Home / Romansa / Looking for Happines / Dia Tetap Tak Mencintaiku?

Share

Dia Tetap Tak Mencintaiku?

Author: Kitty
last update Last Updated: 2021-06-08 16:17:36

*****HAPPY_READING*****

"Ommmaaaa," teriak Chika ketika memasuki rumahnya.

Oma Tri terlihat bahagia melihat kepulangan Devan dan Chika, "Gimana liburannya? Pasti menyenangkan 'kan?" tanya Oma.

"Iya, menyenangkan sekali, Oma," kata Chika tersenyum lebar.

Devan masih terlihat lesu, "Oma, aku istirahat dulu yaa?" kata Devan.

"Iya, kamu istirahat aja Mas, pasti kecapean juga," ucap Chika.

Chika menceritakan semua kebahagiannya kepada Oma, tapi dia menutupi perasaannya yang hancur karena kehadiran Clara disana. Chika tak berani menceritakannya, apalagi dia sudah diancam oleh Devan, suaminya itu. Chika hanya bercerita yang manis-manis saja.

"Beneran? Devan udah berubah?" tanya Oma dengan sangat girang.

"Iya, Oma. Do'akan saja semoga hubungan kita akan membaik," kata Chika.

"Iya, Oma juga gak sabar pengen mempunyai buyut, anak dari Devan dan kamu," ucap Chika.

Chika kaget mendengar perkataan Oma-nya, "Andai Oma tau, Mas Devan aja gak pernah nyentuh aku, gimana kita mau punya anak," batin Chika.

"Kamu segera hamil yaa, Chika? Biar Oma mempunyai buyut, rumah ini jadi gak sepi lagi," kata Oma berharap.

"Iya, Oma. Do'ain aja yaa, aku juga pengen segera mempunyai keturunan," kata Chika tersenyum menutupi kepedihan di dalam hatinya.

***

Clara masih kesal karena Devan tak mau menuruti kemauannya untuk bertemu pada hari ini. Dia terdiam dan memikirkan sesuatu.

"Apa gue nikah aja sama Devan? Tapi, gue belum siap dan gue masih mau bersenang-senang di masa muda gue ini. Ya, walaupun kehidupan gue juga bisa terjamin sih kalau nikah sama dia, tapi 'kan dia udah nikah. Hmmm, tau ah pusing," ucap Clara dalam hatinya.

Suara telepon dari HP-nya mengagetkan dia dan segera mengambil HP di atas laci.

"Hallo, Andre."

["Hey, sayang. I miss you."]

"I miss you too, kamu lagi dimana?"

["Aku baru nyampe Jakarta, kita ketemu yuk?"]

"Hmmm, boleh deh."

["Aku jemput ke rumah?"]

"Okey, aku mau bersiap dulu deh."

["Okay, sayang. Dandan yang cantik, aku mau kasih kamu kejutan."]

"Iya, iya."

Clara menutup teleponnya. Dia sebenarnya berhubungan dengan Andre karena kesepian. Clara hanya memanfaatkan Andre, seorang pengusaha yang sangat kaya raya.

"Hmmm, daripada gue bete sama Devan, mending gue jalan sama Andre aja lah. Dia juga tajir dan bisa menuruti semua keinginan gue," ucap Chika. "Ya, beginilah kalau mempunyai wajah yang cantik, sana-sini laku dan bukan sembarang cowok yang deketin gue," kata Clara dengan percaya diri.

Clara segera berdandan dan memilih baju yang pantas untuk dipakainya. Dia ingin Andre tetap terpesona oleh kecantikannya.

Sudah dirasa siap, Clara menunggu kedatangan Andre di rumahnya. Kebetulan Mama dan Papanya lagi ke luar kota, jadi Clara bisa mengajak Andre mampir ke rumahnya dulu. Sedangkan, Mama dan Papanya hanya tau kalau Clara berpacaran dengan Devan seorang.

Suara klakson mobil berbunyi, Clara segera keluar dengan menggunakan higheelsnya yang baru saja ia beli kemarin.

"Sayang, mau mampir dulu?" tawa Clara.

"Gak sayang, ayo aku mau jalan-jalan bareng kamu," kata Andre.

Clara segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Andre.

"Mobil baru sayang?" 

"Enggak kok, ini udah lama, cuman jarang aku pake," kata Andre.

Andre memang suka mengoleksi mobil-mobil mewah, maka tak jarang banyak wanita yang menyukai dia. Bahkan, Clara pun menyukainya karena harta, bukan karena cinta. Dari penampilan, memang Devan yang menang. Tapi, kalau soal harta, Andre sangat jauh lebih kaya raya.

"Kapan ada jadwal pemotretan sayang?" tanya Andre memegang tangan Clara.

"Hmmm, kayaknya minggu depan deh. Seminggu ini aku mau istirahat, capek," kata Clara dengan nada manja.

"Nanti kalau kita menikah, kamu gak usah jadi model lagi. Kamu cukup jadi istri buat aku sayang," kata Andre.

"Hmmm, ya tentu dong. Aku mau dibahagiain kamu," kata Clara menoleh.

Clara berfikir, "Mending sama Andre aja lah gue nikahnya, tapi gue gak akan tinggalin Devan dulu. Jadi, gue punya ATM berjalan yang sangat bermanfaat sekali. Nanti, kalau gue udah puas, gue tinggalin aja! Syukur-syukur gue dapet yang lebih tajir lagi dari Andre," ucapnya tersenyum sinis.

Clara memang tak pernah bersyukur. Dari dulu, dia selalu mendekati cowok-cowok tajir dengan caranya yang anggun. Dia memanfaatkan kecantikannya untuk menarik pria tajir.

***

Oma berpamitan untuk pulang ke rumah. Chika mengantarkan Oma sampai di depan rumahnya.

"Oma hati-hati yaa?" kata Chika.

"Iya, Chika."

Chika menunggu di depan sampai bayangan mobil Oma Tri sudah hilang. Dia segera masuk ke dalam kamar dan mendapati suaminya sedang tertidur lelap karena kelelahan.

"Kamu ganteng juga, Mas," gumam Chika memperhatikan wajah Devan.

Chika sengaja menempelkan tangannya di pipi Devan, dia mengelus pelan pipi yang lembut itu, "Semoga suatu saat kamu akan sadar, Mas, kalau aku bisa menjadi istri yang baik buat kamu."

Tiba-tiba Chika teringat Restaurant, semenjak liburan dia rindu suasana di Resto. Chika menghubungi Anita, tapi tak diangkat juga teleponnya.

"Mungkin Anita masih sibuk," ucap Chika perlahan.

Dia kembali ke ranjang dan memegang wajah Devan, hidungnya yang mancung membuat dia gemas dan tak sengaja mencubitnya, sehingga membuat Devan terbangun dari tidurnya.

"Duh, apa-apaan sih?" tanya Devan menepis tangan mungil Chika.

"Auw," rintih Chika.

"Kamu kenapa sih? Hobby banget buat saya emosi?"

"Maaf, Mas, aku gemes sama hidung kamu," ucap Chika tersenyum tipis.

Devan mendengus, "Please deh, kamu ganggu tidur saya aja!" bentak Devan membuat Chika terdiam.

"Maaf, Mas, ya udah kamu lanjut tidur lagi," kata Chika mengangkat kedua tangannya.

"Gimana mau tidur lagi? Ah, lebih baik saya temuin Clara! Dia bisa menghibur saya!" kata Devan beranjak dari ranjangnya.

"Mas," Chika menarik lengan suaminya.

Devan menepisnya lagi, "Jangan protes! Jangan ngadu ke Oma! Pernikahan ini bukan yang saya inginkan, kalau kamu lelah kamu bisa pergi!" ancam Devan dengan nada tinggi.

Chika diam tak berkutik, dia tak mau meninggalkan Devan dan berpisah dengannya. Kini, Chika sudah merasakan cinta kepada suaminya itu tulus. Dia tetap akan bertahan apapun yang akan terjadi ke depannya, dia tak ingin mempermainkan pernikahan itu.

"Hanya maut yang memisahkan kita, bukan Clara!" tukas Chika lalu pergi ke dapur untuk mencari cemilan.

Chika memakan kacang yang ada di toples. Dia melihat Devan sudah rapi dan sangat wangi. 

"Mas, gak mau ajak aku?" tanya Chika menghentikan langkahnya Devan.

Devan menoleh ke arah Chika, lalu dia pergi tanpa bilang apapun kepada Chika.

"Sabar, sabar," ucap Chika mengelus dada. 

Di dalam hatinya, Chika merasakan sakit yang luar biasa melihat suaminya masih berhubungan dengan Clara. Sudah hampir satu tahun, Chika menelan luka hatinya itu. Dia tak berani menceritakan semuanya kepada siapa pun termasuk Oma. Walau begitu, Chika tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri. Dia mencuci pakaian, menyiapkan makanan dan lain-lain. Awalnya, Chika tak mencintai Devan, tapi seiringnya waktu berjalan, dia mulai mencintai Devan. Devan adalah cinta pertamanya dan Chika akan tetap mempertahankan cintanya itu sampai ajal menjemput.

"Apapun kondisinya, aku gak akan tinggalin kamu, Mas. Aku akan membuat kamu menjadi milikku seutuhnya," batinnya.

***

Devan sudah berada di depan rumah Clara, tapi tak ada jawaban dari dalam rumahnya itu.

"Kemana sih dia? Aku telpon gak diangkat-angkat, aku chat gak dibales juga," kata Devan.

Lalu, dia menunggu di depan rumahnya, kebetulan ada kursi buat santai juga, jadi Devan duduk di kursi itu.

Terlihat dari luar, ada mobil berhenti. Devan hanya diam karena tak terlalu jelas kelihatan dari teras Clara.

Ternyata, itu Clara dan Andre.

"Sayang, aku langsung buru-buru pulang yaa? Masih ada urusan," ucap Andre mengecup keningnya.

"Iya, sayang."

Clara turun dan segera melambaikan tangannya. Setelah Andre pergi, Clara kaget melihat mobil Devan yang terparkir di halaman rumahnya. Dia segera masuk dan kaget melihat Devan.

"Jangan-jangan Devan liat gue dicium. Hmmmm," ucap Clara dalam hati.

Clara berjalan pelan, dia sudah pasrah kalau ketauan oleh Devan.

"Sayang, kamu darimana aja?" tanya Devan bangkit.

Clara lega, "Sayang, kok kamu gak ngabarin aku dulu sih?" 

"Tadi aku udah telpon kok. Tapi, gak ada jawaban sama sekali," kata Devan.

"O, yes I'm forget," kata Clara memeluk tubuh Devan.

Clara tersenyum, "Hmm, untung aja dia gak liat gue sama Andre. Jadi, aman deh. Enak juga yaa, abis shopping nanti shopping lagi," batinnya.

"Kamu abis belanja apa sayang?" tanya Devan melihat tas yang ditentengnya.

"Oh, ini, aku belanja perlengkapan buat nanti ambil job di Singapur, aku kan model, jadi setiap pemotretan harus terlihat serba baru," kata Clara mengeles.

"Kenapa belanjanya sendiri sayang? Kan bisa hubungin aku," kata Devan.

"Ya, kan kamu pasti capek abis liburan sama istri kamu," kata Clara memanyunkan bibirnya.

"Apa sih, lagian kamu 'kan tau sendiri liburan aku sama dia tuh gak menyenangkan," kata Devan mencoba membuat Clara tersenyum.

"Iya deh iya, ya udah ayo masuk dulu," ajak Clara.

Devan masuk ke dalam rumah Clara dan menunggu di sofa ruang tamu. Dia dibuatkan teh hangat oleh pembantunya.

Di kamar, Clara membereskan barang belanjaannya.

"Gue harus tetap bermain dengan rapi," ucapnya.

Tak lama kemudian, Clara sudah siap dengan kostum baru yang dia pakai. Dia sengaja memakai topi dan kacamata agar terlihat keren dan tak ketahuan oleh orang-orang yang kenal dengan Andre.

"Untung aja, di media semuanya gak ada yang tau kalau gue pacaran sama siapa pun. Jadi, gue bebas mempunyai pacar lebih dari satu, yang penting tajir," ucap Clara dalam hati.

"Let's go!" ajak Devan.

Devan menuntun tangan Clara sampai masuk ke mobilnya. Clara sungguh diperlakukan seperti tuan putri oleh Devan, tapi sayangnya Devan tak mengetahui kelakuan Clara yang sebenarnya.

**

Hari sudah malam, Chika menunggu suaminya di ruang makan. Chika sudah memasak untuk makan malam mereka berdua. Dia sengaja membuat ikan bakar kesukaannya.

"Hmmm, biasanya Mas Devan pulang jam sembilan, tapi kok udah jam sepuluh dia belum pulang yaa?" kata Chika melirik jam di dindingnya.

Tak lama kemudian, ada suara orang membuka pintu, Chika segera menyambut kedatangan Devan.

"Mas, kamu makan dulu yaa? Aku udah siapin ikan bakar buat kita," kata Chika menahan rasa kantuknya.

"Saya mau istirahat, capek!" jawab Devan lalu berjalan ke kamar di lantai satu. 

Seperti biasa, Devan akan tidur sendiri karena Oma sudah tidak menginap di rumahnya lagi. Chika sedih, karena Devan akan tidur bila Oma ada disana. Chika pun sengaja menonton TV untuk mencari hiburan.

"Padahal, setiap malam aku menunggu kepulangan Mas Devan, tapi selalu seperti itu," kata Chika.

Chika pun tertidur di ruang TV. 

_________

Hari ini adalah hari spesial buat Chika, karena hari ini adalah tepat satu tahunnya ulang tahun pernikahan mereka. Chika ingin membuatkan sesuatu yang spesial untuk suaminya itu. 

"Mas, nanti malam pulang cepet yaa?" pinta Chika.

"Gimana nanti aja lah, saya banyak urusan," jawab Devan.

"Tapi, untuk malam ini aja, aku mau kasih kamu sesuatu," kata Chika.

"Iya."

"Janji yaa, Mas?"

"Iya. Bawel banget sih kamu!" kata Devan.

Devan sudah selesai sarapan dan dia berangkat ke Resto. Chika sudah merencanakan dinner nanti malam di halaman rumahnya. Dia sudah menyewa dekorasi terbaik untuk memasang semua perlengkapan buat nanti malam. Chika pun dibantu oleh kedua sahabatnya, Hito dan Anita. Hito yang sudah mencari penyewa dekorasi dan Anita yang memberikan ide tersebut.

"Gak sabar deh, Mas. Semoga pernikahan kita akan langgeng," ucap Chika dalam hati.

Chika sudah menunggu orang yang akan memasang dekornya itu. Dia ingin merayakan hari pernikahannya itu dengan suasana romantis. Chika pun berharap agar Devan bisa mencintainya dengan tulus, tanpa paksaan. Karena, selama setahun itu, Chika memperjuangkan semuanya. Devan sudah mau sarapan dan makan di rumah, dia menyukai masakan Chika, walaupun masih ada gengsi sedikit di hatinya. Tapi, Chika bahagia karena Devan mau menghargai usaha dan kerja kerasnya Chika dalam hal memasak.

***

Clara berjalan dengan Devan mengelilingi Mall. Dia akan berbelanja lagi barang yang dia mau. 

"Sayang, itu lucu deh," tunjuk Clara.

"Kamu mau? Get!" jawab Devan.

"Iya, aku mau," ucap Clara dengan nada manja.

Devan dan Clara memasuki toko jam tangan yang terkenal mewah disana. Lalu, Clara mendekati jam yang dia lihat dari luar.

"Beli lah sayang," kata Devan.

"Tapi, ini harganya lumayan, lho, sayang," ucap Clara mengernyitkan dahinya.

"Gapapa, gak masalah sayang."

Clara senang, "Thanks sayangku," ucapnya penuh kebahagiaan di raut wajahnya.

Clara pun membawanya ke kasir dan Devan langsung mengeluarkan uang cash ratusan ribu. Devan memang type cowok penyayang dan akan menuruti semua kemauan wanitanya.

"Hmmm, sayang, malam ini kamu mau 'kan temenin aku nonton film horror di rumah?" tanya Clara sambil menggandeng tangan Devan.

"Malam ini?" tanya Devan sekali lagi.

"Iya, sekalian tunggu Mama dan Papa aku pulang malam ini," jawab Clara mengangguk.

"Pasti, sayang. O yaa, orang tua kamu udah tau kalau aku nikah?" tanya Devan.

Clara menggeleng, "Aku gak mau mereka tau dan mereka marah sama kamu sayang, aku gak mau kita dipisahin," kata Clara.

"Iya juga sih, aku gak mau dipisahin sama kamu kalau mereka tau. Hmmm, tapi apa mereka akan terus percaya yaa?" tanya Devan.

"Selama kita nutupin semuanya, pasti Mama sama Papa gak akan tau, sayang. Kita jaga rahasia ini aja, jangan sampe ada yang tau," kata Clara mendekatkan wajahnya ke wajah Devan.

Devan mencolek hidung Clara, "Bisa aja deh."

Mereka melanjutkan makan siang di rumah makan yang ada di dalam Mall itu.

"Pokoknya, aku gak akan pernah lepasin kamu! Dan, aku gak akan biarkan kamu jatuh cinta sama istrimu. Boleh saja dia menikah denganmu, tapi raga dan hatimu tetep milikku, Devan!" batin Chika sambil memperhatikan Devan yang sedang makan ikan bakar kesukaannya.

Clara tak ingin Devan jatuh cinta dengan Chika, walaupun dia istrinya. Tapi, Clara akan membuat Devan membenci istrinya dan tetap mempertahankan hubungannya dengan Clara.

"Apa kenyang sayang?" tanya Devan melihat piring Clara.

"Ya, sayang. Aku harus menjaga tubuh aku agar gak gendut," jawab Clara.

"Tapi, kesehatan kamu juga lebih penting," kata Devan.

"Iya, sayang. Tapi, gapapa kok aku makan tanpa nasi. Aku gak mau kamu melirik cewek lain dan berpaling dari aku," kata Clara dengan wajah manjanya.

"Mana bisa aku lirik cewek lain, sementara aku udah mempunyai wanita sempurna seperti kamu," gombal Devan.

"Bisa aja sih kamu. Hmmm, tapi aku takut sih," kata Clara.

"Takut kenapa sayang?"

"Takut kamu akan mencintai Chika," kata Clara.

Devan tertawa, "Hahaha gak mungkin lah aku jatuh cinta sama dia. Hey, Baby, dengerin aku, aku tuh udah milikkin kamu yang lebih jauh dari dia. Kamu tau 'kan? Aku lebih mencintai kamu," kata Devan meyakinkan.

"Tapi, bagaimana dengan Oma?" tanya Clara.

"Itu urusan aku, perlahan Oma pasti akan bisa menerima kamu. Lagian, Oma kan sayang sama aku, pasti Oma akan menuruti kemauan aku untuk menceraikan Chika, lalu menikahi kamu, sayang," ucap Devan memegang dagu Clara.

Seperti sedang dimabuk asmara, Devan tak pernah sadar diri kalau ada Chika yang rela meninggalkan masa mudanya hanya untuk menikah dengannya. Tapi, hati Devan keras kepala seperti batu, jadi dia tak pernah memikirkan semuanya tentang Chika. Dia hanya memikirkan Clara, Clara dan Clara. Padahal, Chika pun cantik dan sempurna. 

Related chapters

  • Looking for Happines   Kejutan Menyedihkan

    *****HAPPY_READING*****Malam pun telah tiba, Chika sudah bersiap untuk acara dinner nanti malam bersama Devan. Dia sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh Anita dan Hito yang sudah meluangkan waktunya."Makasih yaa kalian udah bantuin aku," ucap Chika."Sama-sama, Chik," balas Anita."Pokoknya kalau lo butuh bantuan, gue akan selalu ada buat lo, Chik," kata Hito mengangkat alisnya.Chika sudah memakai dress selutut dengan rambut terurai indah. Dia memoleskan sedikit make-up untuk membuat wajahnya semakin cantik dan manis."O yaa, Pak Devan jam berapa pulang?" tanya Anita."Biasanya jam 20.00 udah pulang," jawab Chika."Duuhh, gimana yaa Chik? Sebelumnya gue minta maaf, gue harus pulang cepet soalnya ada acara pengajian nih," ucap Anita.Chika tersenyum, "Udah, gapapa kok, keluarga itu lebih penting, Nit. Kamu pulang gih, dianter aja sama Hito,

    Last Updated : 2021-06-08
  • Looking for Happines   Indah?

    *****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika sudah rapi untuk pergi ke Resto. Dia sengaja memakai dress dan juga higheels, agar Devan bisa meliriknya walau sedikit. Selama ini, Chika begitu polos dan selalu diam. Tapi, untuk kali ini, dia akan belajar untuk memperbaiki diri agar menarik perhatian suaminya itu. Dia tak ingin Clara selalu menang dan menang."Bik, Mas Devan mana?" tanya Chika melihat sekelilingnya."Emmm...Pak Devan gak pulang, Non," jawab Bik Jumi menunduk.Chika langsung duduk dan menikmati roti hangat yang sudah disiapkan oleh Bik Jumi. Dia mengoleskan sedikit selai strawberry untuk menambah selera makannya. Chika tak ingin terlalu larut dalam kesedihan itu. Dia harus membuat Devan mempercayainya."Aku harus yakinin Mas Devan, kalau aku gak pernah ngunciin Clara," ucap Chika pelan.Selesai sarapan, Chika langsung mengambil tasnya di kamar, d

    Last Updated : 2021-06-14
  • Looking for Happines   Lambat

    *****HAPPY_READING*****Hari pun sudah pagi, Devan terbangun dan menyadari kalau dia tengah memeluk seseorang."AAAAAA," teriak Devan.Chika terbangun akibat teriakan Devan yang sangat dekat dengan area telinganya itu."Kenapa, Mas? Pagi-pagi kok udah teriak aja?" tanya Chika mengucek matanya."Kamu ngapain tidur disini?""Kan semalem Mas yang narik tangan aku," ucap Chika dengan santai."Halah! Gak mungkin! Itu pasti kamu godain saya 'kan?" bentak Devan."Mas, aku 'kan istri kamu, aku bisa godain kamu sepuas hati aku. Kalau aku godain pria lain, baru deh kamu marah," kata Chika menatap mata Devan.Devan langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi, karena dia harus menemani Indah jalan-jalan.Sementara, Chika masih tersenyum-senyum karena Devan memeluknya semalaman. Walau dalam keadaan tak sadar, Chika bahagia sekali.

    Last Updated : 2021-06-15
  • Looking for Happines   Tiga Belas

    *****HAPPY_READING*****Chika terus menatap mata Devan yang sedang fokus menyetir. Dia memandang wajah tampannya."Kenapa?" tanya Devan."Gapapa, Mas. Kamu tampan," jawab Chika semakin dekat dengan wajah Devan."Apa sih!" bentak Devan."Mas, jangan marah-marah deh, nanti tampannya ilang lho," ucap Chika sambil tersenyum.Devan diam tak menggubris perkataan Chika, dia sedikit salah tingkah dengan ucapan Chika."O ya, Mas, nanti aku mau belanja dulu. Turunin aja di supermarket," kata Chika."Syukurlah!""Nanti jemput aku lagi yaa?" rengek Chika."Nanti saya hubungi Mang Ujang," kata Devan."Gak mau," kata Chika memegang tangan Devan.Devan melepaskan tangan Chika, "Jangan gini, saya lagi nyetir.""Kalau lagi gak nyetir, berarti boleh dong pegang tangan Mas," kata Chika."Gak juga," kata Devan.Devan berhenti di depan Supermarket, Chika pun turun."Dadaaahhh, su

    Last Updated : 2021-07-07
  • Looking for Happines   Empat Belas

    *****HAPPY_READING*****Tiga hari kemudian, Chika sudah mulai kembali tersenyum seperti biasanya. Kini, Chika tak mau posesif dengan Devan. Chika hanya ingin menjalani hidupnya secara lurus."Aku tau, cinta memang gak bisa dipaksakan. Mulai hari ini, aku gak akan memaksa Mas Devan untuk mencintai aku. Tapi, kewajibanku sebagai istri akan tetap ku jalankan. Kalau memang kita bejodoh selamanya, mungkin akan ada jalannya untuk Mas Devan bisa mencintai aku dengan caranya sendiri," batin Chika.Bik Jumi sedang menyiram tanaman di luar."Bik, aku keluar dulu yaa?" kata Chika sambil tersenyum."Iya, Non."Bik Jumi tampak senang karena melihat Chika sudah ceria lagi. Dua hari ke belakang, Chika memang sangat memikirkan rumah tangganya. Itu sangat menguras emosi dan fikiran. Kini, Chika akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan."Oh yaa, kalau Mas Devan udah bangun, tolong bilangin, kalau makanan udah siap di meja makan," pesa

    Last Updated : 2021-08-19
  • Looking for Happines   Lima Belas

    *****HAPPY_READING*****Hari ini adalah hari weekend. Indah sudah berada di rumah Devan. Tentunya, Indah mengajak mereka untuk berjalan-jalan ke Pantai sesuai janji Devan kepadanya."Indah, kamu udah siap?" tanya Chika yang sudah berpakaian rapi dengan rambut diikat ke belakang."Udah, Kak. Nih, aku udah bawa peralatan renang nanti disana," jawab Indah mengacungkan beberapa barang yang sudah ada di dalam tasnya.Tak berapa lama, Devan juga keluar dengan pakaian rapi dan menenteng sebuah tas yang berisikan baju ganti dan peralatan lainnya."Let's gooo!" ajak Indah mengacungkan ke lima jarinya.Mereka masuk ke dalam mobil, "Kak Chika di depan aja," kata Indah."Aku mau nemenin kamu, Ndah," ucap Chika.Indah langsung menutup dan mengunci pintu belakang, "Kak Chika di depan yaa? Aku mau rebahan," teriak Indah langsung merebahkan badannya di jok belakang.Akhirnya, Chika menuruti permintaan Indah untuk duduk di

    Last Updated : 2021-08-19
  • Looking for Happines   Enam Belas

    *****HAPPY_READING*****Kini, mereka akan bergegas pulang, karena hari sudah semakin sore."Kak, gimana kalau kita makan di Resto Ayam Bakar yang di Jl.Permai?" tanya Indah."Kamu lapar?""Iya, Kak," jawab Indah memegang perutnya yang sudah berbunyi meminta makanan."Ya udah ayo," ajak Devan.Tiba-tiba, Chika diam mematung, "Auuuwww," rintihnya."Kak Chika kenapa?" tanya Indah."Gak tau, kepalaku masih pusing.""Ya ampun," ucap Indah khawatir, "Kak, tolong gendong Kak Chika," perintahnya."A--a--pa?""Gendong lagi, ayo Kak," desak Indah.Devan langsung memangku Chika menuju ke arah mobil mereka. Indah mengikuti mereka dari belakang."Kayaknya aku ada ide," ucap Indah mengeluarkan ponselnya.Diam-diam, Indah mengabadikan moment itu dengan cara merekamnya lewat HP."Aaa, so sweet," gumam Indah."Kenapa, Ndah?" tanya Devan masih berjalan ke depan.

    Last Updated : 2021-08-19
  • Looking for Happines   Tujuh Belas

    *****HAPPY_READING*****°POV Clara°Rasanya ingin ku tampar muka Chika yang so cantik. Tega-teganya dia bilang seperti itu sama aku. Awas yaa, Chika, aku akan melakukan pembalasan lebih dari ini."Ekhm, fokus makan!" tegas Devan mencoba membelaku."Iya, Mas," kata Chika.Aku hanya diam tak menjawab, karena aku masih kesal dengan semua ini. Seharusnya aku tak menerima ajakan Devan, tapi aku juga ingin menghabiskan waktu dengannya."Kak Clara sibuk apa nih?" tanya Indah."Sibuk di dunia modeling," jawabku singkat."Waah, pantesan Kak Clara cantik banget. Pasti, pacarnya juga ganteng banget yaa?" tanya Indah lagi, membuatku ingin mengatakan kalau Kakaknya adalah pacarku."Ya, tentu dong, Indah! Pacarku tinggi, putih, mapan dan selalu membuat aku bahagia," jawabku memanas-manasi Chika."O ya, pacarnya bisnis apa Kak?""Bisnis Resto!" ucapku keceplosan."Sama dong kayak Kak Devan," k

    Last Updated : 2021-08-21

Latest chapter

  • Looking for Happines   Tiga Puluh

    *****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan

  • Looking for Happines   Dua Puluh Sembilan

    *****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik

  • Looking for Happines   Dua Puluh Delapan

    *****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,

  • Looking for Happines   Dua Puluh Tujuh

    *****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap

  • Looking for Happines   Dua Puluh Enam

    *****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.

  • Looking for Happines   Dua Puluh Lima

    *****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya."Kak, sarapan dulu," ucap Indah."Nanti aja.""Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong.""Gapapa Ndah," ucap Devan."Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika."Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan."Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja.""Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.'Akhirnya, Kak Devan sudah menc

  • Looking for Happines   Dua Puluh Empat

    *****HAPPY_READING*****Devan langsung berjalan perlahan menghampiri perempuan itu. Dia langsung berhenti."Ternyata bukan," ujarnya menghela nafas.Devan langsung duduk di sebuah bangku, dia memikirkan Chika lagi. Devan sangat terpukul karena dia baru menyadari semua kesalahannya."Harusnya aku sadar dan percaya sama Chika, dia baik, dia cantik dan kini dia sangat berarti buat hidup aku," ucap Devan pelan.Devan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dari awal pernikahannya. Dia sangat menyesali telah menyakiti perasaan Chika selama setahun lebih pernikahannya."Aku harus cari dia sampai ketemu!" ucap Devan beranjak pergi.***°POV Clara°Setelah semua kejadian itu, aku masih tidak percaya, ternyata Rendy adalah sahabat Devan, pacarku sendiri. Andaikan dari awal aku tau, mungkin aku lebih baik putusin Devan. Tapi, sekarang dua-duanya menjauh dari aku, aku harus bagaimana lagi? Hari ini, aku tida

  • Looking for Happines   Dua Puluh Tiga

    *****HAPPY_READING*****°POV Devan°Pagi ini, aku sangat tidak bersemangat sekali. Kejadian semalam, membuat aku berfikir keras dan aku masih tidak percaya kalau Clara tega mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Rendy tidak salah, dia juga berhak mendapatkan wanita lain. Tapi, kenapa harus dengan Clara? Entahlah, isi otakku sekarang seakan-akan mau meledak.Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Tapi, aku seperti kehilangan sesuatu. Ya! Aku tidak melihat Chika disana, biasanya dia sudah duduk di kursi sebelah. Kemana dia? Apa dia masih tidur?Aku mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai rasa cokelat ke atasnya."Biasanya Chika yang selalu membuatkan aku roti bakar, mungkin dia masih tidur karena kecapean," gumamku sambil menikmati roti itu.Tak lama, Bik Jumi sudah berada di depanku membawakan segelas susu."Silahk

  • Looking for Happines   Dua Puluh Dua

    *****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status