" Ehmm, pagi tanpa kopi. Ibarat hidup tanpa cinta!"
***
Pagi nya setelah Yuki bangun. Leon sudah tidak ada lagi di kamarnya. Laki- laki itu hanya meninggalkan sebuah note untuknya beserta kunci mobil laki-laki itu.
Setelah bersiap-siap, Yuki langsung menuruni apartemennya sambil membawa kunci mobil Leon. Menyalakan mesin nya lalu bergegas pergi ke kantor.
Yuki memarkirkan mobil Leon di basement kantor lalu berjalan santai menuju lobby yang sudah mulai ramai.
Yuki hanya membalas dengan senyuman ketika para bawahannya itu menyapanya. Kedudukan Yuki memang sangat penting di kantor kementrian itu , terlebih sifat dan dispilin nya yang memang harus dilestarikan negara.
"Yu, nambah cantik aja Lo!" Kekeh Agam saat Yuki sudah memasuki ruangannya.
"Lo juga!" Seru Yuki.
"Wah, nambah ganteng ya Yu. Ternyata gak sia-sia gue perawatan ala oppa- oppa Korea!" Heboh Agam.
"Nambah melambai maksud Yuki bego!" Seru Karin mengantikan Yuki.
Yuki mengacungkan jempolnya pada karin lalu terkekeh, gadis itu memang paling paham apa yang akan ia ucapkan jika Agam sudah berulah.
"Fuck, gue perkosa Lo nanti malam!" Kesal Agam yang di balas kekehan Karin.
"Gue tunggu di apartemen gue Gam!" Tantang Karin.
"Stop it, Lo balik ke meja Lo Gam. Kita akan ada rapat direksi BUMN bentar lagi. Gue yang bakal gantiin big boss!" Ucap Yuki.
"What?? Gila, gue baru datang langsung dengar rapat. Nauzubillah Yuki, mati- mati!"
Yuki memutar bola matanya malas mendengar ocehan Bagas yang heboh. Laki- laki itu langsung berlari menuju kubikelnya dan langsung fokus pada presentasi nya nanti.
Yuki adalah sosok kepala divisi yang hebat. Dengan jabatannya yang lebih tinggi dari teman-temannya, seharusnya ia bisa menyombongkan diri. Namun, Yuki itu berbeda. Ia tetap bergaul layaknya jabatan yang sama dengan mereka. Karena Yuki terlalu paham, bahwa kesuksesan sebuah proyek itu dimulai ketika pemimpin nya mampu mengendalikan para bawahannya.
"Waktu kita hanya sekitar satu jam lagi, gue mau ke bagian statistik dulu. Jangan pernah kecewakan gue!" Ucap Yuki pada mereka.
Bagas, Agam dan karin langsung berdiri ala-ala Batman.
"Siap bos, perintah dilaksanakan!" Ucap mereka kompak.
Yuki mengangguk, ia memang tidak salah memilih mereka bertiga sebagai team nya. Selain pintar, mereka juga handal dalam hal apa-pun.
"Okeh, gue tinggal bentar!" Ucap Yuki.
***
Di sisi lain, Leon yang masih semangat 45 nya memasuki lobi hotel tempat rapat mereka. Dengan Akmal- sang sekretaris yang membacakan jadwal mereka hari ini.
"Berapa lama waktu kita free setelah rapat?" Tanya Leon.
"Ada sekitar 3 jam nanti bos!"
"Bagus, Lo temanin gue nanti!"
"Beliin hadiah buat pujaan hati Lo nih bos??" Kekeh Akmal.
"Tau aja Lo, udah cepat nih. Gue udah rindu!"
"Astagahh Bos, baru aja beberapa jam yang lalu. Udah main rindu aja Lo bos!"
"Kayak gak pernah jatuh cinta aja Lo mal, gue inget dulu pas kita masih kuliah dulu. Lo kan bucin nya itu, siapa nama cewek Lo?"
"Theresia Bos!"
"Nah, itu lah. Lo kan lebih parah dari gue!"
"Dia kan juga cinta sama gue bos, lah elo? Cuman Lo doang!" Kekeh Akmal.
"Sialan Lo!" Kesal leon.
Akmal- sekretaris nya sekarang. Leon dan Akmal itu dulu sempat kuliah bareng. Dan mereka juga sobat karib. Makanya tidak heran jika mereka akrab.
Skip
Leon dan Akmal sekarang sedang berada di pusat pembelanjaan, ia langsung menuju stan yang menyediakan stok baju sport.
"Ya elah, bos. Lo tau Ampe apa kesukaan Yuki?" Seru Akmal sambil menghampiri Leon.
"Jelas lah, harus tau gitu!"
Akmal kicep, orang satu ini emang paling susah di-bilangin. Cewek nya juga aneh sih, ralat calon nya maksudnya.
Skip
"Beb, Lo langsung pulang?" Seru Bagas pada Yuki.
"Ngopi dulu!"
"Temanin gue ke mall ya, mau beli kado buat ayang may Beby hany!"
"Ogah!"
"Pliss deh, gue traktir minum kopi deh!" Seru Bagas tetap mencoba mengajak Yuki.
"Males gas, lagi gamood gue!"
"Astagahh, belum di kasih jatah sama pak bos lu ya!"
"Gila Lo!"
"Nah-nah, nampak banget Lo!"
"Ngapain pada bawa-bawa big boss segala sih nyet? Gue potong adik lo, mau?" Geram Yuki.
Bagas terdiam sambil memegangi adik kecilnya. Ia menatap ngeri Yuki, salah sikit adiknya jadi korban.
"Gak usah malu ngakuin lah Yu, semua satu kantor udah tau kok. Eh ralat, maksudnya satu kecamatan!"
Yuki menatap kesal Agam yang ikut menimpali. Mood nya benar-benar hancur.
"Tau apa maksud Lo berdua huh?"
"Tau kalo bos itu bucinnya elo yu!" Teriak Karin sambil berlari menuju lift sebelum Yuki benar-benar murka.
"Gas, Yo cabut!" Ucap Yuki akhirnya.
"Tadi aja sok nolak Lo , padahal mau juga!"
"Babi lah!" Kesal Yuki.
Agam dan Bagas langsung tertawa terbahak-bahak, kalau Yuki sudah berkata demikian, berarti emosinya sudah ada di ubun-ubun.
"Eh gas, kejar noh si boss. Ntar ngamuk lagi!" Seru Agam setelah meredakan tawanya.
"Iye-iye, gue cabut dulu!"
Bagas berlari menuju lift dan langsung mengejar Yuki. Gadis itu masih duduk di pantri sambil meminum kopinya.
"ayo Yu, keburu kemaleman ntar!"
"Ogah, gak jadi!" Seru Yuki cuek bebek.
"Yah, kan marah lagi. PMS ya Yu?"
"Hmmm!"
"Ya udah deh, gue duluan aja kalo gitu!"
Yuki mengangguk, ia masih duduk di pantri sambil memainkan handphone nya. Ia terkejut tiba-tiba mendapat Notif yang masuk ke WA pribadinya.
Yuki menatap ponsel nya, entah dari mana Leon bisa tau WA pribadinya yang tak satu pun yang tau di kantor ini.
Terlebih, wallpaper Leon adalah fotonya sendiri. Sungguh menyebalkan,Yuki akhirnya menutup ponsel nya lalu berjalan menuju parkiran. Meski sudah sore, masih banyak pegawainya yang masih sibuk.
Yuki jadi merasa tidak enak karena menolak ajakan Bagas tadi. Tapi, ya sudah lah. Yang berlalu biarlah berlalu. Lagipula ia harus mengambil motornya juga di tempat Frans.
Yuki memarkirkan mobil Leon di tempat Frans. Lalu berjalan masuk.
"Eh Yuki, udah Dateng aja Lo!" Seru frans yang langsung menyambutnya.
"Biasa ya Frans!"
"Siap bos ku!"
Meski punya karyawan, Frans tidak membiarkan mereka melayani Yuki. Karena Yuki itu spesial baginya.
"Gimana?" Seru frasn setelah Yuki meminum americanonya.
"Good, seperti biasanya!"
"Jelas dong, siapa dulu yang buatin! Eh btw, si Big bos Lo mana Yu? Tumben seharian gak kelihatan!"
"Lo gay ya?"
Para pengunjung tiba-tiba terdiam lalu menatap ke arah Yuki dan Frans. Bukan hanya pelanggan, karyawannya saja dengan terang-terangan menatapnya penuh selidik.
"Asu, gue normal yu astagahh. Perlu gue buktiin?" Kesal Frans.
Fiuhh, Yuki mengehela nafas legah. Begitu juga dengan pelanggan yang kembali dengan aktifitas mereka dan karyawannya yang kembali bekerja.
Kan! Yuki memang sangat-sangat berpengaruh. Terutama untuk sesuatu yang terlihat rahasia.
***TBC**
"Meski kamu berusaha menjauh, tapi itu akan berujung sia-sia. Karena meski omongan mu pahit, tapi ngangenin"***
"Oi Yu, dipanggil big bos Lo !"Datang-datang ke ruangannya ,Agam sudah membawa berita tidak mengenakkan pagi ini."Ngapain Gam? Perasaan gue baru aja dari Sono!" Kesal Yuki.
"gimana dok?" Seru Leon setelah dokter yang memeriksa Yuki kembali dari ruangan."Anda siapa nya kalau boleh tau, ini masalah yang serius!""S-saya calon suami nya dok!" Ucap Leon mantap membuat Frans, bagas, Karin berserta Agam yang juga pada datang saling pandang, tapi mereka tak berani memban
Yuki bangun, melirik jamBakkeryang sudah menunjukkan pukul 06.45. Allamak, Yuki langsung melompat dari tempat tidurnya.Fiks,dia bakal telat kali ini.Yuki langsung mandi, berpakaian rapi lalu mengambil tas nya. Ia segera keluar dari kamarnya sebelum,
Yuki menatap Leon yang berada di hadapannya. Laki-laki itu masih saja melamun, tidak memakan makanannya.Setelah mengiyakan ajakan Leon untuk makan,di sinilah mereka sekarang. Di ruang kerja milik Leon."Kenapa hmm??" Ucap Yuki lembut.Leon menatap nya
"Ck, paan sih Lo? Minggir dikit!"Frans terkekeh melihat pemandangan di depannya. Ia akui juga Leon itu tipe lelaki yang akan melakukan segala cara demi mencari perhatian Yuki."Gak ahh, kan yang nahan gue buat gak nonjok tuh curut kan elo!" Ucap Leon menunj
Ada kalanya kita bakalMerasa bahwa pelarian terbaikSaat jiwa misqueen melandaAdalah caper sama sultan***
Leon menikmati angin pantai yang dengan santainya membelai kulit nya. Semenjak tadi pagi, senyum nya tidak pernah pudar barang sedetik pun.Ia tambah mengembangkan senyumnya saat sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya. Ia membalik badan lalu Tersenyum manis ke arah seseorang yang memeluknya tadi.
"Jadi Yuki itu!" Seru Nauval sengaja memotong"Tunangan gue!" Sambungnya, melirik Yuki yang juga melihatnya.What?? Apa?? Semua hampir menyerukan demikian. Lalu Karin, Bagas dan Agam melirik Leon. Wajah nya benar-benar pias.Tapi belum juga 5 menitNauval dan Yuki ngakak."Astagah bang, muka Leon anjir!" Kekeh Yuki."Laki Lo!" Kekeh Nauval masih tertawa."Ehe asu, laki gue dari mananya?""Udah deh, gue gak mau brantam, apalagi ini kita baru bisa ketemu lagi. Gue aja dah senang yu!" Seru Nauval sambil memeluk kembarannya nya itu penuh sayang.Ohh, kembarannya nya toh ternyata, tapi tunggu dulu."Apaan ini? Nauval Abang Lo atau siapa sih?? Gaje banget tau ngak??" Kesal Leon.Ia berdiri, lalu menarik Yuki.Nauval ngakak lagi."Jadi, Yuki itu kembaran gue. Cuman gue duluan lahir dari dia. Trus, semenjak kecil. Gue udah tinggal di Bali ini sama nenek gue!" Seru Nauval melihat Yuki yang mengan
Sampai di Bali, semuanya langsungcek-inhotel. Yuki dan Leon datang belakangan. Mereka masih asik berbincang bersama dengan para petinggi menteri yang lain.Leon nampak sangat posesif pada Yuki. Terlebih ketika melihat dengan jelas, tatapan tertarik dari petinggi kementrian Bali. Leon mendengkus keras, ia membenci pria yang tertarik dengan Yuki."Ahh, perkenalan dulu nih. Gue Nauval!""Leon, dan dia Yuki calon ibu dari anak-anak gue!"
Bagas, Agam dan karin. Ketiga bawahan Yuki itu menatap sang bos dengan curiga. Apa-apaan ini?? Kenapa sekarang, sang big boss aka Leon berada di ruangan mereka?? Dan parahnya, sedang bermanja-manja dengan Yuki.Tidak sadar usiaapa?? Seperti ABG yang baru kenal dengan cinta saja.Penampilan Leon juga tidak seburuk beberapa hari yang lalu. Tidak marah-marah, tidak ada karyawan yang kena pecat. Malah, sang bigboss selalu memamerkan senyumnya sedari tadi. Ya, meski senyumnya hanya ditujukan pada Yuki seorang. Namun, hal itu sukses membuat semua karyawan nya wanti-wanti. Jika tidak sedang marah-marah, masalah senyum-senyum pun bisa m
"Ya elah bang, ngapain sih Lo Dateng kesini?""Emang gak bisa? Sama Abang kandung sendiri Lo kayak gini! Gue santet juga Lo!""Tega Lo nyantet gue bang??"Bodo-ah, minggir deh, gue mau tidur!"Silvia, adik satu-satunya Leon menatap bengis ke arah Leon. Sudah datang tiba-tiba, main nyelonong tidur di kamarnya lagi. Kalau sudah seperti ini, kesimpul
"Ada apa?" Seru Yuki To the point setelah merasa tempatnya cukup aman."Buru-buru banget ya Yu?" Tanya Dani seperti kecewa dengan jawaban Yuki."Iya!""Aduh gimana ya, gue bingung mau mulai dari mana!""Kayaknya gak serumit soal olimpiade fisika kan?" Seru Yuki datar.
"kenapa gak kasih tau gue kalo Lo masuk Harvard?" Seru Leon setelah mereka sampai di apartemen gadis itu."Niat nya mau ngasih tau, tapi ketunda!" Seru Yuki jutek."Astagah Yu, kita serumah, satu atap! Sesusah itu buat ngomong sama gue?"Yuki menghela nafas nya malas, ia malas berdebat dengan Leon."Jawab yu, jawab, jadi Lo nganggap gue apa sih se
Staysantuy di rumah, mengabaikan beberapa panggilan yang sejak tadi mendemo-demo. Setelah pulang kantor bersama Leon, Yuki langsung bersih-bersih dan duduk ngopi di pantri bawah."Angkat tuh neng gawainya, mana tau penting!" Seru si mbok penjaga pantri."Biarin aja mbok, lagi malas lagian!" Ucap Yuki tetap meminum kopinya.
Leon menikmati angin pantai yang dengan santainya membelai kulit nya. Semenjak tadi pagi, senyum nya tidak pernah pudar barang sedetik pun.Ia tambah mengembangkan senyumnya saat sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya. Ia membalik badan lalu Tersenyum manis ke arah seseorang yang memeluknya tadi.
Ada kalanya kita bakalMerasa bahwa pelarian terbaikSaat jiwa misqueen melandaAdalah caper sama sultan***