*****HAPPY_READING*****
Hari demi hari sudah dilewati oleh pasangan pengantin baru ini. Tapi, semuanya tak seperti yang diharapkan oleh Devan. Dia mengharapkan Clara menjadi istrinya, tapi malah Chika yang kini menjadi istrinya. Devan begitu terpukul atas keputusan Oma-nya. Begitu pun Chika, dia tak tau harus berbuat apa setelah dia menjadi istri Boss-nya sendiri. Setelah 3 hari menginap di hotel, Devan dan Chika langsung pulang ke rumah Oma."Ehm, gimana kalian? Pasti bahagia 'kan?" tanya Oma langsung menyambut kedatangan pengantin baru ini."Iya, Oma," jawab Chika tersenyum.
Devan langsung pergi ke dalam kamar untuk menenangkan hatinya."Chika, gimana? Pasti Devan gak suka yaa sama kamu?" tanya Oma."Gapapa, Oma. Pak Devan baik kok," ucap Chika.
"Syukurlah, kalau Devan baik. Ya udah, kamu istirahat dulu, Oma lagi masak buat kalian," ucap Oma."Baik, Oma."
Chika masuk ke dalam kamar tamu. Dia tak berani masuk ke kamarnya Devan."Aku harus bohong sama Oma, aku gak mau Oma sedih. Bagaimana pun, Oma adalah keluarga yang aku punya sekarang. Walaupun Pak Devan masih bersikap dingin sama aku, perlahan aku harus bisa mencintai dia dan membuatnya jatuh cinta sama aku. Aku akan melakukan kewajibanku sebagai istri, aku gak mau Tuhan marah dan melihat aku gak berbakti sama suamiku sendiri. Aku harus bisa, walau ini berat buat aku. Andaikan Mami sama Papi ada, pasti mereka akan bahagia karena Putrinya kini sudah menjadi seorang istri," ucap Chika dalam hati.Beberapa menit kemudian, Oma memanggil Chika."Iya, Oma, aku segera kesana," kata Chika.Chika langsung merapikan pakaiannya dan dia berjalan ke ruang makan. Disana, terlihat sudah ada Devan yang sedang duduk dengan keadaan sedih. Ya! Chika tau kalau Devan tidak bahagia atas pernikahan itu."Pak, biar aku ambilin yaa?" kata Chika memulai perhatian kecilnya."Gak usah, saya bisa sendiri," tukas Devan langsung mengambil piring.Di tengah-tengah suasana hening, Oma memulai obrolannya."Chika, Oma minta mulai sekarang kamu jangan panggil Pak Devan, panggil Mas Devan atau sayang," ucap Oma tersenyum."Tapi, Oma. Aku gak mencintai dia!" tegas Devan.
"Oma harap kamu gak akan menolak permintaan Oma, Chika yang terbaik buat kamu. Buktinya, pacar yang kamu banggakan malah gak datang di acara pernikahan kalian. Oma sangat kecewa! Tapi, Oma punya pilihan terbaik buat kamu, yaitu Chika. Oma harap perlahan-lahan kamu akan mencintai Chika," kata Oma tersenyum ke arah Chika.Devan terdiam, dia tak mau berdebat lagi masalah hal yang sama dengan Oma-nya."Chika, kamu panggil Mas Devan yaa? Atau apalah panggilan sayang menurut kamu," ucap Oma.
"Iya, Oma."
"Oh yaa, Oma sudah menyiapkan rumah mewah untuk kalian tinggali. Lokasinya juga gak terlalu jauh dari sini," ucap Oma membuat Devan kaget.
"Kapan Oma membeli rumahnya?" tanya Devan.
"Sudah dua tahun yang lalu sih, tanpa sepengetahuan kamu. Itu hadiah dari Oma untuk Devan kalau sudah menikah. Dan, sekarang kalian sudah menikah, harus tinggal disana berdua," ucap Oma.
"Tapi, Oma gimana?" tanya Chika.
"Gapapa, Oma 'kan sama Bibik yang ngurusi Oma. Oma mau, kalian belajar mandiri disana. Oma sudah siapkan pembantu untuk kalian, karena Oma gak mau Chika capek," kata Oma.
Devan sedih, karena dia tak bersama Clara. Di dalam hatinya, hanya ada Clara, bukan Chika. Tapi, Devan harus meerima semua kenyataan pahit itu.
"Harusnya saya bahagia karena dihadiahkan rumah oleh Oma. Tapi, harusnya saya bahagia dengan Clara, bukan wanita yang tidak pernah saya cintai!" ucap Devan dalam hati.
"O ya, Chika. Kamu bisa ambil barang kamu di kontrakkan, kamu bisa bersama supir pribadi kamu, namanya Mang Ujang," kata Oma.
"Oma, aku bisa ambil sendiri naik taxy. Lagian, gak usah ada supir pribadi segala, Oma," kata Chika.
"Syukurlah kalau sadar diri!" sindir Devan.
"Devan! Jaga mulut kamu! Chika istri kamu, kamu gak boleh berkata seperti itu, Oma yakin nanti kamu akan menyadari semuanya, kalau Clara bukan yang terbaik buat kamu. Dan, satu lagi kalian bisa pindah hari ini. Semuanya sudah dibereskan oleh pembantu yang disana," ucap Oma.
Chika pamit untuk pergi ke kontrakkannya. Dia ditemani oleh Mang Ujang untuk mengambil barang-barang berharganya.
"Aku sadar kalau Pak Devan tak akan pernah membuka hatinya untukku, tapi aku harus tetap menjadi istri yang terbaik di matanya," kata Chika dalam hati."Non, ini kemana?" tanya Mang Ujang."Lurus, nanti ada pertigaan belok kanan yaa, Mang."
Mereka pun telah sampai di depan kontrakkan. Chika segera turun, lalu mengemasi semua barangnya. Barangnya sedikit, jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk membereskannya.
"Sini, biar Mang Ujang yang angkat," kata Mang Ujang.
Bu Inem, pemilik kontrakkan menghampiri Chika."Chika, katanya kamu sudah nikah yaa? Selamat yaa? Ibu turut berbahagia," kata Bu Inem."Iya, makasih yaa Bu? Oh yaa maaf aku gak ngabarin Ibu. Dan, sekarang aku mau bersama suami aku, Bu. Chika minta maaf kalau selama ini banyak berbuat salah disini," kata Chika memeluk Bu Inem yang sudah sangat baik sekali kepadanya.
"Kamu anak yang baik, Chika. Ibu sangat kehilangan kamu pastinya, tapi Ibu mendo'akan agar kamu bahagia dengan suami kamu yaa? Dan, jangan lupain Ibu disini, kamu bisa main kesini kapan pun kamu mau," kata Bu Inem.Setelah berpamitan, Chika langsung nain ke mobil dan pulang ke rumah Oma-nya lagi.
******
Clara sudah tiba di Indonesia, dia sudah tiba juga di rumahnya. Mama dan Papa menyambutnya dengan pelukan hangat."Saaaayaaang, Mama rindu sekali," kata wanita yang bernama Dewi, Mama-nya Clara.
"Papa juga rindu," ucap Pak Adi."Aku juga rindu sama kaliaaan," ucap Clara."Oh yaa? Kok kamu tumben gak dijemput sama Devan?" tanya Dewi.
"E...e...mmm enggak, Ma, Pa. Devan lagi sibuk, mungkin nanti siang aku ke kantornya untuk ketemu sama Devan," jawab Clara.Sejak Clara membatalkan acara pernikahannya dengan Devan, dia tak pernah mendapat kabar lagi tentangnya. Clara sengaja mematikan HP-nya sejak hari itu, dia akan mendatangi Restaurant Devan dan memberikan dia kejutan.
"Ma, Pa, Clara ke kamar dulu yaa, capek," kata Clara."Iya," ucap Adi dan Dewi serentak.Clara langsung ke kamar, dia tertidur lelap karena perjalanannya yang sangat melelahkan.*
Chika dan Devan sudah di rumah baru yang dihadiahkan oleh Oma-nya.
"Kalian seneng kan?" tanya Oma."Iya, Oma," ucap Chika."Devan, kok kamu diem aja? Kamu gak seneng dihadiahi ini sama Oma?" tanya Oma."Enggak, Oma. Pasti Pak...eh Mas Devan pasti bahagia banget. Iya 'kan, Mas?" tanya Chika menatap Devan.
Devan mengangguk pelan untuk membuat Oma bahagia.
"Iya sudah, Oma pergi dulu yaa? Semoga kalian bisa memulai hidup baru dan cinta yang baru di rumah ini," kata Oma lalu pergi.Chika mencium tangan Oma."Apa-apaan sih kamu so baik sama saya," kata Devan menatap sinis.
"Maaf, tapi aku tidak mau melihat Oma sedih.""Kamu fikir saya cinta sama kamu? Enggak!" tegas Devan."Mau Mas Devan cinta atau enggak sama aku, aku gak ada hak untuk melarangnya. Aku cuman ingin menjadi Istri yang baik dan nurut sama kamu, Mas. Aku tau pernikahan ini terpaksa, tapi aku gak mau mempermainkan pernikahan ini," kata Chika mulai berani membuka suaranya kepada Devan.
"Terserah kamu! Sampai kapan pun, saya tak akan pernah mencintai kamu! Dan, di hati ini cuman ada Clara, bukan kamu!" bentak Devan.
Deg! Hati Chika sakit mendengar amarah Devan. Chika sadar kalau dia bukan wanita yang diharapkan oleh pria yang kini menjadi suaminya. Walau bagaimana pun, Chika sudah berjanji tak akan pernah mempermainkan pernikahan ini. Dia harus berbakti sama Devan, suaminya.Chika melihat-lihat rumah itu dengan perasaan senang, walau hatinya sedikit sedih atas perlakuan Devan.
Dia naik ke lantai dua. Disana sudah ada kamar untuknya dan Devan. Chika membuka pintu kamarnya.
"Waaah, Oma pasti sengaja nih buat kamar bertema kan pink, kan Oma tau aku suka sekali dengan warna pink. Hmmm, Oma Tri sungguh baik," ucap Chika.
Chika membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu. Kini, dia harus bisa membuat Devan jatuh cinta kepadanya. Dia tak ingin Oma sedih dan nangis karena pernikahan ini.
Devan masih ada di lantai satu, dia menggenggam HP-nya dan melihat semua fotonya bersama Clara.
"Yang aku inginkan kamu, Clara. Kenapa kamu begitu tega membatalkan pernikahan kita? I love you, Clar," kata Devan dengan mata berkaca-kaca.
Devan segera pergi lagi, dia tak pamit kepada Chika, istrinya. Karena, baginya tak penting melakukan itu dengan orang yang tidak ia cintai dan sayangi.Tok...Tok...Tok...
Pintu kamar diketuk.
Chika membuka pintunya, "Eh, Ibu siapa?" tanyanya."Maaf, Bu, saya Bik Jumi, asisten disini," kata perempuan paruh baya itu.
"Oh, iya, Bik. Saya baru tau, hehe," kata Chika.
"Oh yaa, saya udah siapin makan siang untuk Ibu," kata Bik Jumi.
"Oh, iya makasih Bik. Nanti aku kesana," kata Chika.
"Baik, bu.""Bik, panggil saya Chika aja, jangan Ibu," pinta Chika.
"Tapi, gak sopan, Bu. Ya udah saya panggil Non Chika aja yaa?" ucap Bik Jumi."Boleh, aku gak mau dipanggil Ibu, karena aku masih muda, Bik," kata Chika terkekeh.
Bik Jumi turun lagi untuk membereskan barang-barang milik Devan.
"Hidupku kini telah kembali seperti dulu, hanya saja keadaannya yang berbeda. Dulu aku bahagia bersama Mami dan Papi, tapi kini entah aku harus bahagia atau sedih hidup bersama suamiku?" ucap Chika teringat kedua orang tuanya.
Tak ingin larut dalam kesedihan, Chika memilih untuk turun ke bawah dan makan siang sendiri.***Devan sudah tiba di Resto. Dia segera masuk ke dalam Resto.Anita dan Hito melihat wajah Devan yang sangat kusut, tak seceria seperti biasanya.
"Nit, kenapa yaa Pak Devan? Harusnya dia bahagia, kan udah nikah," kata Hito.
"Kalau gue tebak, Pak Devan gak bahagia atas pernikahan itu. Kan dia terpaksa menikah dengan Chika, karena Clara gak dateng," ucap Anita.
"Wah, kalau gitu, Chika gak bahagia juga dong? Gue gak akan biarin Chika sedih," kata Hito."Cieee, lo sayang 'kan sama Chika? Hmmm, tapi sayangnya lo keduluan sama Pak Devan," ejek Anita.
"Nah, gue ketinggalan deh. Padahal, baru aja gue mau ajak Chika pacaran pas hari itu, gue mau ungkapin perasaan gue," kata Hito."Lah, lo cuman ngajak pacaran. Liat dong, Pak Devan langsung nikahin Chika," tawa Anita.Hito memberikan kode kepada Anita, dia memasang jari telunjuk di hidungnya.
"Apa sih?" tanya Anita.
Hito melirik-lirik ke arah pintu. Anita melihat dan langsung kaget."Hah?" ucap Anita."Hey, kalian! Kerja yang bener, malah ngerumpi!" bentak Clara kepada Anita dan Hito.
Anita dan Hito langsung pergi melayani para pelanggannya."Buat apa dia kesini lagi?" tanya Anita."Wah, apa jangan-jangan mereka masih berhubungan di belakang Chika? Kasihan Chika," kata Hito.Clara membuka pintu ruangan Devan."Surrrrrprisssseeeee!!!" ucap Clara melentangkan kedua tangannya.
Devan yang sedang melamun, sangat kaget karena Clara hadir di depannya."I miss you, Honey," kata Clara mencium pipinya."Ka...kamu? Kapan sampe disini?""Jangan kaget gitu dong, sayang. Oh yaa, aku beliin ini, biar kamu makin tampan seperti Oppa-Oppa Korea disana," kata Clara.
"A...apa kamu gak marah, Clara?""Ihhh, kok kamu nanyanya gitu. Oh yaa, maafin aku yaa karena aku mendadak harus pemotretan di Korea. Tapi, aku juga belum siap nikah muda. Kamu mau 'kan nunggu aku?" tanya Clara dengan senyumnya yang menggoda.
"Aku kecewa sama kamu, harusnya aku sudah nikah dengan kamu, Clara!" ucap Devan dengan nada tinggi.
"Tapi, aku akan siap nikah sama kamu, tapi bukan sekarang. Kamu mau 'kan nungguin aku? Aku ingin tetap berkarir di dalam dunia modelling," kata Clara merajuk.
"Terserah kamu, Clara. Aku gak akan ngelarang kamu. Asal kamu tau, aku sudah menikah sekarang!" tegas Devan.
"Kamu menikah?!!! Dengan siapa?!!! Apa kamu mencintai perempuan lain selain aku?!!" tanya Clara lalu berdiri menjauh dari Devan.
"Oma meminta pernikahan itu tidak dibatalkan, dan akhirnya aku menikah dengan perempuan lain, bukan kamu! Padahal, aku berharap pada hari itu adalah hari bahagia kita, tapi semuanya menjadi kacau," kata Devan menunduk.
"Kamu bilang? Siapa perempuan itu? Dari kalangan mana?" tanya Clara meraih dagu Devan.
"Aku tidak mencintainya! Tapi, Oma memaksaku untuk menikahi dia."
"Okey, kamu tidak mencintainya 'kan? Kamu hanya mencintai aku kan sayang? Aku masih mau kok menjadi pacar kamu," kata Clara."Apa kamu gak salah? Kamu masih mau menjadi pacarku?" tanya Devan tak percaya.
"I will always be by your side and can make you happy, Devan. But, aku mencintai kamu, dan kamu juga mencintai aku," ucap Chika."Apa kamu gak marah karena aku sudah berkhianat menikahi perempuan lain?" tanya Devan.
"No! Aku bisa membuat kamu bahagia. Aku yakin, kebahagiaan kamu, cuman sama aku 'kan sayang?" tanya Clara.Clara tak ingin kehilangan Devan yang selalu menuruti maunya. Ya iyalah, gimana mau dia kehilangan ATM berjalannya? Clara sudah menyusun rencana baru agar Devan tetap menjadi kekasihnya, walaupun dia sudah punya istri.
****Ting! Sebuah pesan singkat masuk ke dalam HP-nya Chika. Chika membukanya dan matanya terbelalak kaget mendapatkan sebuah pesan dari Anita, sahabatnya.
"Aa...aapa? Clara masih berani temuin Mas Devan?!" teriaknya.
Chika berusaha menenangkan hatinya. Dia tak ingin emosi."Aku harus gimana? Aku gak bisa berbuat apa-apa, tapi aku gak mau suamiku tergoda lagi oleh Clara. Walaupun aku yakin, Mas Devan pasti masih mencintai Clara. Tapi, aku harus bisa membuat Mas Devan jauh dari Clara," kata Chika dalam hati.
Chika tak ingin berbuat gegabah, dia tak ingin memarahi Clara yang sudah berusaha menggoda Devan lagi.***Devan sudah sampai di rumahnya. Terlihat olehnya, Chika sedang menyiapkan makan malam.
"Mas, kamu makan dulu yaa?" kata Chika dengan sopan sekali.
"Saya masih kenyang!" tegas Devan lalu dia pergi ke kamar mandi.Chika tak ingin memaksa Devan, lalu dia makan sendiri di ruang makan itu. "Apa Mas Devan kembali berhubungan dengan Clara? Hmmm, aku harus bisa jauhin Mas Devan dari dia," kata Chika dalam hati.Selesai makan malam, Chika masuk ke kamar Devan. Dia melihat Devan senyum-senyum menggenggam HP-nya.
"Mas," kata Chika.
Devan menengok, tapi dia memainkan HP-nya lagi."Mas, ada apa sih, kok kamu senyum-senyum gitu?""Bukan urusan kamu! Udahlah, kamu jangan harap bisa mendekati saya, karena saya tidak pernah mencintai kamu sedikit pun!" tegas Devan.
"Tapi, Mas, sekarang aku istri kamu," kata Chika."Terus? Saya harus bersikap spesial sama kamu? Kamu tau? Pernikahan ini bukan yang saya inginkan!" tegas Devan lalu keluar dari kamar. Devan memilih tidur di kamar lantai satu.
Chika meneteskan air matanya mendapatkan perlakuan seperti itu, tapi dia juga berusaha tegar dan tak ingin terlihat lemah di depan suaminya."Mas, aku gak akan berhenti sampai kamu bisa mencintai aku," ucap Chika dalam hati._______
Keesokan harinya, Chika memasak sarapan pagi. Dia sengaja tak menyuruh Bi Jumi masak, karena dia ingin memberi perhatian lebih kepada suaminya.
"Hmmm, semuanya sudah beres. Aku harap, dengan masakan aku ini, kamu perlahan-lahan bisa membuka hati kamu, Mas," ucap Chika tersenyum melihat makanannya sudah disiapkan di meja makan."Waah, Non Chika pinter banget masaknya. Pasti Pak Devan akan suka banget," puji Bik Jumi.
Devan keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Chika menyambutnya."Mas, aku udah siapin ini lho buat kamu," kata Chika tersenyum.Devan melihat ke arah meja makan.
"Maaf, saya tak akan pernah mau makan ini! Saya sarapan di Resto!" kata Devan lalu pergi.Bik Jumi yang melihat kelakuan majikannya itu merasa kasihan dengan Chika."Non Chika yang sabar," kata Bik Jumi.
"Iya, Bik," Chika langsung lari ke kamarnya. ***Devan menjemput Clara untuk mengajaknya jalan-jalan hari ini. Clara sudah siap dengan penampilan modisnya. Clara memang tak pernah terlihat tak cantik di depan Devan.
"Sayang, ini dress yang aku beliin waktu itu 'kan?" tanya Devan ketika keluar dari mobilnya."Iya dong. Gimana? Aku pantes 'kan pake dress yang sangat mahal ini?" tanya Clara.
"So, beautiful! Ayo, kita jalan-jalan sayang," ajak Devan lalu membukakan pintu untuknya.
Mereka segera meluncur ke tempat-tempat yang biasa dikunjungi.
Seakan tak ingat kalau dia sudah beristri, Devan terpesona oleh kecantikan Clara. Devan hanya tau, kalau pernikahannya itu adalah sebuah kesalahan besar dalam hidupnya."Harusnya dulu aku menolak permintaan Oma," ucap Devan dalam hati."Hmmm, pasti sangat beda jauh sekali 'kan sama istrimu di rumah?" tanya Clara.
"Iya, sayang. Kamu selalu terlihat sempurna di depan mataku, beda dengan istriku yang tak pernah aku cintai," kata Devan.Clara tersenyum bahagia, "Gapapalah yaa, Devan nikah sama wanita lain, yang penting cintanya gak akan pernah luntur buat gue! Dan, gue bisa membeli apapun dari uangnya," batinnya.
Mereka sudah sampai di depan Mall termewah di Ibukota.
"Aku gak sabar untuk liat barang-barang limited edition," kata Clara."Pilihlah semau kamu, sayang," ucap Devan merangkul pinggangnya.****Oma Tri datang untuk menemui Chika."Hay, cucuku sayang," sapa Oma ketika melihat Chika yang sedang duduk di sofa ruang TV.
"Eh, Oma, kok gak ngabarin aku dulu?" tanya Chika."Oma sengaja dateng kesini, kangen sama cucu Oma yang paling Oma sayang," kata Oma."Tapi, Mas Devan udah berangkat, Oma," kata Chika.
"Emangnya cucu Oma cuman Devan aja? Sekarang, kamu juga cucu Oma, cucu kesayangan Oma," kata Oma memeluk Chika.
Oma sudah tau kalau Clara mendatangi Devan lagi. Untuk itu, Oma menemui Chika langsung."Hmmm, pasti kamu lagi mikirin Devan yaa?""Iya, Oma. Aku takut kalau Mas Devan gak akan pernah mencintai aku," kata Chika lesu.
"Percaya sama Oma, kamu wanita baik, penurut dan cantik tanpa polesan make-up, Devan pasti akan membuka hatinya. Oma tau, kemarin Clara datang ke Resto 'kan? Kamu jangan sedih, nanti Oma akan tegur Devan," kata Oma.
"Tapi, jangan Oma. Biar Chika aja yang tegur Mas Devan. Chika gak mau Mas Devan marahin Oma, biar Chika yang dimarahin aja. Sekarang, Oma jangan terlalu memikirkan rumah tangga aku sama Mas Devan yaa? Aku gak mau Oma kenapa-napa, aku sayang sama Oma. Aku pasti bisa membuat Mas Devan jatuh cinta sama aku," kata Chika meyakinkan Oma.
Chika tak ingin Oma terlalu mencampuri urusannya. Dia tak ingin Oma terlalu keras sama Devan, untuk itu Chika meyakinkan Oma kalau rumah tangganya pasti akan baik-baik saja. Chika akan mengahadapi masalahnya sendiri, dia tak mau Oma terlibat oleh semuanya.
"Oma minta, kamu harus ke Resto dan ikut mengelola Resto milik Oma," pinta Oma."Tapi, Oma...""Kenapa? Kamu gak mau? Oma harap kamu mau menuruti permintaan Oma," kata Oma.
"Hmmm, baiklah Oma. Aku juga akan membantu Resto milik Oma," kata Oma.
Sebelumnya, Oma sudah memberitahu kepada karyawan lain kalau Chika akan ikut mengurus Resto Seafood miliknya. Semua karyawan setuju, karena mereka pernah kerja bareng sama Chika dan tau kalau Chika sangat baik hatinya."Oma harap, kamu tetep sabar menghadapi Devan yang keras kepala. Walau ada Clara, kamu harus tetap mempertahankan semuanya, demi Oma!" ucap Oma memegang tangan Chika.
Chika mengangguk dan berjanji akan selalu setia mendampingi Devan. Walaupun dia tau, cintanya Devan masih buat Clara.Chika mengajak Oma untuk sarapan bareng.
****
Pada siang hari, Devan pergi ke Resto. Dia sudah mengantarkan Clara pulang."Pak Devan, gimana kabar Chika?" tanya Anita menghampiri Devan."Saya tidak tau!" ketus Devan.
Devan meninggalkan Anita yang masih berdiri disitu."Pasti Pak Devan gak peduli sama Chika. Ya ampun, kasihan banget nasib kamu Chika. Tapi, aku akan mendo'akan kamu baik-baik saja. Apalagi besok kamu mulai ke Resto untuk mengurusnya, jadi aku akan lebih tau keadaan kamu," ucap Anita dalam hati.Di ruangan, Devan melihat sepucuk surat di mejanya. Surat itu dari Oma."Hah? Masa dia disuruh ngurusin Resto? Apa dia mampu dan sanggup?!" ucap Devan menyepelekan."Tapi, kalau aku bantah Oma, pasti Oma akan marah dan gak berhenti bujuk aku. Ya udahlah, biar dia yang urus Resto, aku bisa sama Clara seharian penuh," kata Devan tersenyum.
Di hati dan fikirannya, cuman ada Clara Olasandra seorang. Dia tak sadar kalau sudah menikah dengan Chika. Untung saja Chika sabar menghadapi kelakuan suaminya, coba kalau Author, udah abis tuh Devan dibuatnya.Devan melanjutkan chattingannya denga Clara. Mereka masih dimabuk oleh cintanya yang sangat terlarang. Kenapa terlarang? Karena Devan sudah mempunyai istri, tapi dia masih ingin mempunyai pacar. Salah besar 'kan?
Di rumah, Oma Tri pamit untuk pulang.
"Oma harap, kamu dan Devan akan bisa mengelola Resto lebih baik lagi," kata Oma."Pasti, Oma."Oma masuk ke dalam mobil dan Chika kembali masuk ke dalam rumahnya."Hmmm, udah sore nih, Mas Devan bentar lagi pulang. Aku mau dandan yang cantik ah," kata Chika lalu pergi ke kamarnya.Chika ingin terlihat sempurna juga di hadapan suaminya. Dia mencoba berbagai cara untum mendapatkan perhatian dan cintanya. Chika pun mempunyai ide untuk merias wajahnya dengan cantik. Chika sangat pintar merias dirinya. Maklum saja, dulu Chika selalu diajarin rias oleh Mami-nya."Hmm, aku cantik banget. Tinggal pake baju yang bagus deh," kata Chika memilah-milah baju di dalam lemarinya yang ia beli pada saat sudah menikah.Terdengar suara mobil Devan, Chika segera berlari ke depan untuk menyambut kedatangan suaminya.
"Hay, Mas Devan," kata Chika tersenyum.Devan terdiam dan melihat penampilan Chika dari atas sampai bawah."Hmmm, dia cantik juga," ucap Devan dalam hati.
"Mas, makan yuk? Aku udah siapin semuanya," kata Chika."Hmmm, saya kenyang!" tegas Devan."Oh iya, Mas."Devan melangkahkan kakinya ke kamar, tapi dia menoleh lahi ke arah Chika.
"Satu lagi, jangan pernah kamu bikin saya buat jatuh cinta, karena itu tidak akan mungkin. Penampilan kamu seperti badut, beda dengan pacar saya, Clara, dia terlihat lebih elegant dan sangat cantik, tentu saja dia seorang model, beda dengan kamu yang hanya waitress!" ucap Devan.Chika mematung mendengar semua hinaan yang dilontarkan dari mulut Devan."Hmmm, gapapa lah, kalau aku kayak badut, kenapa pas aku buka pintu kamu melihat penampilan aku dari atas sampe bawah? Sampe melongo gitu?" ucap Chika tersenyum.Chika menunggu Devan yang sedang mandi.
"Mas," ucap Chika ketika melihat Devan keluar dari toilet."Apa?"
"Kan kita sudah suami istri, kamu gak mau..."
"Saya gak mau tidur bareng sama kamu! Jangan paksa saya untuk mencintai kamu, karena itu tidak mungkin!" tegas Devan memotong pembicaraan Chika.
"Tapi, Mas..."Belum juga menjawab, Devan sudah pergi ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
"Sabar, sabar," ucap Chika mengelus dada.
Chika pun pergi ke kamarnya untuk tidur.____Hari ini adalah hari pertama Chika menuju ke Resto lagi. Tapi, hari ini dia bukan untuk bekerja, melainkan untuk ikut mengurus Resto Seafood itu.
"Mas, kita bareng yaa?" pinta Chika."Gak bisa!" Devan langsung keluar tanpa sarapan dahulu.
Bik Jumi menghampirk Chika.
"Duh, kok Pak Devan gitu yaa, Non sama istri sendiri?""Gapapa, Bik. Tapi, aku gak akan nyerah gitu aja," kata Chika.
"Bibik dukung! Non Chika cantik, baik dan sempurna, suatu saat Pak Devan akan membuka mata dan hatinya," kata Bik Jumi.
"Lah, kan sekarang Mas Devan buka matanya, kalau enggak, gak mungkin dia nyetir mobil sendiri," ucap Chika tertawa."Ih, Non mah bukan gitu. Maksudnya, supaya Pak Devan membuka hatinya untuk Non Chika," ucap Bik Jumi.
"Hehe, iya Bik. Ya udah aku mau ke Resto dulu," kata Chika.Chika pun pergi bersama Supirnya, Mang Ujang.*Sesampainya di Resto, semua karyawan menyambut kedatangan Chika."Hay, apa kabar kalian?" tanya Chika ketika turun dari mobil.
"Alhamdulillah, kita baik Bu Chika," kata salah satu karyawan."Hmmm, jangan manggil Ibu dong, kan aku masih muda," kata Chika.
"Tapi, Oma yang meminta kita untuk memanggil kamu Ibu. Lagian, kamu pantes dipanggil Bu Chika, karena kamu sudah resmi menjadi istri Pak Devan," kata Anita maju ke depan.
"Ahhh, kalian baik banget. Ya udah itu terserah kalian," ucap Chika.
Lalu, mereka masuk ke dalam Resto. Chika merasa berterima kasih karena Oma sudah memperlakukannya dengan sangat sangat spesial. Bahkan, sakit hati yang diterimanya karena sikap Devan tak pernah dirasa oleh Chika, karena dia sangat sayang Oma."Mas Devan kemana yaa? Kok belum sampe, padahal 'kan dia tadi berangkat duluan," gumam Chika.
Chika membereskan ruangan Devan yang tak beraturan. Dia membuka laptop di atas meja itu. Tapi, Chika tak berhasil karena dia tak mengetahui passwordnya.Tak lama kemudian, terlihat Devan membuka ruangannya."Mas Devan, macet yaa tadi?" tanya Chika menghampiri.
Devan masuk ke dalam ruangan itu."Ka...ka...mu?" ucap Chika terlihat gugup ketika wanita di belakangnya Devan."Hay, istrinya Devan? Perkenalkan, saya wanita yang dia cintai," kata Clara dengan tersenyum sinis melambaikan tangannya.
Deg! Hati Chika sakit lagi. Devan tega membawa Clara ke dalam ruangannya. Harusnya dia tau, kalau ada istrinya disitu. Devan hanya tersenyum melihat Chika yang menundukkan kepalanya.
"Kasihan banget yaa jadi istrinya, tapi gak pernah dianggap! Berbeda kelas banget sama gue, yang hits dan seorang model kelas tinggi!" cibir Clara mendekati Chika.
*****HAPPY_READING*****Chika marah karena Clara berkata seperti itu."Mas, kenapa kamu bawa dia kesini?""Emang kenapa? Dia pacarku, terserah aku. Sementara kamu? Hanya istri di atas kertas!" jawab Devan."Jaga ucapanmu, Mas!" bentak Chika.Devan berjalan beberapa langkah ke arah Chika, "Berani sekali kamu bentak saya!""Mm...maaf, Mas." Chika tertunduk lesu tak bisa meluapkan emosinya lagi."Kamu gak sadar? Kamu itu siapa? Dari kalangan mana?" tanya Devan dengan nada tinggi."Noh, denger! Lo tuh sangaaat jelas berbeda kelas!" timpal Clara.Akhirnya, Chika berlari dari ruangan itu. Dia berlari menemui Anita, sahabatnya."Chika, kenapa?" tanya Anita khawatir.Hito yang sedang membereskan piring pun segera mendekati Chika dan Anita."Chik," kata Anita.Chika menangis, "Hiks...Hiks...Aku gak tahan sama perlakuan mereka," ucap Chika."Kamu yang sabar," kata Anita."Anita, Chika kena
*****HAPPY_READING*****Beberapa bulan kemudian, Chika sudah biasa menghadapi sikap Devan yang sangat dingin dan cuek kepadanya. Bahkan, Chika selalu melakukan berbagai cara untuk mendekati suaminya. Tapi, Devan hanya akan berlaku baik saat ada Oma Tri di rumahnya. Kalau tidak ada, Devan kembali tidur di kamar bawah."Apa selamanya aku gak akan bahagia?" ucap Chika saat melihat suaminya akan pergi ke Restaurant.Devan melirik ke arah Chika, tapi dia tak berbicara apapun."Biasanya dia heboh sendiri, tapi kenapa dia diem aja pagi ini? Ahh sudahlah, lagian gak penting juga!" kata Devan dalam hati lalu dia pergi.Bik Jumi mendekati Chika, "Non, kenapa ngelamun?""Hmm, aku hanya mikirin rumah tangga ini, Bik. Kayaknya Mas Devan gak bisa buka hatinya buat aku. Kita udah jalanin ini 10 bulan lamanya, tapi Mas Devan tetap seperti itu," ucap Chika meneguk minumnya."Non yang sabar. Insya Allah
*****HAPPY_READING*****Chika dan Devan sudah berada di salah satu tempat terindah disana, yaitu di sebuah taman."Mas, bagus yaa pemandangannya," kata Chika sambil menggandeng tangan Devan.Mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak."Emang kamu belum pernah kesini?""Hmmm, pernah. Tapi, itu udah lama banget sekitar 5 tahun yang lalu," jawab Chika.Devan mulai mendengarkan cerita tentang Chika."Andai orang tua aku masih ada, mungkin aku gak akan sia-siakan waktu bersama mereka," kata Chika meneteskan air matanya.Devan yang mendengarkan cerita Chika pun terharu, "Kasihan dia," gumamnya."Tapi, sekarang aku bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik seperti Oma Tri dan kamu, Mas. Walau kamu belum mencintai aku, tapi gapapa, Mas. Aku tau kamu orang baik dan setia," kata Chika menatap kedua bola mata Devan, membuatnya salah tingkah.
*****HAPPY_READING*****"Ommmaaaa," teriak Chika ketika memasuki rumahnya.Oma Tri terlihat bahagia melihat kepulangan Devan dan Chika, "Gimana liburannya? Pasti menyenangkan 'kan?" tanya Oma."Iya, menyenangkan sekali, Oma," kata Chika tersenyum lebar.Devan masih terlihat lesu, "Oma, aku istirahat dulu yaa?" kata Devan."Iya, kamu istirahat aja Mas, pasti kecapean juga," ucap Chika.Chika menceritakan semua kebahagiannya kepada Oma, tapi dia menutupi perasaannya yang hancur karena kehadiran Clara disana. Chika tak berani menceritakannya, apalagi dia sudah diancam oleh Devan, suaminya itu. Chika hanya bercerita yang manis-manis saja."Beneran? Devan udah berubah?" tanya Oma dengan sangat girang."Iya, Oma. Do'akan saja semoga hubungan kita akan membaik," kata Chika."Iya, Oma juga gak sabar pengen mempunyai buyut, anak dari Devan dan kam
*****HAPPY_READING*****Malam pun telah tiba, Chika sudah bersiap untuk acara dinner nanti malam bersama Devan. Dia sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh Anita dan Hito yang sudah meluangkan waktunya."Makasih yaa kalian udah bantuin aku," ucap Chika."Sama-sama, Chik," balas Anita."Pokoknya kalau lo butuh bantuan, gue akan selalu ada buat lo, Chik," kata Hito mengangkat alisnya.Chika sudah memakai dress selutut dengan rambut terurai indah. Dia memoleskan sedikit make-up untuk membuat wajahnya semakin cantik dan manis."O yaa, Pak Devan jam berapa pulang?" tanya Anita."Biasanya jam 20.00 udah pulang," jawab Chika."Duuhh, gimana yaa Chik? Sebelumnya gue minta maaf, gue harus pulang cepet soalnya ada acara pengajian nih," ucap Anita.Chika tersenyum, "Udah, gapapa kok, keluarga itu lebih penting, Nit. Kamu pulang gih, dianter aja sama Hito,
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika sudah rapi untuk pergi ke Resto. Dia sengaja memakai dress dan juga higheels, agar Devan bisa meliriknya walau sedikit. Selama ini, Chika begitu polos dan selalu diam. Tapi, untuk kali ini, dia akan belajar untuk memperbaiki diri agar menarik perhatian suaminya itu. Dia tak ingin Clara selalu menang dan menang."Bik, Mas Devan mana?" tanya Chika melihat sekelilingnya."Emmm...Pak Devan gak pulang, Non," jawab Bik Jumi menunduk.Chika langsung duduk dan menikmati roti hangat yang sudah disiapkan oleh Bik Jumi. Dia mengoleskan sedikit selai strawberry untuk menambah selera makannya. Chika tak ingin terlalu larut dalam kesedihan itu. Dia harus membuat Devan mempercayainya."Aku harus yakinin Mas Devan, kalau aku gak pernah ngunciin Clara," ucap Chika pelan.Selesai sarapan, Chika langsung mengambil tasnya di kamar, d
*****HAPPY_READING*****Hari pun sudah pagi, Devan terbangun dan menyadari kalau dia tengah memeluk seseorang."AAAAAA," teriak Devan.Chika terbangun akibat teriakan Devan yang sangat dekat dengan area telinganya itu."Kenapa, Mas? Pagi-pagi kok udah teriak aja?" tanya Chika mengucek matanya."Kamu ngapain tidur disini?""Kan semalem Mas yang narik tangan aku," ucap Chika dengan santai."Halah! Gak mungkin! Itu pasti kamu godain saya 'kan?" bentak Devan."Mas, aku 'kan istri kamu, aku bisa godain kamu sepuas hati aku. Kalau aku godain pria lain, baru deh kamu marah," kata Chika menatap mata Devan.Devan langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi, karena dia harus menemani Indah jalan-jalan.Sementara, Chika masih tersenyum-senyum karena Devan memeluknya semalaman. Walau dalam keadaan tak sadar, Chika bahagia sekali.
*****HAPPY_READING*****Chika terus menatap mata Devan yang sedang fokus menyetir. Dia memandang wajah tampannya."Kenapa?" tanya Devan."Gapapa, Mas. Kamu tampan," jawab Chika semakin dekat dengan wajah Devan."Apa sih!" bentak Devan."Mas, jangan marah-marah deh, nanti tampannya ilang lho," ucap Chika sambil tersenyum.Devan diam tak menggubris perkataan Chika, dia sedikit salah tingkah dengan ucapan Chika."O ya, Mas, nanti aku mau belanja dulu. Turunin aja di supermarket," kata Chika."Syukurlah!""Nanti jemput aku lagi yaa?" rengek Chika."Nanti saya hubungi Mang Ujang," kata Devan."Gak mau," kata Chika memegang tangan Devan.Devan melepaskan tangan Chika, "Jangan gini, saya lagi nyetir.""Kalau lagi gak nyetir, berarti boleh dong pegang tangan Mas," kata Chika."Gak juga," kata Devan.Devan berhenti di depan Supermarket, Chika pun turun."Dadaaahhh, su
*****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik
*****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,
*****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap
*****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya."Kak, sarapan dulu," ucap Indah."Nanti aja.""Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong.""Gapapa Ndah," ucap Devan."Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika."Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan."Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja.""Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.'Akhirnya, Kak Devan sudah menc
*****HAPPY_READING*****Devan langsung berjalan perlahan menghampiri perempuan itu. Dia langsung berhenti."Ternyata bukan," ujarnya menghela nafas.Devan langsung duduk di sebuah bangku, dia memikirkan Chika lagi. Devan sangat terpukul karena dia baru menyadari semua kesalahannya."Harusnya aku sadar dan percaya sama Chika, dia baik, dia cantik dan kini dia sangat berarti buat hidup aku," ucap Devan pelan.Devan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dari awal pernikahannya. Dia sangat menyesali telah menyakiti perasaan Chika selama setahun lebih pernikahannya."Aku harus cari dia sampai ketemu!" ucap Devan beranjak pergi.***°POV Clara°Setelah semua kejadian itu, aku masih tidak percaya, ternyata Rendy adalah sahabat Devan, pacarku sendiri. Andaikan dari awal aku tau, mungkin aku lebih baik putusin Devan. Tapi, sekarang dua-duanya menjauh dari aku, aku harus bagaimana lagi? Hari ini, aku tida
*****HAPPY_READING*****°POV Devan°Pagi ini, aku sangat tidak bersemangat sekali. Kejadian semalam, membuat aku berfikir keras dan aku masih tidak percaya kalau Clara tega mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Rendy tidak salah, dia juga berhak mendapatkan wanita lain. Tapi, kenapa harus dengan Clara? Entahlah, isi otakku sekarang seakan-akan mau meledak.Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Tapi, aku seperti kehilangan sesuatu. Ya! Aku tidak melihat Chika disana, biasanya dia sudah duduk di kursi sebelah. Kemana dia? Apa dia masih tidur?Aku mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai rasa cokelat ke atasnya."Biasanya Chika yang selalu membuatkan aku roti bakar, mungkin dia masih tidur karena kecapean," gumamku sambil menikmati roti itu.Tak lama, Bik Jumi sudah berada di depanku membawakan segelas susu."Silahk
*****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j