kan tak suka uang," celetuk Seva seraya duduk dan kembali makan.

  • Love You Perfectly   2-Lukisan Seratus Juta

    Acara pameran itu berlangsung dengan sangat lancar, banyak sekali para pelukis yang merasa senang, karena beberapa diantara karya mereka berhasil terjual dengan harga yang tinggi. Hal ini pun terjadi juga pada Meira.Gadis cantik nan sederhana itu kini sedang tersenyum sambil memandangi lukisannya yang juga berhasil terjual."Wah! Kau harus meneraktirku makan Mei!" ucap Seva sambil menyenggol lengan Meira, Meira hanya menganggukan kepalanya. Ia bahkan tak menyangka jika lukisannya ini akan terjual dengan harga yang bisa kalian katakan sangat fantastis."Ekhmm!" Hale datang menghampiri Meira dan Seva. Tatapanya masih datar seperti saat pertama, Halemengamati Meira dari atas hingga ke bawah."Aku tak menyangka orang cacat sepertimu bisa membuat karya seindah ini!" ucap Hale dengan lugas, Meira yang membaca gerak bibir Hale hanya bisa tersenyum simpul."Terimakasih atas pujianya tuan... Ah iy

  • Love You Perfectly   1-Membaca Gerak Bibir

    Pameran lukisan itu sudah tampak ramai, banyak sekali para kolektor lukisan yang hadir sebatas untuk melihat dan mungkin membeli beberapa karya indah dari pada seniman lukis yang hadir disana.Lalu terlihatlah seorang gadis yang nampak sederhana dengan balutan gaun berwarna putih gading yang menutupi bawah lututnya, ia nampak terlihat binggung, ia menoleh kesana dan kemari, mencari seseorang sepertinya. Tangannya meremas erat kanvas yang ia bawa."Hei! Meira!" panggil seseorang dari belakang gadis yang ternyata bernama Meira itu.Meira hanya diam, dia tak menoleh ataupun bereaksi, ia masih sibuk melihat sekelilingnya dengan binggung."Hei!" seorang gadis yang tadi memanggilnya kini menepuk pundak Meira, dan Meira langsung menolehkan kepalanya kebelakang."kak Seva? Aku mencarimu sedari tadi, aku sangat binggung," ucap Meira dan tersenyum lega setelah melihat gadis tadi yang ternyata adalah

DMCA.com Protection Status