"Gak bisa, aku pengen dibeliin sama kamu, Mas," rengek Chika sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Devan jadi teringat dengan adiknya yang jauh disana. Wajahnya hampir sama dan bentuk tubuhnya pun mirip.
"Mas, iya?" ucap Chika.Akhirnya, Devan membelikan pop corn yang ada di sebrang jalan. Chika menunggu di bangku ayunan."Mas, Mas, aku tau perlahan kamu pasti bisa mencintai aku. Walau aku harus memohon, tapi gapapalah, aku memohon sama suamiku sendiri," kata Chika tersenyum memperhatikan Devan.Devan berjalan dan menyodorkan dua buah pop corn, "Nih."
"Asyik, makasih yaa, Mas?" kata Chika bahagia.
HP Devan berdering, Chika melongo."Mas, bawa HP?""Jangan banyak tanya deh, kamu jangan berani aduin ke Oma!" tegas Devan ketika melihat layar HP-nya.Devan menjauh dari Chika, meninggalkannya duduk sendirian."Pasti si Clara lagi! Baru aja ngerasain bahagia, udah gini lagi. Aku harus gimana lagi?" batin Chika.Chika memakan pop cornnya agar dia tak terlalu galau memikirkan Devan yang sedang telponan.
Tak berapa lama, Devan kembali dan duduk di sebelah Chika."Jangan sampai kamu ngadu ke Oma lagi!" tegas Devan."Iya, Pak Boss," ledek Chika.
Devan melamun setelah mendapat telepon dari Clara."Mas, Clara ngomong apa?""Lancang kamu! Jangan suka kepo," ketus Devan."Ya, maaf. Kan aku istrimu, jadi aku penasaran dong," kata Chika sambil menyuapkan pop corn ke dalam mulutnya.
"Kamu gak berhak penasaran dengan hidup saya. Kamu tau 'kan? Saya tidak mencintai kamu!" kata Devan."Iya, aku tau Mas.""Syukurlah kalau kamu sadar diri!" kata Devan.Chika diam tak menjawab lagi. Dia tak mau memperpanjang perdebatan dengan suaminya yang keras kepala itu.Selesai berjalan, mereka kembali lagi ke hotel untuk beristirahat.
****Anita melihat Hito sedang melamun.
"To, lo kenapa sih?""Gapapa," jawab Hito."Lagi mikirin Chika sama Pak Devan yaa? Udah, lo jangan terlalu cemburu lah," ledek Anita."Siapa juga yang cemburu? Gue tuh cuman khawatir aja, takutnya Chika gak bahagia disana," kata Hito.
"Hmmm, iya juga sih. Apa Pak Devan disana memperlakukan Chika dengan baik? Tapi, gak mungkin juga Pak Devan berbuat jahat," kata Anita.
"Iya, tapi 'kan tetep aja gue khawatir. Apalagi Pak Devan terpaksa menuruti kemauan Oma, gue takut Chika kenapa-napa disana."
"Tenang aja, To. Nanti gue telpon Chika deh, biar kita tau keadaan dia disana seperti apa," kata Anita.
"Nanti lo kabarin gue yaa."
"Oke, To," kata Anita.
Mereka pun kembali untuk menyelesaikan pekerjaannya.**Hari sudah malam, Devan sedang berjalan di halaman depan hotel. Dia sangat jenuh atas semuanya."Ini semua gak adil buat saya!" ucapnya pelan.HP-nya berdering, Devan segera mengangkatnya."Hallo, good night baby."["Hallo, aku kangen banget tau."]
"Iya, sayang aku juga kangen. Aku jenuh banget nih."
["Besok pagi aku nyampe Bali. Kamu tunggu disana yaa?"]
"Dengan senang hati sayang, kita akan berlibur disini."
["Pokoknya aku mau belanja banyak!"]
"Belanja sesukamu, honey. I love you."
["Okay. Ya udah aku mau siapin dulu semua barangku."]
"Iya, sayang. Nice to meet you."
[Ya."]
Clara! Dia menutup teleponnya karena akan mengemasi barang-barang yang akan dia bawa. Dia menyusul atas kemauannya dan juga kemauan Devan. Mereka akan berlibur disana.
Chika tak sengaja mendengar percakapan Devan di telepon. Entah yang ke berapa kali, hatinya sangat hancur mendengar semua itu."Mas, Mas, aku udah berusaha untuk membuat semuanya indah. Tapi, hati kamu tetap buat dia," kata Chika meneteskan air mata.Chika kembali ke kamar, karena dia tak mau ketauan oleh Devan."Tapi, aku tetep harus perjuangin suami aku demi Oma dan kebahagiaan kita semua!" kata Chika menyemangati dirinya sendiri._____
Keesokan harinya, Devan sudah tak berada di kamar. Chika sudah bisa menebak semuanya. Lalu, dia pun bangkit dan ke kamar mandi.
Chika memang wanita tegar dan kuat hatinya. Dia tak pernah menyerah untuk berjuang memiliki suaminya seutuhnya.Selesai mandi, Chika merias dirinya agar tak kalah cantik dengan Clara. Chika hanya ingin Devan hanya menjadi miliknya, bukan milik wanita lain."Aku harus bisa menjaga sikap, aku harus santai dan aku harus ikutin semuanya. Tapi, aku gak akan pernah nyerah untuk semua ini," ucapnya sambil bercermin.Tak berapa lama kemudian, Devan sudah kembali ke kamar hotel."Mas, darimana?"
Devan langsung keluar lagi, lalu Chika sengaja mengikutunya."Clara?" ucapnya kaget ketika melihat wanita itu sudah berada di depan matanya.
"Halo, Chika, apa kabar?" tanya Clara sambil tersenyum sinis.
Clara menghembuskan nafasnya, "Aku baik. O ya, kamu liburan juga?"
"Tentu dong. Dia pacar dan wanita yang akan tetap ada di hati aku selamanya," potong Devan."Ah, makasih sayangku," ucap Clara sengaja membuat cemburu Chika.
"Oh!" Chika segera kembali ke kamarnya. Dia tak ingin melihat pemandangan yang tak seharusnya ada di impian dia.
Chika menangis, "Sampai kapan Mas Devan akan seperti itu?"Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika."Satu lagi! Kamu jangan berani aduin semua ini sama Oma, kalau kamu berani, aku bisa saja tinggalin kamu!" ancamnya."Tapi, Mas..."
"Kamu mau kan saya bahagia?""Iya, Mas.""Kamu juga tau 'kan, kalau kebahagiaan saya cuman bersama Clara? Jadi, kamu jangan ceritain ini semua pada Oma!" bentak Devan.
"Baik, Mas."
Chika menyerah dengan keadaan itu. Dia tak ingin menyakiti siapa pun, termasuk Oma."Ya sudah, saya mau jalan dulu dengan Clara, pacarku," kata Devan lalu keluar.Chika melihatnya sampai bayangannya hilang. Dia amat terpukul sekali melihat semua itu."Aku harus menjadi wanita kuat dan gak cengeng seperti ini," kata Chika mengelap air matanya.Sementara, Devan dan Clara sedang berjalan ke sebuah Restaurant. Mereka sengaja untuk sarapan disana tanpa mengajak Chika."Sayang, kamu mau pesen apa?" tanya Devan."Hmmm, aku mau ini," tunjuk Clara pada buku menu.
Devan segera memanggil pelayan.
"Devan sayang," panggil Clara."Kenapa, sayang?"
"Kamu gak cinta 'kan sama perempuan itu?"
"Maksud kamu? Si Chika? Ya enggak mungkin dong sayang. Cinta aku tuh buat kamu doang," kata Devan menggenggam tangan Clara.
"Tapi, kenapa kamu gak ceraiin aja dia?"
"Hey, sayang, aku gak mungkin ceraiin dia, aku gak mau nyakitin Oma dan aku gak akan bisa hidup tanpa fasilitas dari Oma," kata Devan.
"Ya 'kan kamu bisa langsung nikahin aku nantinya," kata Clara.
"Iya, nanti aku fikirin semuanya. Lagian kasihan Oma, aku gak mau nyakitin Oma, sayang. Kamu ngerti 'kan maksud aku?"
"Ya ya ya," jawab Clara.Tak berapa lama, makanan pun sudah ada di depan mereka. Mereka segera memakannya.*
Chika masih berada di dalam kamar. Dia tak ingin keluar dan melihat kebahagiaan suaminya dengan wanita lain.Ting! Sebuah pesan singkat masuk ke dalam HP-nya.di w******p
["Chik, kamu lagi ngapain? Kamu baik-baik aja 'kan?"]"Iya, aku baik-baik aja kok, Nit. Gimana Resto?"
["Resto aman, ini juga ada Oma."]
"Oh, Oma ada disana? Salam yaa buat Oma."
["Pasti, Chik. Oma kamu pengen ngobrol sama kamu nih."]
"Aduh, maaf yaa Nit, bukannya aku gak mau. Aku mau ke toilet dulu nih."
["Oh, ya udah nanti kalau udah selesai,kamu langsung telepon aja, Oma pengen tau keadaan kamu sama Pak Devan."]
"Oke, siap."
Chika terpaksa berbohong untuk menutupi semuanya. Dia tak ingin Oma Tri kecewa dan tau kalau Devan lagi sama Clara."Maafin aku, Oma. Aku terpaksa berbohong, aku gak mau penyakit Oma kambuh," ucap Chika.Chika mematikan HP-nya dan langsung mencari kegiatan lain."Hmmm, aku kunci ah pintunya. Aku mau liat tas Mas Devan, lagian aku 'kan istrinya, jadi gapapa lah yaa," kata Chika tersenyum, lalu dia berjalan dan mengunci pintu.Chika mulai membuka tas Devan di atas meja. Dia melihat dan mengeluarkan ada beberapa fotonya bersama dengan Clara. Chika memperhatikan semua foto yang ada di tasnya."Lucu banget kamu, Mas," ucap Chika tersenyum ketika melihat foto Devan saat kecil."Oh, jadi ini Mama sama Papanya Mas Devan," kata Chika.Tak hanya foto, banyak beberapa berkas di tas milik Devan. Chika penasaran dengan isi tas yang selalu dibawa oleh Devan kemana pun dia pergi."Ada surat?" ucap Chika melihat sepucuk surat di dalam amplop.Chika membuka surat itu dan membacanya. Dia membaca dengan teliti, dari atas sampai selesai.
"Hmmm, jadi Mas Devan kangen banget sama keluarganya, kasihan banget sih Mas. Bahkan, di hari pernikahan kamu pun aku gak liat orang tua kamu. Tapi, kamu beruntung memiliki Oma yang sangat perhatian dan sayang sama kamu, Mas," ucap Chika dalam hati.Tok...Tok...Tok...Chika segera merapikan tas Devan kembali seperti sedia kala. Dia tak ingin ketahuan oleh Devan dan dimarahi lagi."Lama banget, lagi ngapain sih?""Maaf, Mas. Aku tadi ketiduran, hmmm," kata Chika berbohong."Masih pagi jangan tidur, gak bagus buat kesehatan!" ucap Devan."Iya, lagian kamu kan gak ngajak aku pergi Mas, jadi aku tidur aja," ucap Chika.
Chika pun merayu Devan dengan segala cara agar Devan mau membuka obrolan dengannya.
Ceklek! "Sayaaang," ucap Clara yang membuka pintu.Devan menyambutnya dengan senyuman, "Mari, masuk baby," ucapnya.Chika berjalan ke arah Clara, "Bisa sopan gak? Ini 'kan kamar aku sama Mas Devan!" ucapnya."Oh oh, takut," ledek Clara."Chika, jaga sikap kamu!" bentak Devan.
"Tapi, Mas, ini kamar kita, gak seharusnya dia masuk kesini," kata Chika.
"Kata siapa? Dia bebas mau kesini kapan pun, lagian kenapa sih kamu gak bisa terima kenyataan aja kalau Clara itu wanita yang aku sayang dan cintai," kata Devan."Tuh, denger! Aku ini wanita yang spesial di hatinya Devan, bukan kamu!" timpal Clara.
Chika mendekati Devan, "Mas, silahkan kamu mau bermesraan dengan dia! Tapi, aku minta satu hal sama kamu, kamu jangan bermesraan di depan aku, aku ini istri kamu," ucap Chika dengan halus.
"Tapi, sayang, aku maunya disini," ucap Clara merangkul tangan Devan, "Aku pengeeen banget berteman baik sama istri kamu, biar aku ajarin dia menjadi istri yang bener!" sindirnya.
"Gak usah ajarin aku!" ketus Chika tak mau kalah.
"Chika! Kamu jangan bersikap seperti itu," kata Devan.Chika diam, lalu dia membelakangi mereka. Chika langsung rebahan di atas kasurnya dan menutupi wajahnya dengan selimut."Harusnya aku yang kamu bela, bukan perempuan itu, Mas!" ucap Chika menutup kedua telinganya dengan bantal.Clara pun berusaha membuat Chika kesal dan cemburu.
"Sayang, nanti malem kita ke Caffe yuk?" ajak Clara."Apa sih yang enggak buat kamu, sayang? Ayo," ucap Devan."Makasih yaa, sayang, aku sayaaaang banget sama kamu," kata Clara melirik ke arah Chika.
"Aku juga sayang sama kamu," ucap Devan."Hmmm, nanti kalau kita udah nikah, aku pasti akan bisa bahagiain kamu," kata Clara.
"Tentu! Dan, kita akan bahagia selamanya, iya 'kan sayang?" ucap Devan.
Chika membuang bantalnya ke arah Clara dan Devan, mereka pun kaget.
"Apa-apaan sih, Chika?" bentak Devan."Maaf, Mas. Tadi aku denger kamu mau nikah sama dia? Aku gak akan sudi!" jawab Chika."Terserah saya! Lagian, kamu bukan wanita yang aku mau dan inginkan!"
"Tapi, aku akan berusaha membuat kamu membuka mata dan hati kamu, kalau aku adalah istri yang baik buat kamu," kata Chika.
"Sayang, kita ke luar aja yuk? Disini panas banget," ajak Clara.
"Iya, sayang. Kita duduk aja di depan sana," kata Devan.Akhirnya Devan dan Clara keluar dari kamar dan meninggalkan Chika sendirian.
"Haduh, drama apalagi ini? Hmmm, lama-lama stress juga aku!" ucap Chika langsung mengunci pintunya.Chika ingin bercerita kepada orang lain, tapi dia tak mau mengumbar aib rumah tangganya. Dia tak ingin nama Devan jelek di mata orang lain. Tapi, Chika juga butuh teman untuk sekedar curhat.
"Aku punya ide, curhat aja sama tembok lah, aku capek!" kata Chika langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur lagi dan tertidur lelap.
*Hari sudah malam, menunjukkan pukul 21.00 WIB. Devan belum juga pulang, Chika pun khawatir."Mas Devan kemana sih? Jam segini belum pulang?" gumamnya.Chika sudah menyiapkan makan malam untuknya dan juga Devan. Chika menunggu kedatangan suaminya, dia pun mengantuk dan akhirnya tertidur di atas meja.Ceklek! Devan pulang dan melihat Chika sudah tertidur dengan posisi kepala di atas meja.
"Ngapain juga dia tidur disitu? Hmmm, sudahlah, saya capek dan ngantuk, seharian penuh saya bersama kekasih saya, Clara. Waktunya tidur," ucap Devan langsung membersihkan badannya dan tidur.
_____
Sudah 5 hari mereka berliburan, hari ini adalah hari ke-6 dan esok mereka harus kembali lagi ke rumah. Tapi, Chika merasa sedih karena Devan selalu pergi bersama Clara, bukan dengan dirinya."Bahkan, setiap malam aku nunggu Mas Devan, tapi dia gak peduli sama sekali," ucap Chika dalam hati.Dia sarapan sendiri, karena Devan sudah pergi bersama Clara untuk sarapan di luar. Chika mencoba menikmati dan menelan pahitnya hidup sendiri.
"Tapi, bagaimana pun aku harus mempertahankan semuanya. Aku ingin seperti Mami dan Papi, sehidup semati," ucap Chika.Selesai sarapan, Chika keluar untuk menghirup udara segar. Dia bosan di kamar terus. Walau tanpa Devan, Chika harus membiasakan diri untuk keluar walau tanpa Devan.Chika menengok ke bawah, dia melihat Devan sedang berjalan menuju ke lantai atas dimana kamarnya berada.Devan sudah berada di depan pintu, tapi Chika melihat ke atas langit seolah-olah tidak tau kalau Devan ada disana.
"Untuk menyapa aku aja, kamu gak mau, Mas," batin Chika melihat ke arah pintu kamarnya yang sudah ditutup.Chika masuk ke kamarnya untuk mengetahui Devan."Eh, Mas, kok kamu ada disini? Kapan kamu kesini?" tanya Chika pura-pura."Ini 'kan kamar saya, saya bebas kapan saja masuk. Emang kalau saya keluar-masuk kamar ini harus izin sama kamu?" tanya Devan menatap tajam ke arah Chika.
"Ya, gapapa sih. Hmmm, oh yaa, Clara mana?"
"Buat apa nanya gitu?"
"Ya, enggak Mas. Biasanya jam segini kan dia ada disini, tumben sekarang gak nongol," ucap Chika.
Devan mendengus, "Udah deh, itu bukan urusan kamu!"
"Iya iya iya deh, urusan aku tuh ngurus suami aku yaa?" kata Chika dengan nada manja.
"Gak usah, gak perlu repot-repot. Kamu urus aja diri kamu sendiri."
Chika tersenyum, "Aku kan perlu urus kamu juga agar kamu sadar kalau kamu udah nyakitin hati aku," kata Chika dalam hatinya.
HP Chika berdering, itu teleon dari Anita._di telepon_"Hallo, Anita."["Hallo, Chika. Ini Oma mau liat keadaan kamu."]
Anita mengalihkan mukanya dengan wajah Oma Tri.["Chika, kamu baik-baik aja 'kan?"]
"Iya, Oma. Aku baik-baik aja kok."
["Devan memperlakukan kamu dengan baik 'kan?"]
"Iya, Oma. Aku bahagia banget Mas Devan mau ajak aku jalan-jalan dan keliling. Bahkan, setiap hari kita semakin romantis dan aku yakin Mas Devan perlahan mulai mencintai aku."["Syukurlah. Oma bahagia dengernya, kalau Devan berbuat yang menyakiti kamu, lapor aja sama Oma."]
"Tenang aja, Oma. Aku gapapa kok, dan aku bahagiaaaaa banget."
["Iya, udah Oma masih banyak kerjaan nih, kamu sama Devan habiskan waktu kamu bersama yaa? Nanti Oma pengen liat foto liburan kalian berdua."]
"I...i...ya Oma."
Chika menutup teleponnya. "Dia bilang dia bahagia? Hmmmm, baguslah dia gak ngadu tentang Clara," batin Devan.Chika melirik ke arah Devan yang sedang memperhatikannya."Mas, kenapa liatin aku?" tanya Chika."Enggak kok," Devan segera mengalihkan pandangannya."Tenang aja, Mas. Aku mencintai kamu dan gak mungkin aku ngadu ke Oma," kata Chika mendekati Devan."Baguslah.""O yaa, Oma minta foto liburan kita disini. Gimana?"
"Apa perlu?" tanya Devan.
"Ya, apa salahnya kalau kita foto bareng? Lagian, aku gak mau Oma marahin kamu Mas, cuman foto berdua aja kok. Nanti siang kita jalan-jalan yaa Mas untuk terakhir kita disini?" pinta Chika mendekati wajah Devan.
"Saya pengen istirahat!""Tapi,Mas. Oma minta kita foto bareng di tempat-tempat indah. Aku 'kan bilangnya kalau Mas sering ajak aku jalan, yaa walaupun kenyataannya enggak. Tapi, please Mas mau yaa?"
"Iya, iya!"
Akhirnya Chika bersiap-siap untuk pergi bersama suaminya."Akhirnya, Mas Devan mau, setidaknya aku punya waktu bersama walaupun cuman sebentar," ucap Chika dalam hati.Chika langsung merias wajahnya dengan make-up yang ia bawa. Chika ingin terlihat sempurna di depan suaminya itu. Dia tak ingin kalah cantik dengan Clara.Setelah siap, Chika segera mengajak Devan.Devan diam terpaku melihat penampilan Chika yang berbeda, "Dia cantik banget," batinnya.Chika merasa Devan sangat memperhatikannya dan dia tersenyum."Semoga dengan ini kamu bisa membuka hati kamu, Mas," batin Chika."Ayo, Mas," Chika mengajak Devan dan langsung memesan taxy online.Di dalam taxy, Chika memegang tangan Devan dengan erat. Lalu, dia ber-selfie dan mengabadikan moment itu.
"Mas, senyum dong," pinta Chika."Gak usah lah," kata Devan."Tapi, Mas, ih senyum kamu mahal amat. Kalau senyum 'kan kamu tambah ganteng," goda Chika tersenyum.
Supir pun tersenyum-senyum melihat kekonyolan yang diberikan Chika kepada Devan."Kalian suami istri yaa?" tanya Pak Supir."Iya, Pak," jawab Chika dengan cepat.
"Kalian pasangan serasi deh, ganteng dan cantik," puji Pak Supir.
"Oh, iya tentu Pak. Makasih, Pak. Doakan kita langgeng yaa, Pak?" ucap Chika terus memepet ke arah Devan.
"Iya, saya do'akan semoga kalian langgeng dan diberi kebahagiaan selamanya," ucap Supir."Aamiin," kata Chika.
Devan hanya diam tak berkata apapun.
"Mas, nanti di pantai pasti bagus banget yaa? Kita harus abadikan moment itu," kata Chika.
"Terserah kamu," ketus Devan.Mereka telah sampai di Pantai yang terkenal indah di Bali. Mereka turun dan segera mengunjungi tempat wisata itu."Kenapa aku gak bisa nolak saat dia pegang tangan aku?" ucap Devan dalam hati.Chika tersenyum bahagia karena dia bisa berjalan-jalan dengan suami tercintanya.
"Mas, disana bagus deh. Ayo, kita selfie lagi," ajak Chika menarik lengan Devan dengan manja.
Chika pun mengabadikan setiap momentnya.Setelah lelah berfoto, mereka melanjutkan makan siang di pinggir pantai."Wah, ini bagus banget," ucap Chika dalam hati.Devan melihat ke arah Pantai, "Asli, pemandangan disini bagus banget. Coba kalau ada Clara, pasti lebih seru lagi," batinnya.
Chika memilih foto untuk dijadikan status di sosial medianya. Dia ingin meng-upload foto bersama suami untuk pertama kalinya.Makanan datang dan mereka segera melahapnya. Chika memperhatikan wajah Devan dan tersenyum."Walau terpaksa, aku sangat bahagia sekali, Mas," kata Chika dalam hati.Devan merasa dia diperhatikan oleh Chika, "Kenapa sih?""Gapapa, Mas. Aku sangat bahagia sekali," jawab Chika.
"Bahagia? Kenapa?"
"Karena kamu, Mas. Pokoknya aku bahagia memiliki kamu," ucap Chika.
Devan terdiam, "Bahagia darimana? Jelas-jelas saya tak pernah mencintainya. Kenapa dia bisa bilang kalau dia bahagia sama saya? Ah, cewek aneh memang!" gumamnya.*
Hari sudah malam, mereka segera kembali ke hotel untuk beristirahat. Chika sudah membersihkan badannya dan melihat Devan masih sibuk dengan HP-nya."Mas, makasih yaa untuk waktunya hari ini?"
"Ya!" jawabnya ketus.
Chika langsung naik ke atas tempat tidurnya. Tak lama kemudian, Devan pun tidur di samping Chika.
"Hmmm, kamu kalau mau tidur harus nunggu aku tidur dulu. Aku mau peyuk ahhh," kata Chika memeluk tubuh Devan.
Devan pun merasa kalau dia sedang dipeluk oleh Chika, berkali-kali Devan melepaskan pelukannya. Tapi, Chika memeluknya erat sekali. Devan pun diam tak berkutik."Hmmm, gapapalah yaa, kan meluk suami sendiri," batin Chika sambil pura-pura tidur.
Mereka pun tertidur lelap hingga pagi hari.
*****HAPPY_READING*****"Ommmaaaa," teriak Chika ketika memasuki rumahnya.Oma Tri terlihat bahagia melihat kepulangan Devan dan Chika, "Gimana liburannya? Pasti menyenangkan 'kan?" tanya Oma."Iya, menyenangkan sekali, Oma," kata Chika tersenyum lebar.Devan masih terlihat lesu, "Oma, aku istirahat dulu yaa?" kata Devan."Iya, kamu istirahat aja Mas, pasti kecapean juga," ucap Chika.Chika menceritakan semua kebahagiannya kepada Oma, tapi dia menutupi perasaannya yang hancur karena kehadiran Clara disana. Chika tak berani menceritakannya, apalagi dia sudah diancam oleh Devan, suaminya itu. Chika hanya bercerita yang manis-manis saja."Beneran? Devan udah berubah?" tanya Oma dengan sangat girang."Iya, Oma. Do'akan saja semoga hubungan kita akan membaik," kata Chika."Iya, Oma juga gak sabar pengen mempunyai buyut, anak dari Devan dan kam
*****HAPPY_READING*****Malam pun telah tiba, Chika sudah bersiap untuk acara dinner nanti malam bersama Devan. Dia sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh Anita dan Hito yang sudah meluangkan waktunya."Makasih yaa kalian udah bantuin aku," ucap Chika."Sama-sama, Chik," balas Anita."Pokoknya kalau lo butuh bantuan, gue akan selalu ada buat lo, Chik," kata Hito mengangkat alisnya.Chika sudah memakai dress selutut dengan rambut terurai indah. Dia memoleskan sedikit make-up untuk membuat wajahnya semakin cantik dan manis."O yaa, Pak Devan jam berapa pulang?" tanya Anita."Biasanya jam 20.00 udah pulang," jawab Chika."Duuhh, gimana yaa Chik? Sebelumnya gue minta maaf, gue harus pulang cepet soalnya ada acara pengajian nih," ucap Anita.Chika tersenyum, "Udah, gapapa kok, keluarga itu lebih penting, Nit. Kamu pulang gih, dianter aja sama Hito,
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika sudah rapi untuk pergi ke Resto. Dia sengaja memakai dress dan juga higheels, agar Devan bisa meliriknya walau sedikit. Selama ini, Chika begitu polos dan selalu diam. Tapi, untuk kali ini, dia akan belajar untuk memperbaiki diri agar menarik perhatian suaminya itu. Dia tak ingin Clara selalu menang dan menang."Bik, Mas Devan mana?" tanya Chika melihat sekelilingnya."Emmm...Pak Devan gak pulang, Non," jawab Bik Jumi menunduk.Chika langsung duduk dan menikmati roti hangat yang sudah disiapkan oleh Bik Jumi. Dia mengoleskan sedikit selai strawberry untuk menambah selera makannya. Chika tak ingin terlalu larut dalam kesedihan itu. Dia harus membuat Devan mempercayainya."Aku harus yakinin Mas Devan, kalau aku gak pernah ngunciin Clara," ucap Chika pelan.Selesai sarapan, Chika langsung mengambil tasnya di kamar, d
*****HAPPY_READING*****Hari pun sudah pagi, Devan terbangun dan menyadari kalau dia tengah memeluk seseorang."AAAAAA," teriak Devan.Chika terbangun akibat teriakan Devan yang sangat dekat dengan area telinganya itu."Kenapa, Mas? Pagi-pagi kok udah teriak aja?" tanya Chika mengucek matanya."Kamu ngapain tidur disini?""Kan semalem Mas yang narik tangan aku," ucap Chika dengan santai."Halah! Gak mungkin! Itu pasti kamu godain saya 'kan?" bentak Devan."Mas, aku 'kan istri kamu, aku bisa godain kamu sepuas hati aku. Kalau aku godain pria lain, baru deh kamu marah," kata Chika menatap mata Devan.Devan langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi, karena dia harus menemani Indah jalan-jalan.Sementara, Chika masih tersenyum-senyum karena Devan memeluknya semalaman. Walau dalam keadaan tak sadar, Chika bahagia sekali.
*****HAPPY_READING*****Chika terus menatap mata Devan yang sedang fokus menyetir. Dia memandang wajah tampannya."Kenapa?" tanya Devan."Gapapa, Mas. Kamu tampan," jawab Chika semakin dekat dengan wajah Devan."Apa sih!" bentak Devan."Mas, jangan marah-marah deh, nanti tampannya ilang lho," ucap Chika sambil tersenyum.Devan diam tak menggubris perkataan Chika, dia sedikit salah tingkah dengan ucapan Chika."O ya, Mas, nanti aku mau belanja dulu. Turunin aja di supermarket," kata Chika."Syukurlah!""Nanti jemput aku lagi yaa?" rengek Chika."Nanti saya hubungi Mang Ujang," kata Devan."Gak mau," kata Chika memegang tangan Devan.Devan melepaskan tangan Chika, "Jangan gini, saya lagi nyetir.""Kalau lagi gak nyetir, berarti boleh dong pegang tangan Mas," kata Chika."Gak juga," kata Devan.Devan berhenti di depan Supermarket, Chika pun turun."Dadaaahhh, su
*****HAPPY_READING*****Tiga hari kemudian, Chika sudah mulai kembali tersenyum seperti biasanya. Kini, Chika tak mau posesif dengan Devan. Chika hanya ingin menjalani hidupnya secara lurus."Aku tau, cinta memang gak bisa dipaksakan. Mulai hari ini, aku gak akan memaksa Mas Devan untuk mencintai aku. Tapi, kewajibanku sebagai istri akan tetap ku jalankan. Kalau memang kita bejodoh selamanya, mungkin akan ada jalannya untuk Mas Devan bisa mencintai aku dengan caranya sendiri," batin Chika.Bik Jumi sedang menyiram tanaman di luar."Bik, aku keluar dulu yaa?" kata Chika sambil tersenyum."Iya, Non."Bik Jumi tampak senang karena melihat Chika sudah ceria lagi. Dua hari ke belakang, Chika memang sangat memikirkan rumah tangganya. Itu sangat menguras emosi dan fikiran. Kini, Chika akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan."Oh yaa, kalau Mas Devan udah bangun, tolong bilangin, kalau makanan udah siap di meja makan," pesa
*****HAPPY_READING*****Hari ini adalah hari weekend. Indah sudah berada di rumah Devan. Tentunya, Indah mengajak mereka untuk berjalan-jalan ke Pantai sesuai janji Devan kepadanya."Indah, kamu udah siap?" tanya Chika yang sudah berpakaian rapi dengan rambut diikat ke belakang."Udah, Kak. Nih, aku udah bawa peralatan renang nanti disana," jawab Indah mengacungkan beberapa barang yang sudah ada di dalam tasnya.Tak berapa lama, Devan juga keluar dengan pakaian rapi dan menenteng sebuah tas yang berisikan baju ganti dan peralatan lainnya."Let's gooo!" ajak Indah mengacungkan ke lima jarinya.Mereka masuk ke dalam mobil, "Kak Chika di depan aja," kata Indah."Aku mau nemenin kamu, Ndah," ucap Chika.Indah langsung menutup dan mengunci pintu belakang, "Kak Chika di depan yaa? Aku mau rebahan," teriak Indah langsung merebahkan badannya di jok belakang.Akhirnya, Chika menuruti permintaan Indah untuk duduk di
*****HAPPY_READING*****Kini, mereka akan bergegas pulang, karena hari sudah semakin sore."Kak, gimana kalau kita makan di Resto Ayam Bakar yang di Jl.Permai?" tanya Indah."Kamu lapar?""Iya, Kak," jawab Indah memegang perutnya yang sudah berbunyi meminta makanan."Ya udah ayo," ajak Devan.Tiba-tiba, Chika diam mematung, "Auuuwww," rintihnya."Kak Chika kenapa?" tanya Indah."Gak tau, kepalaku masih pusing.""Ya ampun," ucap Indah khawatir, "Kak, tolong gendong Kak Chika," perintahnya."A--a--pa?""Gendong lagi, ayo Kak," desak Indah.Devan langsung memangku Chika menuju ke arah mobil mereka. Indah mengikuti mereka dari belakang."Kayaknya aku ada ide," ucap Indah mengeluarkan ponselnya.Diam-diam, Indah mengabadikan moment itu dengan cara merekamnya lewat HP."Aaa, so sweet," gumam Indah."Kenapa, Ndah?" tanya Devan masih berjalan ke depan.
*****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik
*****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,
*****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap
*****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya."Kak, sarapan dulu," ucap Indah."Nanti aja.""Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong.""Gapapa Ndah," ucap Devan."Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika."Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan."Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja.""Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.'Akhirnya, Kak Devan sudah menc
*****HAPPY_READING*****Devan langsung berjalan perlahan menghampiri perempuan itu. Dia langsung berhenti."Ternyata bukan," ujarnya menghela nafas.Devan langsung duduk di sebuah bangku, dia memikirkan Chika lagi. Devan sangat terpukul karena dia baru menyadari semua kesalahannya."Harusnya aku sadar dan percaya sama Chika, dia baik, dia cantik dan kini dia sangat berarti buat hidup aku," ucap Devan pelan.Devan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dari awal pernikahannya. Dia sangat menyesali telah menyakiti perasaan Chika selama setahun lebih pernikahannya."Aku harus cari dia sampai ketemu!" ucap Devan beranjak pergi.***°POV Clara°Setelah semua kejadian itu, aku masih tidak percaya, ternyata Rendy adalah sahabat Devan, pacarku sendiri. Andaikan dari awal aku tau, mungkin aku lebih baik putusin Devan. Tapi, sekarang dua-duanya menjauh dari aku, aku harus bagaimana lagi? Hari ini, aku tida
*****HAPPY_READING*****°POV Devan°Pagi ini, aku sangat tidak bersemangat sekali. Kejadian semalam, membuat aku berfikir keras dan aku masih tidak percaya kalau Clara tega mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Rendy tidak salah, dia juga berhak mendapatkan wanita lain. Tapi, kenapa harus dengan Clara? Entahlah, isi otakku sekarang seakan-akan mau meledak.Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Tapi, aku seperti kehilangan sesuatu. Ya! Aku tidak melihat Chika disana, biasanya dia sudah duduk di kursi sebelah. Kemana dia? Apa dia masih tidur?Aku mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai rasa cokelat ke atasnya."Biasanya Chika yang selalu membuatkan aku roti bakar, mungkin dia masih tidur karena kecapean," gumamku sambil menikmati roti itu.Tak lama, Bik Jumi sudah berada di depanku membawakan segelas susu."Silahk
*****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j