Yuki bangun, melirik jam Bakker yang sudah menunjukkan pukul 06.45. Allamak, Yuki langsung melompat dari tempat tidurnya. Fiks, dia bakal telat kali ini.
Yuki langsung mandi, berpakaian rapi lalu mengambil tas nya. Ia segera keluar dari kamarnya sebelum,
"Aaaaaaa, setan ya Allah!" Teriak Yuki.
"Setan gundul mu, Yok serapan dulu!"
Lelaki itu pergi menjauh dari Yuki yang masih terdiam di tempat dengan kesal.
Yuki masih mencerna, astagah. Ia lupa, ternyata ia akan tinggal beberapa hari kedepan dengan Leon. Yang benar saja? Ia baru mengatai Leon setan! Watados, sepertinya ini akan menjadi akward moment
deh.Yuki akhirnya memutuskan,
Berjalan mengendap-endap, lalu memakai sepatunya. Ia masih melihat Leon yang sibuk di dapurnya.
Click
Pintu terbuka, Leon masih belum menyadari nya. Dengan terburu-buru, Yuki langsung ke luar dan
"Sekali kamu kabur, jangan harapkan bisa pergi lagi!"
"Aaaaaaa!!"
Leon menatap kesal Yuki, lalu menariknya dan mendudukkannya menuju meja makan. Jadi, ia pikir ia tidak tau kalau gadis itu akan kabur, begitu?? Jangan di tanya mah, ia tersenyum miring melihat Yuki yang cemberut.
"Kamu hobi ya buat gue marah?" Geram Leon.
"Ck, over banget sih!" Kesal Yuki.
"Nih di makan dulu, gue buatin kopi bentar!"
Yuki menatap punggung Leon yang menjauh menuju dapur, aroma kopi yang ia buat langsung menusuk-nusuk hidung Yuki, lalu suara-suara kecanduannya itu mulai berteriak. Oke, alay emang. Tapi, kopi buatan Leon yang sekarang sudah ada di depannya benar-benar mengunggah seleranya.
"Ck, kenapa belom di makan?"
"Abang udah makan?" Seru Yuki balik bertanya.
"Bentar gue ambilin lagi!"
"Lagi??" Seru Yuki
"Iya, tadi gue udah makan. Tapi entah kenapa, lihat Lo yang ngajakin makan, gue jadi selera lagi!"
Yuki memutar bola matanya malas, ia lalu melahap nasi goreng Leon. Wahh, enak banget. Yuki memuji masakan Leon, yang bahkan lebih enak daripada masakannya.
"Gimana? Enak gak?"
"Hmmm!"ucap Yuki
"Ck, gue gak suka Lo ngomong cuman hmm hmmm aja sayang. Kalo di tanya, ya harus di jawab!"
"Iya bang, enak banget malah!" Seru Yuki akhirnya.
"Nah, gimana. Kamu ada lihat sesuatu ngak waktu lihat gue??"
"Eh, maksud Lo?"
"Ck, belum ya!" Ucap Leon kecewa.
"Paan sih? Gaje banget!"
Padahal tadi, Leon sudah berharap Yuki bakal terpesona dengannya. Karena dalam nasi goreng yang Leon buat, sudah ada benih-benih cinta. Tapi, kenapa Yuki belum merasakannya? Ahh, sepertinya benih nya akan bereaksi nanti.
***
Setelah berdebat panjang lebar, Yuki akhirnya mengalah. Ia berangkat bersama dengan Leon. Bahkan ketika mereka sampai, Leon dengan sengajanya memeluk pinggang nya posesif.
Beberapa karyawan yang melihat langsung senyam-senyum tidak jelas. Tapi, beberapa karyawan laki-laki terlihat kecewa. Tapi demi apa?? Bodo ahh, Yuki juga tidak berusaha menolak, karena sekuat apa pun ia menolak, Leon pasti selalu punya cara.
Berhenti di lantai kerja Yuki. Leon mengantarnya sampai mejanya.
"Kerja yang bagus, jangan genit. Awas aja kalau genit!" Ucap Leon.
"Hmmm!"
"Kan, gue udah bilang kalau-!!"
"Iya big boss, iya!" Ucap Yuki pasrah.
"Nah gitu dong, Abang kan makin tambah sayang! Gue pergi dulu ya, mau kerja juga!" Ucap Leon lembut sambil mengusap kepala Yuki.
Fiks, Yuki bertaruh, setelah Leon pergi. Pasti curut bertiga itu bakal menginterogasinya.
"Yu, Gue gak salah lihat kan??"
Kan, apa kata Yuki. Belum juga 30 detik Leon berlalu. Bagas, Agam dan karin langsung menyerbunya.
"Hmm!"
"Bos? Elo udah mempan ya sama bucinya si bigboss??" Seru Agam.
"Bucin gundul mu!" Kesal Yuki.
"Astagah bos, gue akhirnya seneng lihat big bos berhasil naklukin hati Lo!" Teriak Karin.
"Alay banget, merasa di hutan gue!" Seru Bagas mencibir. Karin hanya melotot lalu mendengkus.
"Gue gak bisa nolak, big boss punya seribu cara biar gue gak nolak!" Seru Yuki frustasi.
Tapi, emang dasar teman laknat, mereka bertiga malah ngakak. Bukannya bantuin, ini malah bahagia.
"Ya elah bos, kita senang kali! Itu ciri- ciri big bos emang suka sama bos. Bukan hanya obsesi semata, tapi udah bucin- bucinnya yang parah !"
Mereka ngakak lagi, Yuki mesem.
"Jadi gimana bos?? Enak gak tidur berdua?? Lo di elus-elus manja enggak?" Heboh Karin.
"Tidur berdua gundul mu! Udahlah, balik Sono! Nanti gue potong gaji Lo pada!"
"Yaelah bos, kita kan cuman kepo aja!"
"Pecat mungkin ya?"
Terdiam, mereka bertiga langsung menuju kubikel kerja nya masing-masing. Yuki, tersenyum evil melihat keterdiaman mereka.
Ia lalu duduk di meja kerja nya lalu mulai membuka laptop miliknya. Memeriksa laporan untuk rapat nanti.
"Gam, Lo kan sekarang?" Tanya Yuki menuju meja Agam.
"Okeh bos, ini udah siap 45!"
"Udah, ayok pergi!"
Yuki dan Agam berlalu menuju ruang rapat.
"Yu, emang Lo gak apa-apa kan tinggal berdua aja sama si bigboss??"
"Kenapa Lo gak nolak aja kemarin gan?? Lo kan bisa bantuin gue nolak kemarin, yang ada Lo malah belain dia sama Frans!"
Agam terkekeh
"Gue takut di pecat bos!"
"Ah, Lo mah sama aja!" Kesal Yuki.
"Ck, ya udah. Lagian kan tinggal Lo nikmatin aja kali Yu. Lagian gue restuin hubungan Lo sama si bigbos!"
"Udah deh, gak usah ngebahas itu sekarang!" Yuki berujar dengan nada kesal. Sakin kesalnya, ia bahkan menghiraukan beberapa sapaan dari para karyawan nya.
Memasuki ruang rapat, mereka di sambut oleh Akmal, sekretaris sang big boss. Ia tersenyum hormat pada Yuki lalu menuntun gadis itu beserta Agam menuju tempat duduk yang sudah ready. Leon juga datang beberapa menit setelah kedatangannya dan duduk di sampingnya.
Yuki menatap Leon heran. Kenapa malah duduk di sampingnya coba?? Sementara Leon hanya menatapnya dengan senyuman lalu kembali menatap semuanya dengan datar dan tajam seperti biasanya.
"Baik, terimakasih saya ucapkan untuk semuanya. Di sini, semua kepala divisi maupun yang mewakili akan mempresentasikan hasil kinerja, rancangan masa depan, dan satu lagi. Kalian juga harus melaporkan bagian audit dari divisi kalian yang melakukan kesalahan!"
Semua nampak terkejut, begitu juga dengan Yuki. Kenapa harus melakukan laporan kesalahan audit divisi? Bisa hancur kalau begini.
"Baik, rapat dimulai!"
Semua memulai laporannya, Yuki sadar. Ternyata Leon punya cara tersendiri untuk melakukan hal yang paling susah untuk dilakukan. Ternyata banyak sekali yang korupsi. Dan detik itu juga, Leon melayangkan surat pemecatan dan penggantian kepala divisi.
Hanya divisi Yuki yang tidak memiliki masalah, karena selain kejam. Yuki memang paling anti ada yang korup di divisinya. Oleh karena itu ,ia hanya merekrut anggota 3 orang saja.
Seusai rapat, semua langsung meninggalakan ruangan yang penuh dengan hawa-hawa membunuh. Begitu juga dengan Yuki dan Agam yang langsung beranjak dari duduknya.
Namun, Leon langsung menahan tangan Yuki sehingga kembali terduduk di kursinya. Agam yang memang kelewatan peka hanya tersenyum hormat, lalu meninggalkan mereka berdua, begitu juga dengan Akmal yang juga berlalu.
"Makan siang sama-sama Ya, aku bawa bekal buat kamu!" Ucap Leon teduh sambil menatap Yuki.
***TBC***
Yuki menatap Leon yang berada di hadapannya. Laki-laki itu masih saja melamun, tidak memakan makanannya.Setelah mengiyakan ajakan Leon untuk makan,di sinilah mereka sekarang. Di ruang kerja milik Leon."Kenapa hmm??" Ucap Yuki lembut.Leon menatap nya
"Ck, paan sih Lo? Minggir dikit!"Frans terkekeh melihat pemandangan di depannya. Ia akui juga Leon itu tipe lelaki yang akan melakukan segala cara demi mencari perhatian Yuki."Gak ahh, kan yang nahan gue buat gak nonjok tuh curut kan elo!" Ucap Leon menunj
Ada kalanya kita bakalMerasa bahwa pelarian terbaikSaat jiwa misqueen melandaAdalah caper sama sultan***
Leon menikmati angin pantai yang dengan santainya membelai kulit nya. Semenjak tadi pagi, senyum nya tidak pernah pudar barang sedetik pun.Ia tambah mengembangkan senyumnya saat sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya. Ia membalik badan lalu Tersenyum manis ke arah seseorang yang memeluknya tadi.
Staysantuy di rumah, mengabaikan beberapa panggilan yang sejak tadi mendemo-demo. Setelah pulang kantor bersama Leon, Yuki langsung bersih-bersih dan duduk ngopi di pantri bawah."Angkat tuh neng gawainya, mana tau penting!" Seru si mbok penjaga pantri."Biarin aja mbok, lagi malas lagian!" Ucap Yuki tetap meminum kopinya.
"kenapa gak kasih tau gue kalo Lo masuk Harvard?" Seru Leon setelah mereka sampai di apartemen gadis itu."Niat nya mau ngasih tau, tapi ketunda!" Seru Yuki jutek."Astagah Yu, kita serumah, satu atap! Sesusah itu buat ngomong sama gue?"Yuki menghela nafas nya malas, ia malas berdebat dengan Leon."Jawab yu, jawab, jadi Lo nganggap gue apa sih se
"Ada apa?" Seru Yuki To the point setelah merasa tempatnya cukup aman."Buru-buru banget ya Yu?" Tanya Dani seperti kecewa dengan jawaban Yuki."Iya!""Aduh gimana ya, gue bingung mau mulai dari mana!""Kayaknya gak serumit soal olimpiade fisika kan?" Seru Yuki datar.
"Ya elah bang, ngapain sih Lo Dateng kesini?""Emang gak bisa? Sama Abang kandung sendiri Lo kayak gini! Gue santet juga Lo!""Tega Lo nyantet gue bang??"Bodo-ah, minggir deh, gue mau tidur!"Silvia, adik satu-satunya Leon menatap bengis ke arah Leon. Sudah datang tiba-tiba, main nyelonong tidur di kamarnya lagi. Kalau sudah seperti ini, kesimpul
"Jadi Yuki itu!" Seru Nauval sengaja memotong"Tunangan gue!" Sambungnya, melirik Yuki yang juga melihatnya.What?? Apa?? Semua hampir menyerukan demikian. Lalu Karin, Bagas dan Agam melirik Leon. Wajah nya benar-benar pias.Tapi belum juga 5 menitNauval dan Yuki ngakak."Astagah bang, muka Leon anjir!" Kekeh Yuki."Laki Lo!" Kekeh Nauval masih tertawa."Ehe asu, laki gue dari mananya?""Udah deh, gue gak mau brantam, apalagi ini kita baru bisa ketemu lagi. Gue aja dah senang yu!" Seru Nauval sambil memeluk kembarannya nya itu penuh sayang.Ohh, kembarannya nya toh ternyata, tapi tunggu dulu."Apaan ini? Nauval Abang Lo atau siapa sih?? Gaje banget tau ngak??" Kesal Leon.Ia berdiri, lalu menarik Yuki.Nauval ngakak lagi."Jadi, Yuki itu kembaran gue. Cuman gue duluan lahir dari dia. Trus, semenjak kecil. Gue udah tinggal di Bali ini sama nenek gue!" Seru Nauval melihat Yuki yang mengan
Sampai di Bali, semuanya langsungcek-inhotel. Yuki dan Leon datang belakangan. Mereka masih asik berbincang bersama dengan para petinggi menteri yang lain.Leon nampak sangat posesif pada Yuki. Terlebih ketika melihat dengan jelas, tatapan tertarik dari petinggi kementrian Bali. Leon mendengkus keras, ia membenci pria yang tertarik dengan Yuki."Ahh, perkenalan dulu nih. Gue Nauval!""Leon, dan dia Yuki calon ibu dari anak-anak gue!"
Bagas, Agam dan karin. Ketiga bawahan Yuki itu menatap sang bos dengan curiga. Apa-apaan ini?? Kenapa sekarang, sang big boss aka Leon berada di ruangan mereka?? Dan parahnya, sedang bermanja-manja dengan Yuki.Tidak sadar usiaapa?? Seperti ABG yang baru kenal dengan cinta saja.Penampilan Leon juga tidak seburuk beberapa hari yang lalu. Tidak marah-marah, tidak ada karyawan yang kena pecat. Malah, sang bigboss selalu memamerkan senyumnya sedari tadi. Ya, meski senyumnya hanya ditujukan pada Yuki seorang. Namun, hal itu sukses membuat semua karyawan nya wanti-wanti. Jika tidak sedang marah-marah, masalah senyum-senyum pun bisa m
"Ya elah bang, ngapain sih Lo Dateng kesini?""Emang gak bisa? Sama Abang kandung sendiri Lo kayak gini! Gue santet juga Lo!""Tega Lo nyantet gue bang??"Bodo-ah, minggir deh, gue mau tidur!"Silvia, adik satu-satunya Leon menatap bengis ke arah Leon. Sudah datang tiba-tiba, main nyelonong tidur di kamarnya lagi. Kalau sudah seperti ini, kesimpul
"Ada apa?" Seru Yuki To the point setelah merasa tempatnya cukup aman."Buru-buru banget ya Yu?" Tanya Dani seperti kecewa dengan jawaban Yuki."Iya!""Aduh gimana ya, gue bingung mau mulai dari mana!""Kayaknya gak serumit soal olimpiade fisika kan?" Seru Yuki datar.
"kenapa gak kasih tau gue kalo Lo masuk Harvard?" Seru Leon setelah mereka sampai di apartemen gadis itu."Niat nya mau ngasih tau, tapi ketunda!" Seru Yuki jutek."Astagah Yu, kita serumah, satu atap! Sesusah itu buat ngomong sama gue?"Yuki menghela nafas nya malas, ia malas berdebat dengan Leon."Jawab yu, jawab, jadi Lo nganggap gue apa sih se
Staysantuy di rumah, mengabaikan beberapa panggilan yang sejak tadi mendemo-demo. Setelah pulang kantor bersama Leon, Yuki langsung bersih-bersih dan duduk ngopi di pantri bawah."Angkat tuh neng gawainya, mana tau penting!" Seru si mbok penjaga pantri."Biarin aja mbok, lagi malas lagian!" Ucap Yuki tetap meminum kopinya.
Leon menikmati angin pantai yang dengan santainya membelai kulit nya. Semenjak tadi pagi, senyum nya tidak pernah pudar barang sedetik pun.Ia tambah mengembangkan senyumnya saat sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya. Ia membalik badan lalu Tersenyum manis ke arah seseorang yang memeluknya tadi.
Ada kalanya kita bakalMerasa bahwa pelarian terbaikSaat jiwa misqueen melandaAdalah caper sama sultan***