“Jase, kau tidak sarapan dulu?” tanya Emily yang melihat Jason telah rapi dengan setelah jasnya. Emily mendekat pada lelaki itu, kemudian membenarkan letak dasinya dan merapikan jasnya.
“Kau pulang jam berapa?” tanya Emily, lagi, karena Jason tak menjawab pertanyaan pertama. Ia tak ingin menyiakan waktu dengan amarah. Sakit yang ia rasakan itu jelas. Namun, jika ia hanya diam dan membiarkan Jason terus melakukan pengkhianatan ini terhadapnya, ia merasa tak terima.“Kau tidak berangkat bekerja?” tanya Jason. Enggan menjawab pertanyaan istrinya, ia justru memberi pertanyaan balasan.Emily tersenyum sejenak, kemudian menatap lekat iris mata jernih milik lelaki di hadapannya. Ia ingin sekali saja mengagumi sang suami meski cinta Jason tidak akan pernah bisa ia miliki.“Aku ingin melakukan sedikit simulasi bagaimana jika menjadi ibu rumah tangga nantinya,” jawab Emily sembari mengulas senyum.Jason terenyak akal mendengar kalimat ituSetelah kepulangan Charles dan Emma, Jason dan Emily membereskan seisi rumah dengan pikiran tak menentu. Jason dengan dilema akan pernikahannya dengan Emily dan kisah cintanya dengan wanita lain yang masih berstatus menikah, sementara Emily dengan impiannya sendiri dan harapan-harapan mertuanya.Masing-masing dari mereka tak ada yang bisa menemukan tujuan dari pernikahan yang mereka bangun dengan keterpaksaan ini.Namun, setidaknya Emily tahu, bahwa dia bisa saja menjadi istri yang sebenarnya, andai Jason mau memberinya kesempatan dan menepati janji yang telah ia ikrarkan pada Emily.Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tak akan bisa dipisahkan oleh apa pun kecuali Tuhan. Bukankah begitu?Sayangnya, tak begitu yang ada dalam bayangan Emily saat ini. Pernikahan yang masih baru, bisa saja berada di ujung tanduk, karena kehadiran Tamara.Emily tak akan mundur begitu saja, karena bukan seperti itu yang ada dalam prinsipnya, melainkan mempertahankan. Untuk saat ini, tak ada yang bisa diperta
Emily sudah siap dan telah menyiapkan sarapan untuknya dan Jason. Ia sudah mengirimkan surat izin dan pengunduran diri dari kantor yang mana itu masih ia rahasiakan dari Jason. Ia telah berjanji akan melakukan apa pun untuk Jason, asalkan lelaki itu mau memberikan hati untuknya. Emily tahu, tak akan mudah untuk memiliki perasaan Jason yang sudah terlanjur terisi oleh wanita lain, tetapi ia masih bisa mengusahakannya meski sulit. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan hal itu menimbulkan pertanyaan dalam benak Charles.Pria itu akhirnya menghubungi Emily untuk meminta penjelasan. Tentu saja Charles tak ingin Emily mengambil keputusan yang akan membuatnya terkekang."Emily, sayang, apakah kau yakin dengan keputusan ini? Kau sangat menyukai pekerjaan ini—kau menyukai segalanya, aku tahu itu, lalu mengapa—" Charles menjeda pertanyaannya dan terdengar mendesah di sana."Apakah terjadi sesuatu pada pernikahan kalian? Jason terlihat mulai menggilaimu beberapa h
Mereka berdua sudah berada di satu ruangan mewah dengan pemandangan yang indah. Hati Emily sangat gelisah dan masih memikirkan kalung yang sudah tak ada lagi di tangannya. Jason sudah benar-benar membuangnya. Itu artinya lelaki itu memang tak akan pernah memberi kesempatan untuknya.Emily tak mengerti, mengapa dirinya begitu plinplan. Bukankah tadi ia yang menyuruh Jason untuk membuang benda itu? Mengapa sekarang ia merasa tak rela?Emily bangkit, kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar tempatnya menginap.Ia bulatkan tekad. Hari masih sore, seharusnya ia bisa menemukan kalung itu sebelum terbawa arus dan makin sulit bagi Emily untuk menemukannya.Jason yang masih membersihkan diri, tak menemukan Emily saat keluar dari kamar mandi dan membiarkannya. Pikirnya, Emily mungkin hanya ingin memesan seuatu pada pihak cottage. Pastilah tak akan lama.Sementara Emily belum kembali, Jason mengeluarkan benda yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam saku celananya.Jika Emily mengira hanya dir
Jason menghentikan gerakannya yang semula teratur. Seluruh otot dan sarafnya menegang untuk sesaat bersamaan dengan erang yang bersahutan antara dirinya dan Emily.Hari ini, Emily sekali lagi menyerah pada apa yang telah ia putuskan, bahwa dirinya tak akan lagi berharap pada Jason.Sejak lelaki itu mengatakan bahwa dirinya membutuhkan Emily untuk membantu menemukan jalan yang benar ke hatinya, Emily berubah menjadi sosok yang tidak teguh pendirian. Setidaknya ia bahagia sekarang, karena Jason memutuskan menikmati satu hari ini bersamanya untuk mengenang kisah mereka lima belas tahun lalu.Hanya percintaan anak ingusan yang berakhir tragis dan tenggelam selama belasan tahun, kemudian mulai menemukan labuhannya setelah mengalami banyak kesalah pahaman.Setidaknya, Jason kini tahu kalau Emily sejak dulu memang menaruh hati padanya. Begitu pun sebaliknya, Emily tahu kalau Jason juga punya rasa yang sama. Namun, ada hal di luar kendali mereka yang pada akhirnya memisahkan mereka.Jason mer
Emily masih berada di kamarnya, seperti yang diperintahkan oleh Jason. Ia masih berharap Jason akan kembali dan lebih memilih dirinya dibanding Tamara, entah dengan cara apa pun.Namun, itu jelas tak mungkin. Jason akan selalu memilih Tamara dan meninggalkannya tercampakkan, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.Emily tahu, berharap Jason akan memilihnya, adalah sesuatu hal yang mustahil. Meski lelaki itu mengatakan kalau dirinya sedang tersesat dan membutuhkan bantuan Emily untuk bisa memahami dirinya sendiri, tetap saja akan sulit untuk mengubah Jason jika bukan atas keinginannya sendiri.Tubuh Emily melorot di lantai, mendekap kedua lututnya sembari masih menangisi kemalangan nasib cintanya dengan Jason.Ia memang sempat bisa mengusir Jason dari hidupnya, mencoba memulai hubungan dengan Jared yang merupakan kakak kandung Jason, dan impian mereka yang belum sempat terjalin karena Jared pun tak juga memberi kepastian mengenai hubungan mereka.Apa salah Emily? Dua kali mencoba menj
Emily masih menghabiskan air mata yang tersisa. Sahabatnya yang sejak tadi berada di sisinya, hanya bungkam dan sesekali mengusap punggung Emily, atau memeluk sahabatnya itu.Apa yang menimpa Emily, mungkin tak akan bisa orang lain lalui dengan begitu tegar, seperti apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Setelah dikhianati beberapa kali, diberi janji palsu, lalu dilambungkan lagi setinggi langit dan kembali dihempaskan, Emily masih juga manyisakan maaf untuk Jason."Em ... apakah kau baik-baik saja? Kalau kau memang tidak ingin kembali ke rumah dulu, setidaknya smpai kau membaik, kau tahu, rumah ini selalu terbuka untukmu," ujar perempuan itu, saat Emily sudah hendak melangkahkan kaki keluar dari kediaman sahabatnya itu. sudah sejak pagi ia berada di sana. Ia harus segera pulang sebelum Jason tiba di rumah.Emily tahu, apa yang dilakukan sahabatnya hanya untuk membantunya terlepas dari Jason yang sudah seperti racun baginya. Namun, Emily yang kuat dan tegar, berubah menjadi begitu rapu
Emily meneguk air yang ada di dalam gelasnya hingga tandas. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan beberapa jam lalu. Bahkan hari sudah petang dan Emily masih belum bisa melupakan kejadian itu. Bodohnya, ia tak merekam kejadian itu sebagai barang bukti. Tubuh Emily masih gemetaran luar biasa. Gelas di tangannya nyaris jatuh dan ketika matanya menangkap sosok Jason yang tengah berdiri tak jauh dari tempat Emily berada, gelas itu benar-benar jatuh di lantai bersamaan dengan pekikan Emily. “Shit! M-maafkan aku, Jase, aku kaget melihatmu di sana, kupikir kau akan pulang larut lagi.” Emily berjongkok dan memunguti pecahan gelas dengan hati-hati meski tangannya masih gemetaran. “Jangan dibersihkan seperti itu, biar aku bantu. Jangan sampai tanganmu terluka lagi,” ucap Jason sembari membawa sapu lantai dan mulai membersihkannya perlahan. Sementara itu, Emily mendekap tubuhnya sendiri dan tampak gelisah, berjalan ke sana kemari. Jason tak bisa diam kala melihat tingkah sang
Hubungan antara Emily dan Jason mulai terlihat tidak masuk akal sejak saat itu. Jason yang menunjukkan kecemburuan dan rasa curiga, membuat Emily semakin bingung akan perasaan pria itu. Namun, berkali-kali Emily menanyakan perasaan Jason, lelaki itu selalu mengubah topik pembicaraan. Jika ditanya apa sebenarnya yang tengah direncanakan oleh Emily, hal itu sudah ia jelaskan berulang kali pada Jason dan ia tak yakin lelaki itu mendengarkan dengan baik, karena berulang kali Jason akan bertanya lagi. Dan Jason akan menyibukkan diri dengan pekerjaan setiap kali ia telah berhasil merampungkan satu episode pertengkaran antara dirinya dan Emily. Emily tahu itu, bahwa Jason memang menghabiskan waktu di kantor bukan di apartemen Tamara. Ia telah meminta beberapa pegawai Jason untuk terus mengawasi. Beberapa orang setuju, dan Emily akan membayar mereka dengan bayaran yang pantas karena telah membantunya menjadi seorang informan rahasia. Hari ini, Emily mendapat laporan yang sama, bahwa Jaso
Jason dan Emily sedang dalam perjalanan. Di dalam mobil, Emily terus menangis karena tidak menyangka bahwa anaknya masih hidup. Berkali-kali ia menanyakan hal yang sama kepada Jason mengenai Liam dan dijawab dengan jawaban yang sama pula oleh laki-laki itu. Jason mengerti bagaimana keadaan Emily. Dirinya juga rindu dengan Liam, darah dagingnya. Namun, setidaknya ia lega karena Liam sudah berada di tangan yang tepat saat ini. Mobil Jason berhenti di halaman rumah kediaman Charles dan Emma. Langsung saja mereka masuk. Di ruang tamu, semua orang berkumpul. Charles, Emma, Alex, Shila, bahkan Jared—kakaknya ada di sana. Emily lantas menghampiri Emma yang sedang menggendong bayi. Emma yang tahu perasaan Emily pun menyerahkan bayi itu. Dengan perasaan yang sulit dijelaskan serta air mata yang mewakili kebahagiaannya, Emily akhirnya kembali menggendong Liam. Anaknya yang sudah menghilang beberapa waktu. Emily menangis. Shila pun mendekat ke arah sahabatnya dan memeluknya. “Sekarang, Liam
Di tempat yang berbeda, Jason berkali-kali berdecak dan mengumpat karena Alex tidak kunjung datang. Ke mana laki-laki itu, apakah menuntaskan hajat sampai harus bermenit-menit. Jason curiga kalau sebenarnya Alex bukannya ke kamar mandi untuk buang air, tetapi justru bertapa. Jason melihat jam berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Jarum panjang jam sudah berganti ke angka empat. Itu artinya sudah lebih dari dua puluh menit laki-laki itu di apartemennya.“Ke mana dia?” gumam Jason.Jason memeriksa ponselnya. Tadi, ponselnya mati jadi tidak bisa digunakan untuk menghubungi Alex. Setelah dicharger di dalam mobil, akhirnya ponselnya menyala. Jason buru-buru mencari kontak nama Alex. Begitu ingin dihubungi, ada tiga pesan muncul dari orang yang ditunggu. Jason membukanya. Ada satu video sedikit panjang di sana. Sedikit curiga, akhirnya Jason memutarnya. Di dalam video itu, ia hanya melihat gambar berwarna putih. Jason mendengus kesal. “Apa yang dilakukan dia sebenarnya.” Baru saja
Jason tidak menghiraukan ucapan Alex. Tadi, di rumah Alex, Jason sempat berdebat sengit dengan pria itu. Shila bahkan sampai harus melerai. Karena ucapan wanita itu, Jason memilih keluar dan pulang ke apartemennya untuk mengambil sesuatu. Dia akan bersiap untuk menemui Jeffry. Siapa yang menyangka kalau ternyata Alex mengikutinya. Hingga akhirnya, laki-laki itu menghadang di depan pintu apartemen miliknya. “Minggir!” ucap Jason yang ke sekian kalinya namun tidak juga mendapatkan respon dari Alex. Alex menggeleng. “Kau mau mendapatkan masalah lain? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jeffry, maka dia bisa saja mengelak atas semua tuduhan,” jelas Alex. Wajah laki-laki itu terlihat sangat serius. “Lalu, kau mau aku hanya diam sementara dia berhasil membuat Emily menjadi korban kekerasan fisik dan seksualnya. Kau mau aku tetap diam dan membiarkan dia terbahak keras di ranjang rumah sakit?!” sorot mata Jason penuh kobaran api amarah.Alex bahkan sampai menunduk karena tidak kuat menatap
Shila menggigit bibir dan meremas jemarinya. Jantungnya berdetak kencang karena sejak tadi dua orang yang ia tunggu tidak kunjung keluar daei bangunan megah itu. “Mereka sebenarnya sedang mencari apa? Kenapa lama sekali? Apakah jangan-jangan mereka ketahuan lagi?”Pikiran buruk mengenai dua sahabatnya langsung terbayang. Namun, Shila segera menepis pikiran buruk itu agar tak menjadi sugesti baginya.Jantungnya nyaris mencelus ketika mendengar suara berisik di sampingnya. Ia mengira salah seorang pengawal berhasil mengetahui keberadaannya. Namun, jauh dari dugaan karena Jason dan Alex-lah yang datang. Shila yang semula tak berani bergerak dan hanya mematung di tenpat, menghampiri dua lelaki itu setelah memastikan bahwa mereka adalah kawan-kawannya. “Apakah kalian baik-baik saja? Kalian berhasil?”Jason mengangguk. “Sepertinya keberuntungan sedang berpihak. Kita berhasil mendapatkan rekamannya.” Jason mengambil flashdisk yang ia simpan dan menunjukkannya pada Shila. Wanita itu menghel
Tiga orang yang baru saja datang dipersilakan duduk oleh seorang pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Pria yang berumur sekitar empat puluhan itu tampak masih bugar, walau rambutnya memutih di beberapa bagian.“Jadi, apa rencanamu?” celetuk Jason sembari melihat-lihat dokumen di hadapaannya. “Kau belum mengenalkan mereka padaku.” timpal Mark yang bergantian menatap Alex dan Shila. "Kuharap kalian tidak tersinggung. Aku tidak bisa mengatakan langkahku pada orang asing, karena ijni menyangkut nyawa seseorang. Bukan begitu?""Kau benar. Perkenalkan, aku Alexander Danison, sahabat Emily."Mark menyambut jabatan tangan itu ramah dengan senyum terkembang. "Oh, Tuan Danison. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu. Seorang pengusaha besar dan selevel dengan Jeffry Allen. Kuharap aku tidak salah.""Kau terlalu berlebihan, Tuan Jefferson." Alex membalas sambutan Mark dengan sikapnya yang rendah hati. Ia lantas menoleh pada Shila. "Ini Shila Andreas. Ia juga sahabat Emily." "Hmm ... aku j
Ide yang Jason lontarkan lantas membuat ketiga orang menaruh perhatian penuh pada Tamara. Mulai sekarang, Jason yang akan mengambil alih penyelidikan wanita itu. Sementara, Alex dan Shila akan mencari sesuatu soal Jeffry. Keduanya bertekat akan membuat laki-laki itu membayar atas apa yang dilakukan pada sahabatnya. “Aku akan pulang ke rumah,” ucap Jason setelah merancang rencana di kepalanya“Untuk apa?” kening Shila berkerut. “Bagaimana dengan Tamara? Bukankah kau mau menyelidikinya sendiri?” “Memang. Tapi, aku akan minta bantuan orang tuaku untuk menghubungi detektif Jefferson. Kemarin aku belum sempat bertemu dengan mereka.” “Baiklah. Pulang saja, kita berdua nanti akan mencari informasi soal Jeffry.”“Bagus. Kalau begitu, aku akan mengunjungi kwdua orang tuaku. Kalian urus dengan baik dan kabari aku perkembangannya.” Alex dan Shila mengangguk sebagai respon atas ucapan Jason yang layaknya seorang pimpinan. Jason pamit dan segera menuju ke kediaman orang tuanya. Ia tak sempat
Emily memang jauh lebih aman berada di mansion Alex. Setelah Shila dan Jason secara bergantian mengunjunginya, hari ini, dikarenakan akhir pekan, keempatnya berkumpul dan membahas mengenai Liam.Jason yang semula memang curiga pada Tamara, memutuskan membiarkan wanita itu untuk tinggal di apartemennya bersama Aaron. Namun, dengan adanya Emily di kediaman Alex, Jason harus bolak-balik apartemen dan rumah Alex untuk memastikan Emily benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.Bagaimanapun, ia tak mengenal Alex dan lagi pula Alex adalah pria yang dulu sangat dekat dengan Emily. Bahkan sampai kini Jason tidak rela menerima kenyataan itu.“Aku tidak bisa mengatakan apa pun selain satu hal, aku tengah mengawasi seseorang yang mungkin akan memberi titik terang pada kita mengenai Liam,” ucap Jason sembari memeriksa berkas-berkas tentang pelaporan yang diajukan olehnya pada pihak kepolisian. “Mereka tidak bergerak sama sekali. Lihatlah!”Alex tampak
Tamara baru saja selesai membersihkan diri dan tak juga menwmukan Jason pulang ke apartemennya. Ia menunggu Jason yang juga sama sekali tidak menghubungi. “Ke mana Jason sebenarnya? Dia bahkan tidak meneleponku seharian.” Tamara memberengut dan menuju meja riasnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri. Tamara melihat seorang wanita cantik dengan guratan senyum yang menawan. Ia menyukai bentuk wajahnya. “Tak heran banyak pria menggilaimu, Tamara. Kau memang memesona,” pujinya pada diri sendiri. Mengenang banyak lelaki yang masuk dalam hidupnya, Tamara hampir tidak percaya kalau dirinya sempat menjalin hubungan dengan Jared. Semua bermula dari kehadirannya di kediaman McKennel dan dirinya tak menemukan Jason di mana pun. Lalu ketika sedang berjalan-jalan di dalam rumah keluarga McKennel, ia menemukan sosok yang dikenalnya, tengah berada di dalam ruangan yang asing baginya.Tamara kala itu masuk dan mengunci pintu. Ia lalu mendekap tubuh Jared dari belakang serta memberikan sentruhan se
Jeffry tak pedulikan ponselnya yang terus berdering. Ia terus menyumpah serapah Emily. Wanita itu berani sekali menusuknya. Jeffry mengabari dua penjaga untuk membantu. Tidak butuh waktu lama akhirnya anak buahnya menemukan Jeffry yang masih berada di ranjang dengan pisau menancap di tubuhnya. Salah satu penjaga memanggil ambulans. Sekitar lima belas menit kemudian, ambulans tiba dan membawa Jeffry ke rumah sakit. Laki-laki itu bersumpah akan membuat Emily merasakan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Karena perempuan itu, ia sampai masuk ke tempat yang sangat dibencinya. ***Di lain tempat, Emily berhasil sampai di telepon umum. Ia pun menghubungi Alex dan menceritakan garis besar tentang kondisinya saat ini. Tentu saja, Alex terkejut ketika mendengar penuturan Emily. Meski larut, Alex segera melajukan tunggangannya membawa Emily ke mansionnya. Alex juga menghubungi Shila untuk datang begitu juga dengan Jason. Kini, mereka bertiga ada di kediaman Alex. Sh