Emily sudah siap dan telah menyiapkan sarapan untuknya dan Jason. Ia sudah mengirimkan surat izin dan pengunduran diri dari kantor yang mana itu masih ia rahasiakan dari Jason. Ia telah berjanji akan melakukan apa pun untuk Jason, asalkan lelaki itu mau memberikan hati untuknya. Emily tahu, tak akan mudah untuk memiliki perasaan Jason yang sudah terlanjur terisi oleh wanita lain, tetapi ia masih bisa mengusahakannya meski sulit. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan hal itu menimbulkan pertanyaan dalam benak Charles.Pria itu akhirnya menghubungi Emily untuk meminta penjelasan. Tentu saja Charles tak ingin Emily mengambil keputusan yang akan membuatnya terkekang."Emily, sayang, apakah kau yakin dengan keputusan ini? Kau sangat menyukai pekerjaan ini—kau menyukai segalanya, aku tahu itu, lalu mengapa—" Charles menjeda pertanyaannya dan terdengar mendesah di sana."Apakah terjadi sesuatu pada pernikahan kalian? Jason terlihat mulai menggilaimu beberapa h
Mereka berdua sudah berada di satu ruangan mewah dengan pemandangan yang indah. Hati Emily sangat gelisah dan masih memikirkan kalung yang sudah tak ada lagi di tangannya. Jason sudah benar-benar membuangnya. Itu artinya lelaki itu memang tak akan pernah memberi kesempatan untuknya.Emily tak mengerti, mengapa dirinya begitu plinplan. Bukankah tadi ia yang menyuruh Jason untuk membuang benda itu? Mengapa sekarang ia merasa tak rela?Emily bangkit, kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar tempatnya menginap.Ia bulatkan tekad. Hari masih sore, seharusnya ia bisa menemukan kalung itu sebelum terbawa arus dan makin sulit bagi Emily untuk menemukannya.Jason yang masih membersihkan diri, tak menemukan Emily saat keluar dari kamar mandi dan membiarkannya. Pikirnya, Emily mungkin hanya ingin memesan seuatu pada pihak cottage. Pastilah tak akan lama.Sementara Emily belum kembali, Jason mengeluarkan benda yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam saku celananya.Jika Emily mengira hanya dir
Jason menghentikan gerakannya yang semula teratur. Seluruh otot dan sarafnya menegang untuk sesaat bersamaan dengan erang yang bersahutan antara dirinya dan Emily.Hari ini, Emily sekali lagi menyerah pada apa yang telah ia putuskan, bahwa dirinya tak akan lagi berharap pada Jason.Sejak lelaki itu mengatakan bahwa dirinya membutuhkan Emily untuk membantu menemukan jalan yang benar ke hatinya, Emily berubah menjadi sosok yang tidak teguh pendirian. Setidaknya ia bahagia sekarang, karena Jason memutuskan menikmati satu hari ini bersamanya untuk mengenang kisah mereka lima belas tahun lalu.Hanya percintaan anak ingusan yang berakhir tragis dan tenggelam selama belasan tahun, kemudian mulai menemukan labuhannya setelah mengalami banyak kesalah pahaman.Setidaknya, Jason kini tahu kalau Emily sejak dulu memang menaruh hati padanya. Begitu pun sebaliknya, Emily tahu kalau Jason juga punya rasa yang sama. Namun, ada hal di luar kendali mereka yang pada akhirnya memisahkan mereka.Jason mer
Emily masih berada di kamarnya, seperti yang diperintahkan oleh Jason. Ia masih berharap Jason akan kembali dan lebih memilih dirinya dibanding Tamara, entah dengan cara apa pun.Namun, itu jelas tak mungkin. Jason akan selalu memilih Tamara dan meninggalkannya tercampakkan, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.Emily tahu, berharap Jason akan memilihnya, adalah sesuatu hal yang mustahil. Meski lelaki itu mengatakan kalau dirinya sedang tersesat dan membutuhkan bantuan Emily untuk bisa memahami dirinya sendiri, tetap saja akan sulit untuk mengubah Jason jika bukan atas keinginannya sendiri.Tubuh Emily melorot di lantai, mendekap kedua lututnya sembari masih menangisi kemalangan nasib cintanya dengan Jason.Ia memang sempat bisa mengusir Jason dari hidupnya, mencoba memulai hubungan dengan Jared yang merupakan kakak kandung Jason, dan impian mereka yang belum sempat terjalin karena Jared pun tak juga memberi kepastian mengenai hubungan mereka.Apa salah Emily? Dua kali mencoba menj
Emily masih menghabiskan air mata yang tersisa. Sahabatnya yang sejak tadi berada di sisinya, hanya bungkam dan sesekali mengusap punggung Emily, atau memeluk sahabatnya itu.Apa yang menimpa Emily, mungkin tak akan bisa orang lain lalui dengan begitu tegar, seperti apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Setelah dikhianati beberapa kali, diberi janji palsu, lalu dilambungkan lagi setinggi langit dan kembali dihempaskan, Emily masih juga manyisakan maaf untuk Jason."Em ... apakah kau baik-baik saja? Kalau kau memang tidak ingin kembali ke rumah dulu, setidaknya smpai kau membaik, kau tahu, rumah ini selalu terbuka untukmu," ujar perempuan itu, saat Emily sudah hendak melangkahkan kaki keluar dari kediaman sahabatnya itu. sudah sejak pagi ia berada di sana. Ia harus segera pulang sebelum Jason tiba di rumah.Emily tahu, apa yang dilakukan sahabatnya hanya untuk membantunya terlepas dari Jason yang sudah seperti racun baginya. Namun, Emily yang kuat dan tegar, berubah menjadi begitu rapu
Emily meneguk air yang ada di dalam gelasnya hingga tandas. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan beberapa jam lalu. Bahkan hari sudah petang dan Emily masih belum bisa melupakan kejadian itu. Bodohnya, ia tak merekam kejadian itu sebagai barang bukti. Tubuh Emily masih gemetaran luar biasa. Gelas di tangannya nyaris jatuh dan ketika matanya menangkap sosok Jason yang tengah berdiri tak jauh dari tempat Emily berada, gelas itu benar-benar jatuh di lantai bersamaan dengan pekikan Emily. “Shit! M-maafkan aku, Jase, aku kaget melihatmu di sana, kupikir kau akan pulang larut lagi.” Emily berjongkok dan memunguti pecahan gelas dengan hati-hati meski tangannya masih gemetaran. “Jangan dibersihkan seperti itu, biar aku bantu. Jangan sampai tanganmu terluka lagi,” ucap Jason sembari membawa sapu lantai dan mulai membersihkannya perlahan. Sementara itu, Emily mendekap tubuhnya sendiri dan tampak gelisah, berjalan ke sana kemari. Jason tak bisa diam kala melihat tingkah sang
Hubungan antara Emily dan Jason mulai terlihat tidak masuk akal sejak saat itu. Jason yang menunjukkan kecemburuan dan rasa curiga, membuat Emily semakin bingung akan perasaan pria itu. Namun, berkali-kali Emily menanyakan perasaan Jason, lelaki itu selalu mengubah topik pembicaraan. Jika ditanya apa sebenarnya yang tengah direncanakan oleh Emily, hal itu sudah ia jelaskan berulang kali pada Jason dan ia tak yakin lelaki itu mendengarkan dengan baik, karena berulang kali Jason akan bertanya lagi. Dan Jason akan menyibukkan diri dengan pekerjaan setiap kali ia telah berhasil merampungkan satu episode pertengkaran antara dirinya dan Emily. Emily tahu itu, bahwa Jason memang menghabiskan waktu di kantor bukan di apartemen Tamara. Ia telah meminta beberapa pegawai Jason untuk terus mengawasi. Beberapa orang setuju, dan Emily akan membayar mereka dengan bayaran yang pantas karena telah membantunya menjadi seorang informan rahasia. Hari ini, Emily mendapat laporan yang sama, bahwa Jaso
Charles mengundang Emily dan Jason untuk makan malam di kediaman keluarga McKennel. Kedua orang tua itu merindukan Jason dan menantu mereka untuk makan bersama dan berbincang seperti biasanya. Emma sendiri yang menghubungi Emily untuk mengundang secara langsung, menantu dan putranya itu. “Kami sangat berharap kedatangan kalian. Charles memintaku dan beberapa pembantu untuk membuat masakan yang enak,” ujar Emma, terdengar bersemangat. Emily tak tega untuk menolak. Namun, Jason selalu pulang larut dan ia tak yakin apakah lelaki itu bersedia untuk pergi atau tidak. “Aku tidak tahu dengan Jason, akhir-akhir ini ia disibukkan dengan pekerjaannya. Namun, aku bisa datang, Nyonya McKennel, kau tenang saja. Nanti aku akan membantumu membuat kudapan kesukaan tuan McKennel.” Emily menjawab ajakan sang mertua sembari mengulas senyum senang. “Oh, tidak, sayang. Nanti Charles akan mengomeliku kalau kau sampai turun tangan untuk masalah ini. Kalian akan menjadi tamu nanti, jangan sentuh apa pun,