*****HAPPY_READING*****
Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.
Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya.
"Kak, sarapan dulu," ucap Indah.
"Nanti aja."
"Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong."
"Gapapa Ndah," ucap Devan.
"Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.
Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika.
"Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan.
"Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja."
"Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.
'Akhirnya, Kak Devan sudah menc
*****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.
*****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap
*****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik
*****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan
Deg ... deg ... deg ...Semuanya terdiam tanpa suara. Mereka menunggu pengumuman yang akan diumumkan oleh wali kelasnya. Tentunya, jantung mereka pun berdebar-debar tak karuan untuk mendengarkan hasilnya."Aku pasti lulus," ucap seorang wanita berambut lurus itu.Wanita itu bernama Chika Aglia Lestari. Dia memiliki paras yang sangat cantik, otaknya cerdas dan memiliki hati yang lembut bak bidadari. Tak heran, jika lelaki terpana melihat keanggunan wanita itu."Ibu akan mengumumkan hasilnya sekarang. Kalian sudah siap?" tanya Bu Susi memandangi wajah-wajah anak muridnya."Sudah, Bu," jawab para murid kelas XII serentak."Baiklah. Alhamdulillah, untuk semua murid yang ada di kelas ini, kalian semua lulus," ucap Bu Susi membuat heboh satu kelas."Horeeee," mereka bersorak gembira."Alhamdulillah, lulus juga. Mami sama Papi pasti akan bangga mendengarnya," ucap Chika mengucapkan syukur berkali-kali.Suasana di
*****HAPPY_READING*****Satu minggu kemudian, Chika sudah terbiasa tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Tapi, bukan berarti dia melupakan orang yang paling berarti dalam hidupnya itu. Chika selalu mendo'akan kedua orang tuanya.Tok...Tok...Tok...Chika segera berjalan dan membukakan pintu.Terlihat 3 orang pria sudah berdiri di depan rumahnya. Chika terlihat heran dengan kedatangan orang yang sama sekali tidak dikenalnya."Maaf, ada keperluan apa yaa?" tanya Chika dengan lembut."Saya akan menyita rumah ini! Karena, Bapak Beny tidak mampu membayar utangnya, sudah 3 bulan menunggak. Pak Beny sudah berjanji akan membayar hutang hari ini, tapi sama sekali tidak ada!" kata Pria yang satunya dengan nada keras."A...a...apa? Bapak mau sita rumah ini? Jangan, Pak! Saya mohon," pinta Chika lalu meneteskan air matanya."Tapi, maaf rumah ini akan dis
*****HAPPY_READING*****"Chik, lo tolong bawa kopi ini buat Pak Devan, gue kebelet," kata Hito."Oke."Chika membawa secangkir kopi di atas nampannya. Lalu dia berjalan ke ruangan Devan."Permisi, saya mau anterin kopi ini, Pak," ucap Chika sangat sopan sekali.Devan melihat ke arah Chika, lalu menatap layar laptopnya lagi."Terus? Kamu ngapain masih disini?""Maaf, Pak."Chika bergegas keluar setelah diusir dengan cara yang halus oleh Devan. Dia langsung menemui para pelanggan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.Tap...Tap...Tap...Langkahnya berbunyi karena dia memakai heels yang lumayan tinggi. Dia wanita berambut curly, tinggi dan putih. Langkahnya begitu elegant ketika dia berjalan. Tampak, karyawan lain langsung berdiri, ada yang menyapu, membersihkan meja dan lain-lain.Ya! Perempuan it
*****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik
*****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,
*****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap
*****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya."Kak, sarapan dulu," ucap Indah."Nanti aja.""Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong.""Gapapa Ndah," ucap Devan."Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika."Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan."Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja.""Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.'Akhirnya, Kak Devan sudah menc
*****HAPPY_READING*****Devan langsung berjalan perlahan menghampiri perempuan itu. Dia langsung berhenti."Ternyata bukan," ujarnya menghela nafas.Devan langsung duduk di sebuah bangku, dia memikirkan Chika lagi. Devan sangat terpukul karena dia baru menyadari semua kesalahannya."Harusnya aku sadar dan percaya sama Chika, dia baik, dia cantik dan kini dia sangat berarti buat hidup aku," ucap Devan pelan.Devan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dari awal pernikahannya. Dia sangat menyesali telah menyakiti perasaan Chika selama setahun lebih pernikahannya."Aku harus cari dia sampai ketemu!" ucap Devan beranjak pergi.***°POV Clara°Setelah semua kejadian itu, aku masih tidak percaya, ternyata Rendy adalah sahabat Devan, pacarku sendiri. Andaikan dari awal aku tau, mungkin aku lebih baik putusin Devan. Tapi, sekarang dua-duanya menjauh dari aku, aku harus bagaimana lagi? Hari ini, aku tida
*****HAPPY_READING*****°POV Devan°Pagi ini, aku sangat tidak bersemangat sekali. Kejadian semalam, membuat aku berfikir keras dan aku masih tidak percaya kalau Clara tega mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Rendy tidak salah, dia juga berhak mendapatkan wanita lain. Tapi, kenapa harus dengan Clara? Entahlah, isi otakku sekarang seakan-akan mau meledak.Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Tapi, aku seperti kehilangan sesuatu. Ya! Aku tidak melihat Chika disana, biasanya dia sudah duduk di kursi sebelah. Kemana dia? Apa dia masih tidur?Aku mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai rasa cokelat ke atasnya."Biasanya Chika yang selalu membuatkan aku roti bakar, mungkin dia masih tidur karena kecapean," gumamku sambil menikmati roti itu.Tak lama, Bik Jumi sudah berada di depanku membawakan segelas susu."Silahk
*****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j