Emily masih berada di kamarnya, seperti yang diperintahkan oleh Jason. Ia masih berharap Jason akan kembali dan lebih memilih dirinya dibanding Tamara, entah dengan cara apa pun.Namun, itu jelas tak mungkin. Jason akan selalu memilih Tamara dan meninggalkannya tercampakkan, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.Emily tahu, berharap Jason akan memilihnya, adalah sesuatu hal yang mustahil. Meski lelaki itu mengatakan kalau dirinya sedang tersesat dan membutuhkan bantuan Emily untuk bisa memahami dirinya sendiri, tetap saja akan sulit untuk mengubah Jason jika bukan atas keinginannya sendiri.Tubuh Emily melorot di lantai, mendekap kedua lututnya sembari masih menangisi kemalangan nasib cintanya dengan Jason.Ia memang sempat bisa mengusir Jason dari hidupnya, mencoba memulai hubungan dengan Jared yang merupakan kakak kandung Jason, dan impian mereka yang belum sempat terjalin karena Jared pun tak juga memberi kepastian mengenai hubungan mereka.Apa salah Emily? Dua kali mencoba menj
Emily masih menghabiskan air mata yang tersisa. Sahabatnya yang sejak tadi berada di sisinya, hanya bungkam dan sesekali mengusap punggung Emily, atau memeluk sahabatnya itu.Apa yang menimpa Emily, mungkin tak akan bisa orang lain lalui dengan begitu tegar, seperti apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Setelah dikhianati beberapa kali, diberi janji palsu, lalu dilambungkan lagi setinggi langit dan kembali dihempaskan, Emily masih juga manyisakan maaf untuk Jason."Em ... apakah kau baik-baik saja? Kalau kau memang tidak ingin kembali ke rumah dulu, setidaknya smpai kau membaik, kau tahu, rumah ini selalu terbuka untukmu," ujar perempuan itu, saat Emily sudah hendak melangkahkan kaki keluar dari kediaman sahabatnya itu. sudah sejak pagi ia berada di sana. Ia harus segera pulang sebelum Jason tiba di rumah.Emily tahu, apa yang dilakukan sahabatnya hanya untuk membantunya terlepas dari Jason yang sudah seperti racun baginya. Namun, Emily yang kuat dan tegar, berubah menjadi begitu rapu
Emily meneguk air yang ada di dalam gelasnya hingga tandas. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan beberapa jam lalu. Bahkan hari sudah petang dan Emily masih belum bisa melupakan kejadian itu. Bodohnya, ia tak merekam kejadian itu sebagai barang bukti. Tubuh Emily masih gemetaran luar biasa. Gelas di tangannya nyaris jatuh dan ketika matanya menangkap sosok Jason yang tengah berdiri tak jauh dari tempat Emily berada, gelas itu benar-benar jatuh di lantai bersamaan dengan pekikan Emily. “Shit! M-maafkan aku, Jase, aku kaget melihatmu di sana, kupikir kau akan pulang larut lagi.” Emily berjongkok dan memunguti pecahan gelas dengan hati-hati meski tangannya masih gemetaran. “Jangan dibersihkan seperti itu, biar aku bantu. Jangan sampai tanganmu terluka lagi,” ucap Jason sembari membawa sapu lantai dan mulai membersihkannya perlahan. Sementara itu, Emily mendekap tubuhnya sendiri dan tampak gelisah, berjalan ke sana kemari. Jason tak bisa diam kala melihat tingkah sang
Hubungan antara Emily dan Jason mulai terlihat tidak masuk akal sejak saat itu. Jason yang menunjukkan kecemburuan dan rasa curiga, membuat Emily semakin bingung akan perasaan pria itu. Namun, berkali-kali Emily menanyakan perasaan Jason, lelaki itu selalu mengubah topik pembicaraan. Jika ditanya apa sebenarnya yang tengah direncanakan oleh Emily, hal itu sudah ia jelaskan berulang kali pada Jason dan ia tak yakin lelaki itu mendengarkan dengan baik, karena berulang kali Jason akan bertanya lagi. Dan Jason akan menyibukkan diri dengan pekerjaan setiap kali ia telah berhasil merampungkan satu episode pertengkaran antara dirinya dan Emily. Emily tahu itu, bahwa Jason memang menghabiskan waktu di kantor bukan di apartemen Tamara. Ia telah meminta beberapa pegawai Jason untuk terus mengawasi. Beberapa orang setuju, dan Emily akan membayar mereka dengan bayaran yang pantas karena telah membantunya menjadi seorang informan rahasia. Hari ini, Emily mendapat laporan yang sama, bahwa Jaso
Charles mengundang Emily dan Jason untuk makan malam di kediaman keluarga McKennel. Kedua orang tua itu merindukan Jason dan menantu mereka untuk makan bersama dan berbincang seperti biasanya. Emma sendiri yang menghubungi Emily untuk mengundang secara langsung, menantu dan putranya itu. “Kami sangat berharap kedatangan kalian. Charles memintaku dan beberapa pembantu untuk membuat masakan yang enak,” ujar Emma, terdengar bersemangat. Emily tak tega untuk menolak. Namun, Jason selalu pulang larut dan ia tak yakin apakah lelaki itu bersedia untuk pergi atau tidak. “Aku tidak tahu dengan Jason, akhir-akhir ini ia disibukkan dengan pekerjaannya. Namun, aku bisa datang, Nyonya McKennel, kau tenang saja. Nanti aku akan membantumu membuat kudapan kesukaan tuan McKennel.” Emily menjawab ajakan sang mertua sembari mengulas senyum senang. “Oh, tidak, sayang. Nanti Charles akan mengomeliku kalau kau sampai turun tangan untuk masalah ini. Kalian akan menjadi tamu nanti, jangan sentuh apa pun,
Emily keluar dari gedung yang ia datangi bersama Alex—sahabatnya semasa di panti asuhan. Ia tak bisa jika tidak membantu memecahkan masalah yang tengah dihadapi oleh Alex. Pria itu terpaksa harus bercerai dengan istrinya dikarenakan kekerasan dalam rumah tangga yang konon dilakukan oleh sang istri. Emily sangat mengenal Alex, meski ia tinggal di panti asuhan terhitung hanya selama beberapa tahun sebelum kemudian Charles mengadopsinya. Jadi ia tahu betul apa yang dialami oleh Alex dan apa yang diceritakan olehnya pastilah benar. “Kau sendiri bagaimana, Em? Apakah kau bahagia menikah dengan Jason? Dia terlihat—” Emily tergelak saat Alex tak melanjutkan kalimatnya. “Aku tahu. Jangan katakan, kalau tidak aku akan sangat marah padamu!” ujar Emily sembari mencebik. “Kau masih saja tidak suka kalau aku menjelekkan lelaki brengsek itu, huh? Sebegitu cintakah kau padanya?” Alex, pria dengan rambut sewarna tembaga dan bola mata gelap itu memandangi Emily dengan tatapan penuh arti. Tanganny
Jason tak bisa berkutik saat Emily dengan tenang mengatakan kalau lelaki yang pergi bersamanya adalah mantan kekasihnya. Emily tidak bermaksud menyiksa Jason dengan rasa sakit, ia hanya ingin Jason tahu, seperti apa rasanya jika diduakan. Ada fakta dan sisi lain yang tersembunyi dari hubungan Emily dengan Alex, sebenarnya. Benar bahwa mereka dulu pernah saling menyukai, tetapi tak benar bahwa mereka pernah menjalin cinta. Emily hanya ingin bermain-main dengan Jason. “Apa katamu? Mantan kekasih? Dan kau pergi ke lembaga hukum bersama mantan kekasihmu? Untuk apa, Emily?” tanya Jason dengan intonasi yang meninggi. Cemburu, mungkin itu yang mendasari sikap Jason saat ini. Meski dirinya sendiri telah berkali-kali menyakiti Emily, baru kali ini ia tahu rasanya. Dan didera cemburu itu sangat tidak menyenangkan. “Ya, memangnya ada masalah?” tanya Emily dengan nada bicara yang berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh sang suami. Wanita itu tampak begitu tenang dan terjaga tutur katany
Emily duduk termangu setelah Tamara pergi. Tak hanya sendiri, melainkan Jason yang mengantarnya kembali ke apartemen. Dada Emily terasa sesak. Selama ini ia berusaha menahan sekuat apa pun Jason menyakitinya. Namun, untuk yang satu ini, ia tak akan tahan.Pernikahan macam apa yang membuat dirinya harus menanggung derita sebesar ini?Emily tak ingin menunggu Jason hingga pulang. Ia memutuskan untuk pergi. Namun, ke mana? Ia tak mungkin tetap bertahan di rumah itu, karena pasti akan membuatnya semakin sakit karena ada kenangan tentang Jason dan segala sakit serta manis yang lelaki itu berikan.Emily mengambil barang-barang kemudian mengemasi dan pergi tanpa membawa kendaraannya. Ia tak ingin Jason atau siapa pun menemukannya.Ia mengambil secarik kertas dan pena, menulis sebaris kata pesan untuk Jason, bahwa ia pergi untuk menenangkan diri agar tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.Emily bergegas pergi sebelum Jason kembali yang nanti akan memungkinkan drama baru di antara mereka.