"Chik, lo tolong bawa kopi ini buat Pak Devan, gue kebelet," kata Hito.
"Oke."
Chika membawa secangkir kopi di atas nampannya. Lalu dia berjalan ke ruangan Devan.
"Permisi, saya mau anterin kopi ini, Pak," ucap Chika sangat sopan sekali.Devan melihat ke arah Chika, lalu menatap layar laptopnya lagi."Terus? Kamu ngapain masih disini?""Maaf, Pak."
Chika bergegas keluar setelah diusir dengan cara yang halus oleh Devan. Dia langsung menemui para pelanggan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Tap...Tap...Tap...Langkahnya berbunyi karena dia memakai heels yang lumayan tinggi. Dia wanita berambut curly, tinggi dan putih. Langkahnya begitu elegant ketika dia berjalan. Tampak, karyawan lain langsung berdiri, ada yang menyapu, membersihkan meja dan lain-lain.
Ya! Perempuan itu adalah Chika Olasandra, pacarnya Devan.Terlihat, Chika masuk ke dalam ruangan Devan untuk mengajak Devan jalan-jalan.
"Sayang, are you ok?" tanya Clara mengelus pipi Devan."Yes! I'm ok! Baby, I miss you so much," ucap Devan memeluk tubuh kekasihnya itu.
Devan sangat mencintai Clara, mereka berhubungan sudah berjalan 2 bulan ini. Devan dan Clara bertemu di suatu tempat, dimana Clara sedang bekerja. Clara adalah model terkenal di Jakarta pada saat itu.
"Aku mau beli tas ini," kata Clara memperlihatkan foto tas.
"Okey! Kamu beli sayang, aku transfer kamu 20 juta," ucap Devan dengan begitu mudahnya membuang uang hanya untuk keperluan yang sangat tidak penting."Thank you, sayang. I love youu," kata Clara memeluk Devan.
Mereka langsung pergi keluar untuk berjalan-jalan. Sudah 1 minggu mereka tidak bertemu, karena Clara sibuk menjadi foto model di luar negeri.
*
Jam sudah menunjukkan jam 15.00, itu artinya pekerjaan Chika di hari pertamanya sudah selesai. Chika langsung ke belakang dan mengambil tasnya untuk segera pulang.
"Ayo," ajak Anita.Mereka berpamitan dan memberi semangat kepada Hito yang bekerja sampai malam hari."Hati-hati yaaa? Terutama lo, Chika," kata Hito dengan genit.
"Okey, To!" sahut Anita sinis.Anita dan Chika langsung berjalan keluar dari Resto. Mereka membiasakan untuk berjalan kaki pada saat pergi dan pulang bekerja. Karena, lumayan juga untuk mengirit ongkos."Chika, kamu mau makan di rumahku?" tawar Anita."Makasih, Nit. Tapi, aku bisa kok nanti masak sendiri. Malah aku berharap kamu mau makan di rumahku, uppsss maksudnya kontrakanku," kata Chika nyengir.Chika masih lupa kalau dia kini sudah tak mempunyai apa-apalagi. Semua hartanya sudah habis untuk membayar utang. Walau bagaimana pun, Chika harus ikhlas melepas semuanya. Chika tidak mau terlalu lama di dalam keterpurukan itu, dia akan membangun masa depan yang cerah dan bahagia.
Mereka sudah sampai di pertigaan jalan ke rumah Anita dan kontrakkan Chika."Byeee," kata Chika."Byeee, besok aku samper lagi," kata Anita.
"Kita janjian disini aja, Nit. Biar gak kejauhan," ucap Chika.
"Oke, nanti aku chat kamu yaaa."
"Siap."
Mereka pun berjalan ke rumah masing-masing. Di perjalanan, Chika mampir ke warung untuk membeli telur. Chika berusaha menghemat uangnya sampai bertemu dengan gajian pertamanya.
"Terima kasih, Bu.""Sama-sama."Chika langsung membuka pintunya, dia masuk. Lalu, dia ke kamar mandi untuk membersihkan semua keringat yang mengucur di badannya. Selesai mandi, Chika langsung masak telur dadar dan masak nasi. Kebetulan di kontrakkan itu sudah ada fasilitas kompor, wajan, dan magic com. Jadi, Chika tak perlu membeli lagi peralatan dapur itu.
****Selesai mengantarkan Clara, Devan langsung pergi ke rumah. Dia sudah mempercayakan Managernya untuk mengelola Restonya sampai tutup nanti. Devan semaunya saja datang dan pergi ke Restonya.
"Devan!"
Devan menoleh, lalu dia duduk di sofa ruang TV."Kamu ngeluarin uang lagi untuk perempuan itu?" tanya seorang wanita paruh baya.
"Apa sih Oma? Baru dateng udah diwawancara aja," kata.
"Devan, Oma sayang sama kamu. Tapi, untuk apa kamu ngeluarin uang sebanyak itu?" tanya Oma dengan nada emosi.
"Oma, Clara itu pacar aku, aku sayang sama dia. Aku akan kasih semuanya buat dia selama aku mampu.""Devan, apa kamu gak pernah berfikir kalau nanti Clara akan ninggalin kamu? Apa Clara akan mengembalikan semuanya?" tanya Oma."Tapi, Clara gak akan pernah meninggalkan aku selamanya, Oma. Aku akan bersama Clara sampai mati," ucap Devan.
"Tapi, kamu memberinya sewajarnya saja, ini kamu sering mengeluarkan uang puluhan juta hanya demi dia," kata Oma."Udahlah, Oma. Aku mau mandi dulu," Devan berlalu meninggalkan Omanya.
Oma Tri, itu sebutan untuk Oma Devan dari Mamanya. Oma Tri sangat tidak suka dengan kelakuan cucunya yang berlebihan kepada kekasihnya itu. Oma selalu tau kalau Devan selalu memakai uang Resto, karena Restonya masih atas nama Omanya dan semua laporan akan terlapor jua kepada Oma-nya."Oma harus segera menyadarkan kamu, Devan. Clara itu bukan wanita yang baik! Baru pacaran sudah minta yang aneh-aneh, apalagi kalau nikah! Mungkin, kamu akan dimanfaatkan, lalu ditinggalkan!" ucap Oma dengan kesal.****Di malam hari, Chika melihat ke atap langit. Dia teringat lagi kenangan bersama kedua orang tuanya. Chika tak bisa memungkiri, kalau dia masih tak terima atas kepergian orang yang paling berarti dalam hidupnya.
Sejak kecil, Chika selalu dimanja oleh keduanya. Chika sangat hidup enak dan bisa dibilang sangat beruntung."Mi, Pi, kalian sedang apa disini? Kalian pasti liat Chika 'kan? Chika sekarang sendiri dan benar-benar sendiri tanpa siapa pun di samping Chika. Chika rindu dengan kalian, Chika gak mau harta kalian, Chika cuman mau Mami sama Papi ada disini untuk Chika," tuturnya meneteskan air mata yang entah berapa kali menetes lagi.
Untuk mencurahkan rasa rindunya, Chika membuka HP dan melihat video-video lama tentang kebersamaannya dengan orang tuanya. Di video itu, tampak sekali Chika dan orang tuanya sangat bahagia. Karena, pertama kali Chika ulang tahun dirayakan oleh orang tuanya.
"Ini semua gak akan bisa keulang lagi," kata Chika dalam hati.
Chika melihat semua kenangan foto dan video itu, sampai dia terlelap.________Pagi itu, Chika sudah rapi dan siap berangkat kerja. Lalu, dia menelpon Anita kalau dia sudah siap dan mau berjalan ke pertigaan untuk bertemu dengan Anita. Chika mengunci pintu dan dia langsung melangkahkan kakinya. Mereka pun bertemu dan langsung berangkat ke Resto.
"Chika, wajah kamu kenapa lesu? Pasti kamu kecapean 'kan kerjanya?" tanya Anita khawatir.
"Enggak kok, aku gapapa. Aku cuman rindu sama Mami Papi aku," kata Chika.
"Oh, kamu yang sabar yaaa? Aku akan temenin kamu disaat senang dan susah."
Chika tersenyum. Mereka langsung masuk ke dalam Resto dan bersiap-siap untuk membuka Resto.Clara sudah berada di dalam Resto, menunggu Devan.
"Pagi, Bu," sapa Chika dan Anita.
Clara cuek tak menjawab."Hey! Lo, sini!" ucap Clara menunjuk ke arah Chika.Chika berjalan dan menghampiri Clara.
"Iya, ada apa Bu?""Gue baru liat lo, apa lo baru disini?" tanya Clara dengan tatapan sinis.
"Iya, Bu saya baru disini."
Clara melihat penampilan Chika dari atas sampai bawah. Clara memang selalu sinis kepada siapa pun, termasuk orang baru."Kerja yang bener!" kata Clara lalu pergi meninggalkan Chika.Chika mengelus dada. Dalam hatinya, "Pantas saja disebut nenek lampir, ternyata gitu amat kelakuannya."
Anita mengajak Chika ke belakang untuk berganti pakaian, Anita takut Clara masih memperhatikan Chika yang masih duduk di meja depan.Tak lama kemudian, Devan datang disambut oleh Clara."Good morning, sayang!" kata Clara dengan suara manjanya."Hey, kamu udah disini sayang?"
"Tentu! Aku juga memperhatikan Resto ini, aku gak mau karyawan malas-malasan, apalagi sampai makan gaji buta!" ucapnya menyindir karyawan di Resto itu.Mereka masuk ke dalam ruangan Devan.
"Ih, kok Pak Devan mau yaa punya pacar kayak gitu?" tanya Chika."Hmmm, gak tau juga. Padahal, banyak lho yang mau sama Pak Devan," kata Anita.
Chika disuruh mengantarkan teh hangat dan kopi ke dalam ruangan Devan. Padahal, Chika berharap bukan dia yang mengantarkan karena malas bertemu dengan Clara.
"Permisi," ucap Chika masuk ke dalam ruangan Devan.
Clara memandangi Chika dengan tatapan sinis dan mata tajam menyorotinya.
"Pak, Bu, ini kopi dan teh hangatnya," kata Chika menyimpan minuman di atas mejanya."Oke," kata Devan cuek.
"Ahhh! Apa-apaan ini!" ucap Clara menyemburkan teh hangatnya.
"Ma...maaf Bu, ke...kena...pa?" tanya Chika gugup.
"Rasanya sangat manis sekali! Kamu bisa kerja gak sih?! Hah?!" teriak Clara mendekati Chika."Bu...bukan saya yang membuatnya," kata Chika.
"Cepat ganti!" perintah Clara dengan nada tinggi.
Chika segera lari ke luar untuk membuat teh hangatnya lagi. Chika sangat sakit hati dibentak seperti itu, dari kecil dia tak pernah mendapatkan ucapan sekeras dan sekasar tadi.
"Aku harus kuat! Demi masa depanku," ucap Chika dalam hati.
Anita langsung nyamperin Chika. Dia membantu membuatkan Chika teh hangat yang sesuai dengan selera Clara."Udah, Chik. Biar aku yang anterin ini," kata Anita.
"Tapi..."
"Chika, udah kamu layanin pelanggan aja. Kamu gak akan dimarahin kok, aku akan ada buat kamu, Chik," kata Anita lalu pergi ke ruangan Devan.
Chika langsung menuju ke meja pelanggan untuk menawarkan menu, dia tak mau terlihat sedang santai oleh Clara. Dia tak mau kena semprot lagi.Di dalam ruangan, Clara menemani Devan.
"Sayang, siang ini aku ada pemotretan. Kamu mau 'kan temenin aku?" tanya Clara."Boleh, sayang. Aku pasti akan selalu ada buat kamu, Baby," ucap Devan tersenyum.
"Sayang, kemarin temen aku baru aja beli dress yang baguuuus bangeeeettt. Aku mauuuuu," kata Clara mendekati Devan.
"Dress apa sayang? Bukannya dress kamu masih baru yaa?" tanya Devan pelan.
"Tapi, aku mau lagi. Aku ingin selalu tampil cantik di hadapan kamu sayang. Kamu mau 'kan? Cuman 25juta doang harganya kok," pinta Clara dengan wajah memelas.Devan sempat berfikir ucapan Oma-nya di rumah. Tapi, di sisi lain Devan tak ingin kehilangan Clara.
"Sayang, gimana?" tanya Clara tegas."Iya, boleh sayang. Nanti siang kita sekalian ke Mall, beli dress yang kamu mau," kata Devan langsung meng-iyakan permintaan pujaan hatinya itu.Devan bukan hanya menjadi pemilik Resto, tapi dia mempunyai beberapa bisnis online yang sangat berkembang. Tak heran, jika uangnya tak akan pernah habis sampai 7 turunan, istilahnya. Devan memiliki peternakan sapi di desa. Dia selalu berkunjung sebulan sekali untuk melihatnya di daerah Jawa.****Pada saat jam istirahat, Chika sengaja pergi untuk menengok makam kedua orang tuanya. Dia sudah rindu dan ingin bertemu dengan mereka. "Mi, Pi, aku kangeeennn," ucap Chika memeluka makam kedua orang tuanya yang bergandengan.Air mata Chika kembali mengalir di pipinya. Chika mencurahkan semua isi hatinya disana.
"Mi, Pi, lihat! Sekarang Chika udah beranjak dewasa, Chika bisa nyari uang sendiri. Mami sama Papi pasti bangga. Maaf, Chika gak bisa kuliah, Mi, Pi. Karena, harta kalian sudah habis, Chika gak bisa jaga semuanya. Maafin Chika," katanya sambil menangis tersedu-sedu.
"Hapus air mata kamu," ucap seseorang menyodorkan sehelai tissue.Chika mendongak."Chika, jangan nangis," ucap Anita."Nita? Darimana kamu tau kalau aku disini?""Aku sengaja ikutin kamu. Aku gak mau kamu sedih terus. Pasti Mami sama Papi kamu bangga disana melihat kamu bisa mandiri seperti sekarang. Sekarang, kamu lihat ke depan. Masa depan kamu masih panjang dan kamu harus bersemangat untuk meraih cita-cita kamu," kata Anita.
Chika berdiri dan langsung memeluk Anita. Kini, dia hanya mempunyai Anita yang sangat baik dan perhatian kepadanya. Chika sudah menganggap Anita seperti keluarganya, dia sangat terbuka kepada Anita, selalu bercerita dalam hal apapun. Chika mengucapkan terima kasih berkali-kali, karena Anita selalu ada disaat dia sedang senang maupun susah.
"Ayo, mending sekarang kita ke Resto lagi, jam istirahat udah abis. Nanti takut ada nenek lampir marah lagi," kata Anita."Hmmm, ayo," sahut Chika.
Mereka pun kembali ke Resto untuk menyelesaikan pekerjaannya.
*
Selesai pemotrtan, Clara langsung mengajak Devan ke Mall. Dia ingin membeli dress yang baru saja launching. Clara memang terkenal sangat mewah dalam fashion. Tentu saja, seorang model harus selalu terlihat cantik di depan maupun di belakang kamera.Sesampainya di Mall, mereka turun dan langsung memilah-milih dress yang dia cari.
"Ini dia, sayang. Pasti cantik 'kan kalau aku yang pake?" tanya Clara."Hmm, tentu sayang. Kamu terlihat anggun dan lebih cantik," kata Devan memujinya.
Tanpa basa-basi, Devan langsung membayar harga dress itu dengan kartu kreditnya."Terima kasih sayang, I love youuuu so much," ucap Clara mencium pipi Devan.
"Sama-sama sayang," kata Devan bahagia.
****
Di resto, semuanya heboh karena kedatangan Oma Tri yang sangat baik sekali. Oma Tri memang ramah sekali, beda sekali dengan Clara dan Devan. Oma Tri selalu menanyakan keadaan Resto. Tapi, semuanya tak pernah ada yang memberi tahu kalau Clara selalu membentak karyawan disana, tak ada yang berani mengadukannya.
"Hay, Oma," sapa Anita.
"Hay, Nita. Gimana keadaan kamu?" tanya Oma Tri terlihat begitu akrab dengan Anita."Alhamdulillah sehat, Oma sendiri apa kabarnya?" tanya Anita.
"Oma baik juga. Oh yaa? Ini siapa? Kok Oma baru liat?" tanya Oma memperhatikan Chika yang berdiri di samping Anita.
"Ohh iya, ini namanya Chika. Dia temen aku, Oma. Baru masuk kemarin," ucap Anita memperkenalkan Chika.
"Hay, Oma, aku Chika. Senang bertemu dengan Oma," kata Chika dengan ramah.
Tak lama kemudian, terlihat Devan dan Clara memasuki Resto. Mereka kaget dengan kehadiran Oma Tri yang sudah ada di dalam Resto. Oma menatap tajam ke arah mereka.
"Oma? Kok gak ngasih tau aku dulu kalau mau kesini?" tanya Devan mendekati Oma."Ngapain ngasih tau kamu? Ini kan milik Oma, Oma bisa kapan saja kesini," kata Oma Tri melirik sinis ke arah Clara.
"Hey, Oma. Apa kabar? Lama kita tidak bertemu yaaa, Oma? Oma semakin awet muda deh," ucap Clara berusaha mengambil hati Omanya Devan.
"Saya baik kok."
Clara pun terlihat sangat ramah sekali di depan Oma Tri. Semua karyawan hanya diam melihat drama Clara yang so baik kepada Oma.
"Ayo, Oma ke ruangan aja," ajak Devan.Mereka bertiga langsung masuk ke dalam ruangan Devan. Disana, Oma memeriksa semua pengeluaran dan pemasukan Resto."Berubah jadi malaikat deh," kata Hito."Kayak gak tau aja, dia dramanya sangat bagus," kata Anita.
"Tapi, gue yakin Oma Tri gak suka sama Clara. Lo liat kan tadi Oma biasa aja sama Clara?"
"Iya sih, tapi Clara pasti akan terus mendekati Oma agar bisa menerima dia," kata Anita.
"Hey, udah lah gosipnya. Ayo kita kerja lagi," kata Chika.
"Siap, Chika. Lo mau gue bantuin?" ucap Hito.
"Hehe, gak usah Hito, aku bisa kok sekarang," kata Chika.
"Ya elaaaah, kalau lo butuh bantuan. Tenang aja ada Anita yang siap membantu! Ya kan Nit?" tanya Hito terkekeh.
"Lah, kirain kamu To yang bakal bantuin Chika!" ucap Anita memutar kedua bola matanya.
"Hahaha, becanda. Chika, kalau lo butuh apa-apa, gue siap ada buat lo," ucap Hito menaikkan alisnya.
Chika tersenyum tipis, lalu dia pergi ke depan untuk melayani para pelanggan yang sudah banyak sekali.*"Devan, aku pulang yaa? Soalnya aku capek banget," kata Clara.
"Iya, tapi aku gak bisa anter kamu," kata Devan.
"Gapapa kok. Oh yaa, Oma aku pulang dulu yaa? See you next time, Oma," kata Clara tersenyum.
Oma hanya tersenyum tipis. Clara pun kesal karena diacuhkan oleh Oma. Tapi, Clara langsung pergi keluar."Devan? Oma tau, kamu baru aja mengeluarkan uang senilai 25juta kan? Untuk apa Devan?" tanya Oma."Oma, itu kan uang Devan. Jadi, terserah aku lah, Oma mau dipake apa," jawab Devan."Oma tau, pasti dia kan yang udah pake uang kamu?"
"Oma, aku akan nikah sama dia. Jadi, aku mau bahagiain Clara," kata Devan.
"Tapi, Oma tidak setuju kamu sama dia! Jangan hanya karena cantik, kamu jadi buta, Devan!" tegas Oma.Devan terdiam.
"Apa kamu mau ikut Mama kamu ke Luar Negeri? Hidup bersama keluarga barunya disana?" tanya Oma.
"Jangan, Oma. Aku gak mau kesana, aku ingin sama Oma," kata Devan."Kamu bisa 'kan menolak permintaan aneh dari dia lagi? Oma tidak mau kamu hancur, kamu cucu satu-satunya yang Oma punya," kata Oma memeluk Devan.
"Iya, Oma," kata Devan.Dari kecil, Devan ikut Omanya. Dia tak mau tinggal bersama Mamanya yang udah menikah lagi dengan orang Amerika. Devan memutuskan tetap di Indo bersama Oma. Papanya sudah meninggalkan mereka dari kecil. Bisa dibilang, Devan tak pernah mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Dari umur 5 tahun, dia hanya bersama Oma Tri yang selalu memberikan yang terbaik untuk Devan. Tapi, Devan masih berhubungan baik dengan Mamanya. Tapi, tidak dengan Papanya.
Kini, Devan bingung karena Oma-nya tidak suka dengan sikap Clara."Hmmm, aku harus yakinin Oma kalau Clara itu baik," kata Devan dalam hati.Bersambung....
*****HAPPY_READING*****Sebulan berlalu, Chika sudah betah di tempat kerjanya. Bahkan, dia sudah tau apa yang harus dikerjakannya. Walau beberapa omongan Clara yang menyakiti hatinya, tapi Chika selalu tak memasukkan kata-kata Clara ke dalam hatinya. Dia masih ingin bekerja di Resto untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sedikit demi sedikit, Chika mulai menabung untuk membeli rumah. Dia ingin sekali membeli rumah yang sederhana untuk tempat tinggalnya. Dibanding ngontrak, Chika sangat ingin mempunyai rumah miliknya sendiri."Chik, ngelamun aja lo, ntar kesambet tau," kata Hito mengagetkannya."Hito, kamu tuh selalu muncul kayak setan tau.""Hahaha,lagian kita sekarang satu shift. Gue minta shift pagi, capek lama-lama kalau kerja sampe larut malam terus. Jadi, gue bisa ketemu sama lo tiap hari," ucap Hito."Yeyyy, tiap hari juga kita ketemu keles. Pas libur aja gak ketemu," ledek Chik
*****HAPPY_READING*****Hari demi hari sudah dilewati oleh pasangan pengantin baru ini. Tapi, semuanya tak seperti yang diharapkan oleh Devan. Dia mengharapkan Clara menjadi istrinya, tapi malah Chika yang kini menjadi istrinya. Devan begitu terpukul atas keputusan Oma-nya. Begitu pun Chika, dia tak tau harus berbuat apa setelah dia menjadi istri Boss-nya sendiri. Setelah 3 hari menginap di hotel, Devan dan Chika langsung pulang ke rumah Oma."Ehm, gimana kalian? Pasti bahagia 'kan?" tanya Oma langsung menyambut kedatangan pengantin baru ini."Iya, Oma," jawab Chika tersenyum.Devan langsung pergi ke dalam kamar untuk menenangkan hatinya."Chika, gimana? Pasti Devan gak suka yaa sama kamu?" tanya Oma."Gapapa, Oma. Pak Devan baik kok," ucap Chika."Syukurlah, kalau Devan baik. Ya udah, kamu istirahat dulu, Oma lagi masak buat kalian," ucap Oma."Baik, Oma."
*****HAPPY_READING*****Chika marah karena Clara berkata seperti itu."Mas, kenapa kamu bawa dia kesini?""Emang kenapa? Dia pacarku, terserah aku. Sementara kamu? Hanya istri di atas kertas!" jawab Devan."Jaga ucapanmu, Mas!" bentak Chika.Devan berjalan beberapa langkah ke arah Chika, "Berani sekali kamu bentak saya!""Mm...maaf, Mas." Chika tertunduk lesu tak bisa meluapkan emosinya lagi."Kamu gak sadar? Kamu itu siapa? Dari kalangan mana?" tanya Devan dengan nada tinggi."Noh, denger! Lo tuh sangaaat jelas berbeda kelas!" timpal Clara.Akhirnya, Chika berlari dari ruangan itu. Dia berlari menemui Anita, sahabatnya."Chika, kenapa?" tanya Anita khawatir.Hito yang sedang membereskan piring pun segera mendekati Chika dan Anita."Chik," kata Anita.Chika menangis, "Hiks...Hiks...Aku gak tahan sama perlakuan mereka," ucap Chika."Kamu yang sabar," kata Anita."Anita, Chika kena
*****HAPPY_READING*****Beberapa bulan kemudian, Chika sudah biasa menghadapi sikap Devan yang sangat dingin dan cuek kepadanya. Bahkan, Chika selalu melakukan berbagai cara untuk mendekati suaminya. Tapi, Devan hanya akan berlaku baik saat ada Oma Tri di rumahnya. Kalau tidak ada, Devan kembali tidur di kamar bawah."Apa selamanya aku gak akan bahagia?" ucap Chika saat melihat suaminya akan pergi ke Restaurant.Devan melirik ke arah Chika, tapi dia tak berbicara apapun."Biasanya dia heboh sendiri, tapi kenapa dia diem aja pagi ini? Ahh sudahlah, lagian gak penting juga!" kata Devan dalam hati lalu dia pergi.Bik Jumi mendekati Chika, "Non, kenapa ngelamun?""Hmm, aku hanya mikirin rumah tangga ini, Bik. Kayaknya Mas Devan gak bisa buka hatinya buat aku. Kita udah jalanin ini 10 bulan lamanya, tapi Mas Devan tetap seperti itu," ucap Chika meneguk minumnya."Non yang sabar. Insya Allah
*****HAPPY_READING*****Chika dan Devan sudah berada di salah satu tempat terindah disana, yaitu di sebuah taman."Mas, bagus yaa pemandangannya," kata Chika sambil menggandeng tangan Devan.Mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak."Emang kamu belum pernah kesini?""Hmmm, pernah. Tapi, itu udah lama banget sekitar 5 tahun yang lalu," jawab Chika.Devan mulai mendengarkan cerita tentang Chika."Andai orang tua aku masih ada, mungkin aku gak akan sia-siakan waktu bersama mereka," kata Chika meneteskan air matanya.Devan yang mendengarkan cerita Chika pun terharu, "Kasihan dia," gumamnya."Tapi, sekarang aku bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik seperti Oma Tri dan kamu, Mas. Walau kamu belum mencintai aku, tapi gapapa, Mas. Aku tau kamu orang baik dan setia," kata Chika menatap kedua bola mata Devan, membuatnya salah tingkah.
*****HAPPY_READING*****"Ommmaaaa," teriak Chika ketika memasuki rumahnya.Oma Tri terlihat bahagia melihat kepulangan Devan dan Chika, "Gimana liburannya? Pasti menyenangkan 'kan?" tanya Oma."Iya, menyenangkan sekali, Oma," kata Chika tersenyum lebar.Devan masih terlihat lesu, "Oma, aku istirahat dulu yaa?" kata Devan."Iya, kamu istirahat aja Mas, pasti kecapean juga," ucap Chika.Chika menceritakan semua kebahagiannya kepada Oma, tapi dia menutupi perasaannya yang hancur karena kehadiran Clara disana. Chika tak berani menceritakannya, apalagi dia sudah diancam oleh Devan, suaminya itu. Chika hanya bercerita yang manis-manis saja."Beneran? Devan udah berubah?" tanya Oma dengan sangat girang."Iya, Oma. Do'akan saja semoga hubungan kita akan membaik," kata Chika."Iya, Oma juga gak sabar pengen mempunyai buyut, anak dari Devan dan kam
*****HAPPY_READING*****Malam pun telah tiba, Chika sudah bersiap untuk acara dinner nanti malam bersama Devan. Dia sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh Anita dan Hito yang sudah meluangkan waktunya."Makasih yaa kalian udah bantuin aku," ucap Chika."Sama-sama, Chik," balas Anita."Pokoknya kalau lo butuh bantuan, gue akan selalu ada buat lo, Chik," kata Hito mengangkat alisnya.Chika sudah memakai dress selutut dengan rambut terurai indah. Dia memoleskan sedikit make-up untuk membuat wajahnya semakin cantik dan manis."O yaa, Pak Devan jam berapa pulang?" tanya Anita."Biasanya jam 20.00 udah pulang," jawab Chika."Duuhh, gimana yaa Chik? Sebelumnya gue minta maaf, gue harus pulang cepet soalnya ada acara pengajian nih," ucap Anita.Chika tersenyum, "Udah, gapapa kok, keluarga itu lebih penting, Nit. Kamu pulang gih, dianter aja sama Hito,
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika sudah rapi untuk pergi ke Resto. Dia sengaja memakai dress dan juga higheels, agar Devan bisa meliriknya walau sedikit. Selama ini, Chika begitu polos dan selalu diam. Tapi, untuk kali ini, dia akan belajar untuk memperbaiki diri agar menarik perhatian suaminya itu. Dia tak ingin Clara selalu menang dan menang."Bik, Mas Devan mana?" tanya Chika melihat sekelilingnya."Emmm...Pak Devan gak pulang, Non," jawab Bik Jumi menunduk.Chika langsung duduk dan menikmati roti hangat yang sudah disiapkan oleh Bik Jumi. Dia mengoleskan sedikit selai strawberry untuk menambah selera makannya. Chika tak ingin terlalu larut dalam kesedihan itu. Dia harus membuat Devan mempercayainya."Aku harus yakinin Mas Devan, kalau aku gak pernah ngunciin Clara," ucap Chika pelan.Selesai sarapan, Chika langsung mengambil tasnya di kamar, d
*****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik
*****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,
*****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap
*****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.
*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya."Kak, sarapan dulu," ucap Indah."Nanti aja.""Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong.""Gapapa Ndah," ucap Devan."Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika."Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan."Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja.""Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.'Akhirnya, Kak Devan sudah menc
*****HAPPY_READING*****Devan langsung berjalan perlahan menghampiri perempuan itu. Dia langsung berhenti."Ternyata bukan," ujarnya menghela nafas.Devan langsung duduk di sebuah bangku, dia memikirkan Chika lagi. Devan sangat terpukul karena dia baru menyadari semua kesalahannya."Harusnya aku sadar dan percaya sama Chika, dia baik, dia cantik dan kini dia sangat berarti buat hidup aku," ucap Devan pelan.Devan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dari awal pernikahannya. Dia sangat menyesali telah menyakiti perasaan Chika selama setahun lebih pernikahannya."Aku harus cari dia sampai ketemu!" ucap Devan beranjak pergi.***°POV Clara°Setelah semua kejadian itu, aku masih tidak percaya, ternyata Rendy adalah sahabat Devan, pacarku sendiri. Andaikan dari awal aku tau, mungkin aku lebih baik putusin Devan. Tapi, sekarang dua-duanya menjauh dari aku, aku harus bagaimana lagi? Hari ini, aku tida
*****HAPPY_READING*****°POV Devan°Pagi ini, aku sangat tidak bersemangat sekali. Kejadian semalam, membuat aku berfikir keras dan aku masih tidak percaya kalau Clara tega mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Rendy tidak salah, dia juga berhak mendapatkan wanita lain. Tapi, kenapa harus dengan Clara? Entahlah, isi otakku sekarang seakan-akan mau meledak.Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Tapi, aku seperti kehilangan sesuatu. Ya! Aku tidak melihat Chika disana, biasanya dia sudah duduk di kursi sebelah. Kemana dia? Apa dia masih tidur?Aku mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai rasa cokelat ke atasnya."Biasanya Chika yang selalu membuatkan aku roti bakar, mungkin dia masih tidur karena kecapean," gumamku sambil menikmati roti itu.Tak lama, Bik Jumi sudah berada di depanku membawakan segelas susu."Silahk
*****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j