Sampai di Bali, semuanya langsung cek-in hotel. Yuki dan Leon datang belakangan. Mereka masih asik berbincang bersama dengan para petinggi menteri yang lain.Leon nampak sangat posesif pada Yuki. Terlebih ketika melihat dengan jelas, tatapan tertarik dari petinggi kementrian Bali. Leon mendengkus keras, ia membenci pria yang tertarik dengan Yuki.
"Ahh, perkenalan dulu nih. Gue Nauval!"
"Leon, dan dia Yuki calon ibu dari anak-anak gue!"
"Jadi Yuki itu!" Seru Nauval sengaja memotong"Tunangan gue!" Sambungnya, melirik Yuki yang juga melihatnya.What?? Apa?? Semua hampir menyerukan demikian. Lalu Karin, Bagas dan Agam melirik Leon. Wajah nya benar-benar pias.Tapi belum juga 5 menitNauval dan Yuki ngakak."Astagah bang, muka Leon anjir!" Kekeh Yuki."Laki Lo!" Kekeh Nauval masih tertawa."Ehe asu, laki gue dari mananya?""Udah deh, gue gak mau brantam, apalagi ini kita baru bisa ketemu lagi. Gue aja dah senang yu!" Seru Nauval sambil memeluk kembarannya nya itu penuh sayang.Ohh, kembarannya nya toh ternyata, tapi tunggu dulu."Apaan ini? Nauval Abang Lo atau siapa sih?? Gaje banget tau ngak??" Kesal Leon.Ia berdiri, lalu menarik Yuki.Nauval ngakak lagi."Jadi, Yuki itu kembaran gue. Cuman gue duluan lahir dari dia. Trus, semenjak kecil. Gue udah tinggal di Bali ini sama nenek gue!" Seru Nauval melihat Yuki yang mengan
"Kopi itu nikmatnya tiada dua"***Ramai, satu kata yg dominan untuk mencerminkan cafe kopi itu. Namun meski ramai, gadis itu tetap memarkirkan motor-nya lalu memasuki gedung yang dominan warna hitam itu. Sebenarnya masih ada warna putih dan coklatnya tapi H
" Ehmm, pagi tanpa kopi. Ibarat hidup tanpa cinta!"***Pagi nya setelah Yuki bangun. Leon sudah tidak ada lagi di kamarnya. Laki- laki itu hanya meninggalkan sebuahnoteuntuknya beserta kunci mobil laki-laki itu.
"Meski kamu berusaha menjauh, tapi itu akan berujung sia-sia. Karena meski omongan mu pahit, tapi ngangenin"***
"Oi Yu, dipanggil big bos Lo !"Datang-datang ke ruangannya ,Agam sudah membawa berita tidak mengenakkan pagi ini."Ngapain Gam? Perasaan gue baru aja dari Sono!" Kesal Yuki.
"gimana dok?" Seru Leon setelah dokter yang memeriksa Yuki kembali dari ruangan."Anda siapa nya kalau boleh tau, ini masalah yang serius!""S-saya calon suami nya dok!" Ucap Leon mantap membuat Frans, bagas, Karin berserta Agam yang juga pada datang saling pandang, tapi mereka tak berani memban
Yuki bangun, melirik jamBakkeryang sudah menunjukkan pukul 06.45. Allamak, Yuki langsung melompat dari tempat tidurnya.Fiks,dia bakal telat kali ini.Yuki langsung mandi, berpakaian rapi lalu mengambil tas nya. Ia segera keluar dari kamarnya sebelum,
Yuki menatap Leon yang berada di hadapannya. Laki-laki itu masih saja melamun, tidak memakan makanannya.Setelah mengiyakan ajakan Leon untuk makan,di sinilah mereka sekarang. Di ruang kerja milik Leon."Kenapa hmm??" Ucap Yuki lembut.Leon menatap nya
"Jadi Yuki itu!" Seru Nauval sengaja memotong"Tunangan gue!" Sambungnya, melirik Yuki yang juga melihatnya.What?? Apa?? Semua hampir menyerukan demikian. Lalu Karin, Bagas dan Agam melirik Leon. Wajah nya benar-benar pias.Tapi belum juga 5 menitNauval dan Yuki ngakak."Astagah bang, muka Leon anjir!" Kekeh Yuki."Laki Lo!" Kekeh Nauval masih tertawa."Ehe asu, laki gue dari mananya?""Udah deh, gue gak mau brantam, apalagi ini kita baru bisa ketemu lagi. Gue aja dah senang yu!" Seru Nauval sambil memeluk kembarannya nya itu penuh sayang.Ohh, kembarannya nya toh ternyata, tapi tunggu dulu."Apaan ini? Nauval Abang Lo atau siapa sih?? Gaje banget tau ngak??" Kesal Leon.Ia berdiri, lalu menarik Yuki.Nauval ngakak lagi."Jadi, Yuki itu kembaran gue. Cuman gue duluan lahir dari dia. Trus, semenjak kecil. Gue udah tinggal di Bali ini sama nenek gue!" Seru Nauval melihat Yuki yang mengan
Sampai di Bali, semuanya langsungcek-inhotel. Yuki dan Leon datang belakangan. Mereka masih asik berbincang bersama dengan para petinggi menteri yang lain.Leon nampak sangat posesif pada Yuki. Terlebih ketika melihat dengan jelas, tatapan tertarik dari petinggi kementrian Bali. Leon mendengkus keras, ia membenci pria yang tertarik dengan Yuki."Ahh, perkenalan dulu nih. Gue Nauval!""Leon, dan dia Yuki calon ibu dari anak-anak gue!"
Bagas, Agam dan karin. Ketiga bawahan Yuki itu menatap sang bos dengan curiga. Apa-apaan ini?? Kenapa sekarang, sang big boss aka Leon berada di ruangan mereka?? Dan parahnya, sedang bermanja-manja dengan Yuki.Tidak sadar usiaapa?? Seperti ABG yang baru kenal dengan cinta saja.Penampilan Leon juga tidak seburuk beberapa hari yang lalu. Tidak marah-marah, tidak ada karyawan yang kena pecat. Malah, sang bigboss selalu memamerkan senyumnya sedari tadi. Ya, meski senyumnya hanya ditujukan pada Yuki seorang. Namun, hal itu sukses membuat semua karyawan nya wanti-wanti. Jika tidak sedang marah-marah, masalah senyum-senyum pun bisa m
"Ya elah bang, ngapain sih Lo Dateng kesini?""Emang gak bisa? Sama Abang kandung sendiri Lo kayak gini! Gue santet juga Lo!""Tega Lo nyantet gue bang??"Bodo-ah, minggir deh, gue mau tidur!"Silvia, adik satu-satunya Leon menatap bengis ke arah Leon. Sudah datang tiba-tiba, main nyelonong tidur di kamarnya lagi. Kalau sudah seperti ini, kesimpul
"Ada apa?" Seru Yuki To the point setelah merasa tempatnya cukup aman."Buru-buru banget ya Yu?" Tanya Dani seperti kecewa dengan jawaban Yuki."Iya!""Aduh gimana ya, gue bingung mau mulai dari mana!""Kayaknya gak serumit soal olimpiade fisika kan?" Seru Yuki datar.
"kenapa gak kasih tau gue kalo Lo masuk Harvard?" Seru Leon setelah mereka sampai di apartemen gadis itu."Niat nya mau ngasih tau, tapi ketunda!" Seru Yuki jutek."Astagah Yu, kita serumah, satu atap! Sesusah itu buat ngomong sama gue?"Yuki menghela nafas nya malas, ia malas berdebat dengan Leon."Jawab yu, jawab, jadi Lo nganggap gue apa sih se
Staysantuy di rumah, mengabaikan beberapa panggilan yang sejak tadi mendemo-demo. Setelah pulang kantor bersama Leon, Yuki langsung bersih-bersih dan duduk ngopi di pantri bawah."Angkat tuh neng gawainya, mana tau penting!" Seru si mbok penjaga pantri."Biarin aja mbok, lagi malas lagian!" Ucap Yuki tetap meminum kopinya.
Leon menikmati angin pantai yang dengan santainya membelai kulit nya. Semenjak tadi pagi, senyum nya tidak pernah pudar barang sedetik pun.Ia tambah mengembangkan senyumnya saat sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya. Ia membalik badan lalu Tersenyum manis ke arah seseorang yang memeluknya tadi.
Ada kalanya kita bakalMerasa bahwa pelarian terbaikSaat jiwa misqueen melandaAdalah caper sama sultan***