Beranda / Romansa / Looking for Happines / Mengungkapkan Ketulusan

Share

Mengungkapkan Ketulusan

Penulis: Kitty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

*****HAPPY_READING*****

Beberapa bulan kemudian, Chika sudah biasa menghadapi sikap Devan yang sangat dingin dan cuek kepadanya. Bahkan, Chika selalu melakukan berbagai cara untuk mendekati suaminya. Tapi, Devan hanya akan berlaku baik saat ada Oma Tri di rumahnya. Kalau tidak ada, Devan kembali tidur di kamar bawah.

"Apa selamanya aku gak akan bahagia?" ucap Chika saat melihat suaminya akan pergi ke Restaurant.

Devan melirik ke arah Chika, tapi dia tak berbicara apapun.

"Biasanya dia heboh sendiri, tapi kenapa dia diem aja pagi ini? Ahh sudahlah, lagian gak penting juga!" kata Devan dalam hati lalu dia pergi.

Bik Jumi mendekati Chika, "Non, kenapa ngelamun?"

"Hmm, aku hanya mikirin rumah tangga ini, Bik. Kayaknya Mas Devan gak bisa buka hatinya buat aku. Kita udah jalanin ini 10 bulan lamanya, tapi Mas Devan tetap seperti itu," ucap Chika meneguk minumnya.

"Non yang sabar. Insya Allah suatu saat pasti Pak Devan akan jatuh cinta sama Non Chika. Non Chika sadar gak? Pak Devan mulai menyukai masakan Non Chika, walaupun hanya makan malam saja, tapi Pak Devan terlihat sekali lahap," kata Bik Jumi menghibur hatinya.

Chika mendengus, "Tapi, gimana kalau Mas Devan gak mau mencintai aku? Jangankan mencintai, menyentuh aku sebagai suami istri aja gak pernah, Bik. Aku kayaknya capek deh," keluh Chika.

Bik Jumi menasehati Chika agar tetap bertahan dengan situasi yang sangat menyakitkan itu. Tapi, Chika terus memikirkan ke depannya dia akan seperti apa dan harus bagaimana.

Bik Jumi kembali membereskan piring-piring yang ada di meja makan. Chika bersiap pergi ke rumah Oma untuk menengok keadaan Oma-nya.

***

Sesampainya di rumah Oma, Chika mendapatkan pelukan hangat dari Oma-nya, sehingga dia pun kembali bersemangat untuk terus membuat Devan jatuh cinta padanya.

"Chika, kok kamu kayak gak semangat gitu sih?" tanya Oma.

"Hmmm, gapapa Oma. Aku baik-baik aja kok," jawab Chika.

Oma memperhatikan wajah Chika yang murung, tak biasanya dia seperti itu. Biasanya, Chika selalu terlihat ceria di depan Oma. Tapi, kali ini Oma bisa membaca aura wajahnya yang sangat sedih sekali.

"Pasti Devan! Oma tau Devan belum bisa cinta sama kamu, tapi Oma yakin kalian akan berbahagia selamanya. Oma akan urus si cewek gatal itu!" ucap Oma dalam hati.

"Chika, kamu udah sarapan?"

"Udah, Oma. Chika kangeeen banget sama Oma," kata Chika.

"Oma juga sayang. O yaa, kamu mau disini dulu 'kan?" tanya Oma.

"Ya, Oma. Memangnya kenapa?"

"Oma pergi keluar sebentar. Kamu bisa disini dulu, jangan kemana-mana yaa?" ucap Oma.

"Mau aku anter, Oma?" tawar Chika.

"Gak usah, Chika, Oma biar sama Mang Ujang aja," kata Oma.

Chika hanya duduk memperhatikan Oma yang sedang bersiap untuk pergi. 

**

Seperti biasa, Devan bersama Clara sedang bercerita. Sikap Devan pada Clara sangat lembut sekali.

"Sayang, kapan kamu siap nikah sama aku?" tanya Devan.

"Sayang, aku masih muda. Karir aku masih panjang, tapi aku janji kalau nanti kita akan menikah," jawab Clara menolak permintaan Devan itu.

"Berapa tahun lagi sayang?"

"Ya, kamu tunggu aku dulu punya semuanya," kata Clara mengusap pipi Devan.

Ceklek! Pintu terbuka.

Sebuah mata tajam menyoroti Devan dan Clara. Clara yang duduk di pangkuan Devan segera bangkit dan kaget melihatnya.

"O...O...Oma?" kata Devan.

"Oh, jadi ini kelakuan kalian! Oma gak habis fikir sama kalian, tega-teganya kalian menyakiti Chika!" bentak Oma mendekati Devan dan Clara.

Oma sengaja tak memberitahu Chika untuk bertemu dengan Devan, pasti Chika tak akan mengizinkan. Tapi, untuk kali ini Oma harus mengambil tindakan tegas kepada Devan.

"Oma?" ucap Clara.

"Diam!" Oma mengangkat tangan kanannya.

Devan diam menunduk.

"Devan, kamu gak sadar? Kamu tuh udah punya istri! Tega-teganya kamu masih berhubungan gelap dengan dia!" tunjuk Oma, "Dan kamu, Clara! Kamu gak tau Devan sudah menikah? Kamu mau hancurin hubungan mereka?" tanya Oma dengan mata melotot.

"Oma, jangan marahin Clara, ini salah Devan. Dulu, Devan seharusnya menolak menikah dengan perempuan yang sama sekali gak aku cintai," jelas Devan.

"Kamu tau? Dia bahkan gak datang ke pernikahan kamu sama dia sendiri? Sedangkan Chika? Dia mau menuruti permintaan Oma dan meninggalkan masa mudanya untuk menikah! Oma kecewa sama kamu, Devan! Kamu membuat malu Oma! Harusnya kamu berfikir secara logis dan pakai hati nurani kamu ini," tunjuk Oma ke bagian dada Devan.

"Oma, maafin aku," ucap Clara.

"Maaf! Saya tidak menyukai kamu lagi. Lebih baik kamu pergi dari kehidupan cucu saya!" ucap Oma dengan nada tinggi.

Clara diam, "Dasar nenek-nenek tua! Gue gak akan pernah jauh dari Devan, dia mesin uang buat gue!" katanya dalam hati.

"Devan, mulai hari ini kamu gak usah ke Resto lagi, Oma malu!" tegas Oma.

"Oma, maafin Devan."

"Udah berapa kali Oma bilang, kamu jangan pernah berhubungan dengan wanita ini lagi! Sekarang terserah kamu, kamu mau ngapain terserah kamu saja, Dev. Oma sudah capek menasehati kamu," kata Oma lalu pergi meninggalkan Devan dan Clara.

"Hmmm, jangan sampai Devan disuruh pergi dari Resto ini, gue harus bisa cari cara agar mesin gue gak hilang dan ninggalin gue!" batin Clara.

"Sayang, gimana?" tanya Devan dengan panik.

"Lebih baik kita backstreet aja sayang, aku gak mau kamu jauh dari Oma kamu sendiri. Aku gak akan kesini lagi, tapi kita bisa bertemu di luar," ucap Clara.

"Are you OK?"

"Yes, ini demi kebaikan kita sayang. Aku gak mau kamu jauh dari Oma kamu karena Chika! Pasti dia yang udah ngadu semuanya ke Oma," kata Clara.

"Hmmm, dia tuh maunya apa sih! Aku makin benci sama dia," kata Devan.

Clara berpamitan pergi untuk memulai dramanya. Dia tak ingin Devan jatuh miskin, sebab dari Resto lah penghasilannya sangat tinggi. Devan mempunya usaha lainnya, tapi tak seperti usaha Resto Oma-nya.

Semua karyawan melihat Clara keluar dari Resto dengan tergesa-gesa.

"Kasihan, Bu Chika," ucap karyawan lain.

"Kalau gue punya suami kayak gitu, mending tinggalin deh," kata karyawan lainnya.

Anita dan Hito saling berpandangan.

"Apa yang terjadi yaa di dalam?" tanya Anita.

"Oma marahin Clara dan Pak Devan, ya iyalah kasihan Chika, masa Clara sama Pak Devan enak-enakan pacaran, sementara istrinya tak pernah mendapatkan perhatian sedikit pun," jawab Hito.

"Cieeee, peduli nih yee," ledek Anita.

Setelah Clara pergi, Devan langsung keluar dari ruangannya dan dia pun pergi.

***

"Chika, Oma ada kabar gembira nih," kata Oma ketika membuka pintu.

Chika terbaring di depan ruang TV.

"Apa, Oma?"

"Oma punya tiket liburan nih buat kalian," kata Oma menunjukkan tiket liburan ke Bali.

"Hmmm, iya Oma," kata Chika lesu.

"Kenapa? Kok kamu lesu sih sayang?" tanya Oma.

"Gapapa, Oma. Apa Mas Devan mau?"

"Pasti!" 

Saat mereka sedang mengobrol, Devan datang dan kaget melihat Chika ada di rumah Oma.

"Oma, maafin aku," kata Devan mencium tangan Oma.

Chika tak mengerti apa yang terjadi.

"Oma akan maafin kamu! Asal kamu bisa jauhin perempuan itu dan bahagiakan Chika," kata Oma melepaskan tangan Devan.

"Tapi, Oma..."

"Kalau tidak mau, terserah. Tanggung semua konsekuensinya!" potong Oma.

Devan tak punya pilihan apapun.

"Ada apa ini?" tanya Chika penasaran.

"Ini semua gara-gara kamu, kamu 'kan..."

"Cukup, Dev! Chika tak bersalah, bahkan dia tak pernah mengadukan hal-hal aneh tentang kamu! Oma tau sendiri karena Oma pasang CCTV di ruang kerja kamu!" tegas Oma memotong pembicaraan Devan.

Devan kaget, selama ini dia tak menyadari kalau di ruangannya ada CCTV.

"Aku gak akan ulangi lagi, Oma," kata Devan memohon.

"Kalau kamu mau dimaafin, nanti malam kamu pergi ke Bali bersama Chika. Oma sudah siapkan semuanya disana, dan pastinya Oma akan suruh orang untuk ngawasin kamu disana. Kalau kamu berani ngajak perempuan itu, Oma tak akan pernah memaafkan kamu, Devan!" tegas Oma.

"Oma, kenapa jadi gini?"

"Oma tau yang terbaik buat kamu. Dan, satu lagi biarkan Oma yang pegang HP kamu. Resto sudah dipegang sama Manager, kamu liburan disana selama satu minggu. Itu juga kalau kamu masih mau mendapatkan maaf dari Oma, kalau tidak, ya sudah terserah kamu Devan!" kata Oma.

Devan menunduk, "Baiklah, Oma. Aku akan turuti kemauan Oma, asalkan aku bisa mendapatkan maaf dari Oma."

"Nah, gitu dong. Apa sih susahnya, kamu tinggal mencintai Chika dan kamu pasti akan merasakan bahagia yang sesungguhnya!" tegas Oma.

Devan diam tak menjawab, dia melirik ke arah Chika. Chika hanya diam.

"Hmmm, pasti Mas Devan akan berfikir kalau aku mengadu sama Oma. Padahal, aku selalu menjaga aib Mas Devan di depan siapa pun, termasuk Oma," ucap Chika dalam hati.

Chika sudah siap mendapatkan marah dari Devan. Karena, baginya itu sudah makanan sehari-hari. Sikap Devan yang dingin, cuek dan selalu memarahinya kini sudah tak membuat sakit hati, karena sudah terbiasa.

Oma pergi ke kamar untuk menyimpan tasnya.

"Ini pasti gara-gara kamu 'kan? Kamu ngadu semuanya? Kamu puas?" bentak Devan mendekati Chika.

"Maaf, Mas. Kalau aku mau ngadu, mungkin sudah dari dulu aku ngadu ke Oma. Tapi, aku selalu menutupi semuanya dari Oma, termasuk hubungan kamu dengan Clara."

"Mau bagaimana pun, saya gak akan pernah tinggalin Clara, dan kamu harus sadar diri..."

"Kalau kamu gak mencintai aku?" potong Chika, "Ya! Aku sudah sadar kok, Mas. Bahkan, kata-kata kamu sudah aku hafal semuanya. Aku mencintai kamu dan Oma, aku gak akan pernah membuat kalian sakit hati. Aku hanya ingin kamu menganggap aku ada, demi Oma! Maaf aku lancang, Mas, tapi aku ingin Oma bahagia," kata Chika.

Devan diam dan memperhatikan Chika. Hati Devan seperti salju, sangat dingin sekali kepada Chika.

"Maaf, Mas. Tapi, aku mencintai kamu," kata Chika pelan.

Devan kaget, "Gak! Kamu jangan sampai mencintai aku!" tegasnya.

"Tapi, hati aku gak bisa berbohong, Mas. Semoga suatu saat kamu akan membuka hati kamu walau sedikit," ucap Chika pelan.

"Kamu jangan bodoh! Cinta kamu itu akan menyakitkan diri kamu sendiri!"

"Walau sakit, aku akan tetap mencintai kamu. Aku baru berani mengungkapkannya sekarang, aku mencintai kamu dari awal pernikahan kita. Walau kata kamu cinta ini akan menyakitkan diri aku sendiri, tapi gapapa yang penting aku mencintai kamu tulus, dari hati aku," ucap Chika meneteskan air matanya.

Devan menatap Chika tak percaya, lalu dia pergi ke kamar Oma untuk membujuk Oma.

"Aku mencintai kamu tulus, Mas. Walau kamu belum mencintai aku, aku yakin, suatu saat kebahagiaan kita akan hadir di dalam rumah tangga kita," kata Chika dalam hati.

****

Clara duduk di sebuah Caffe. 

"Sayaaang," ucap seorang Pria.

Clara berdiri dan merangkul tubuh pria itu. Lalu, dia memanyunkan bibirnya.

"Kamu kenapa?"

"Aku lagi bete, sayang. Kamu ada waktu luang 'kan buat aku?" tanya Clara.

"Jelas, sayang! Aku akan menemani kamu, seorang model hits ternama dan paling cantik," ucap pria itu mencubit dagu lancip Clara.

"Thanks," Clara bahagia.

Pria itu bernama Andre, yaa dia adalah kekasihnya Clara. Di belakang Devan, diam-diam Clara mempunyai seorang kekasih yang lebih kaya dari Devan.

Clara sudah menjalin hubungan itu sejak 3 bulan yang lalu. Diam-diam, Clara sakit hati karena Devan menikahi perempuan lain. Andre datang disaat yang sangat tepat, disaat Clara sedang bertengkar dengan Devan. 

"Hmmm, Devan, Devan, gue juga bisa mempunyai pacar. Tapi, gue gak akan lepasin kamu, Dev, aku masih membutuhkan kamu," kata Clara dalam hati.

Clara dan Andre memesan makanan dan minuman yang best seller di Caffe itu.

****

Pada malam hari, Chika bersiap-siap untuk pergi liburan ke Bali bersama suaminya. Di dalam hatinya, perasaan itu campur aduk, ada senang dan ada juga sedihnya.

"Hey, kamu mikirin apalagi sih?" tanya Oma.

"Gak, Oma. Aku takut Mas Devan terpaksa lakuin ini," kata Chika.

"Udah, Oma udah urus semuanya agar kamu bisa berbahagia bersama Devan. Oh yaa, kamu bawa HP kamu, hp Devan udah Oma simpan," kata Oma tersenyum.

"Tapi, apa perlu Oma ambil hp Mas Devan?"

"Perlu sekali! Karena Oma gak mau Clara mengganggu liburan kalian disana. Oma yakin, kalau Devan bawa HP, dia gak akan fokus sama kamu, dia hanya fokus sama HP-nya," kata Oma.

Devan masuk ke dalam kamar, "Gimana? Udah siap?"

"Udah, Mas."

Oma mengantarkan Devan dan Chika sampai di depan pintu.

"Kalian hati-hati yaa," ucap Oma.

"Iya, Oma."

Devan dan Chika langsung menaiki mobilnya menuju ke Bandara. 

"Mas," kata Chika.

Devan menoleh, "Apa lagi? Masih kurang?"

"Mas jangan gitu dong, aku mau selama seminggu kamu bisa membuka hati kamu buat aku," ucap Chika.

Devan kaget mendengarnya, "Jangan mimpi!" bentaknya.

Mang Ujang memperhatikan mereka dari spion depan.

"Ya udah deh, gapapa," kata Chika, "Yang penting Mas bisa tau kalau aku mencintai Mas Devan dengan sangaaaattttttt tulus," kata Chika.

Chika sengaja duduk mepet dengan Devan. Kini, Chika kembali berjuang untuk memperjuangkan cintanya.

______

Keesokan harinya, Chika masih tertidur di kasurnya. Pada saat mereka sampai, mereka langsung menuju ke hotel yang sudah dipesan Oma dan mereka memilih beristirahat.

Devan terbangun dari tidurnya, dia melihat wajah istrinya yang tertidur di sampingnya.

"Kamu memang cantik, tanpa make-up pun kamu lebih cantik. Tapi, saya belum bisa berpindah ke lain hati lagi, di hati saya cuman ada Clara," kata Devan menyibakkan rambut Chika.

Devan berdiri dan melihat ke luar jendela untuk menghriup udara segar pagi itu. Dia mengeluarkan HP-nya yang baru saja dia beli kemarin. Sebelum Oma meminta HP-nya, Devan sudah menulis nomor Clara di sebuah kertas kecil. Devan mengabari Clara kalau dia sedang di Bali bersama dengan Chika.

"Andai, aku nikah sama Clara. Mau liburan kemana pun, aku akan bahagia," gumam Devan.

Chika terbangun, dia menggeliat dan masih terlihat kelelahan. Lalu, dia melihat ke segala arah.

"Astaga, aku lupa, aku 'kan udah sampe Bali. Hmmm, Mas Devan kemana yaa? Apa jangan-jangan dia pergi? Atau ninggalin aku?" ucap Chika panik dan langsung beranjak dari kasurnya untuk mencari Devan.

Brrraaakk! Saat keluar, Chika menabrak tubuh seorang pria yang ternyata suaminya.

Chika hampir jatuh, Devan segera menangkap tubuh mungil Chika. Kini, mereka saling berhadapan hanya berjarak 2 cm saja.

"Aku mencintaimu, Mas," ucap Chika pelan.

Devan langsung membantu Chika berdiri, "Apa sih, gak jelas!" ketusnya.

"Mas, ih," lirih Chika.

"Apa?" teriak Devan.

"Aku laper," jawab Chika memegang perutnya.

Devan berjalan ke arah Chika lagi, "Kamu laper?" 

"Iya," Chika mengangguk.

"Makan!" tegas Devan lalu kembali ke kamarnya.

Chika pun segera turun ke bawah untuk memesan sarapan untuk dia dan suaminya. Di hotel itu memang tidak disediakan makanan pagi, siang atau malam. Tapi, para pengunjung hotel harus memesan makanan terlebih dahulu.

Chika kembali ke kamarnya. Lalu, dia ke kamar mandi.

Devan menatap ke atas sambil berbaring, "Gimana yaa caranya supaya aku bisa pisah sama Chika, tanpa harus melukai Oma?" fikirnya.

Devan tak ingin melukai hati Oma, apalagi membuat penyakit Oma kambuh lagi. Tapi, hatinya masih mencintai Clara, dan selalu ada Clara di dalam hatinya.

Chika pun sudah selesai mandi. Tak berapa lama, makanan pun sudah diantarkan.

"Terima kasih," kata Chika ramah.

"Sama-sama."

Chika segera membawa makanan itu ke atas meja yang sudah disediakan di dalam kamarnya. Chika membuka semuanya dan menghirup aroma sarapan pagi itu.

"Hmmmm, enak banget kayaknya," ucap Chika mencium bau makanannya.

Devan masih berada di atas kasurnya. 

"Mas, kamu yakin gak mau sarapan?"

"Enggak!" ketus Devan sambil memegang perutnya juga.

"Ya udah, biar aku abisin aja semua makanan enak ini," kata Chika memakan satu per satu makanan yang ada di depannya.

Devan beranjak dari kasurnya dan duduk di kursi untuk sarapan juga.

Chika tersenyum, "Kalau laper, makan!" ledeknya.

"Saya juga tau," kata Devan.

"Hehehehe. Mas mau makan apa?" tawar Chika.

"Biar saya ambil sendiri, saya masih punya tangan."

"Hmmm, iya deh, Mas. Aku tuh cuman mau jalanin kewajiban aku aja sebagai istri," kata Chika.

"Kalau lagi makan, fokus makan aja jangan banyak bicara deh. Nanti selera makan saya hilang," kata Devan.

"Iya, Mas, maaf," ucap Chika lalu tersenyum.

Dalam hati Chika, dia bahagia karena Devan mau duduk berdua bersamanya dan sarapan. Bagi Chika, itu hal yang sangat indah dalam hatinya.

Selesai makan, Chika membereskan piring-piring dan menyimpannya di luar agar petugas kebersihan di hotel itu gampang mengambilnya.

"Mas, jalan-jalan yuk?" ajak Chika.

"Kamu jalan aja sendiri," ucap Devan lalu duduk di sofa.

"Mas," ucap Chika manja, "Apa Mas gak mau bahagiain aku sekaliiiii aja?"

"Apa sih? Kan kamu tau kalau saya gak pernah mencintai kamu," ucap Devan.

"Iya tau, tapi hmmm anggap deh aku Chika karyawan Bapak Devan, jadi Pak Devan mau kan?" ucap Chika tersenyum.

"Bapak? Terasa aneh!" ketus Devan.

"Cieee, gak mau dipanggil Bapak," ledek Chika.

"Ekhm, enggak kok tadi saya salah bilang," ucap Devan salah tingkah.

"Ih, Mas mah, ayoooo," ucap Chika menarik lengan Devan.

"Chikaaa."

"Mas, pleaseeeee," rengek Chika.

"Gak mau!"

"Mas, 'kan Mas punya adik cewek, iya 'kan?" tanya Chika.

"Ya, terus kamu kenapa? Adik saya cuman 1 dan cewek," ucap Devan.

"Iya, aku tau. Namanya Indah 'kan? Nah, Mas kalau gak bisa nganggap aku istri Mas, anggap aja aku adik kamu, Mas," ucap Chika tersenyum manis sekali.

Devan terdiam, "Aku memang lagi merindukan Indah, sudah 2 tahun kita tidak bertemu langsung. Tapi, apa aku harus luapin rindu ini dengan menganggap Chika itu Indah, adik saya?" batin Devan.

"Udah, Mas, gapapa. Anggap aja aku adik Mas, aku tau semua cerita dari Oma. Indah juga cuman beda 1 tahun sama aku kok, dan aku tau Mas ingin ketemu Indah dan bahagiain dia 'kan?" 

Secara tidak sadar, Devan mengangguk dan mengajak ajakan Chika. Lalu, dia ke kamar mandi.

"Mas, Mas, walaupun harus dengan cara ini, yang penting aku bisa membuat kamu perlahan jatuh cinta sama aku. Gapapa kok kamu anggap aku adik kamu, yang penting aku bisa bahagia bersama kamu," ucap Chika tersenyum.

Chika pun memilah-milah baju yang pantas untuk pergi bersama Devan untuk pertama kalinya.

***

"Hah? Apa?! Devan lagi liburan? Gak ngajak aku?" ucap Clara setelah membuka pesan singkatnya dari Devan.

Dia teramat kesal karena Devan pergi liburan bersama istrinya.

"Tega banget dia gak ngajakin aku? Hmmm, jangan sampe Devan jatuh cinta sama cewek itu! Gue gak mau kehilangan kebaikan kamu, Devan sayang," kata Clara.

"Sayang, kenapa kok kaget gitu?" tanya Mama Clara.

"Hmmm, gapapa, Ma."

"Tadi Mama denger katanya Devan liburan?"

"Iya, Ma."

"Terus dia gak ngajakin kamu, sayang?"

"Hmmm, dia mau ketemu orang, Ma. Jadi, dia gak ngajak aku. Hmmm, aku pamit dulu yaa, Ma, mau keluar," kata Clara berbohong.

Kedua orang tua Clara tak pernah tau kalau Devan sudah menikah. Mereka hanya tau kalau Devan cinta sama Clara. Dan, rencana pernikahan Devan dan Clara pun mereka tidak tau, sebab Clara tak menceritakan semuanya pada kedua orang tuanya.

Clara pun pergi untuk menemui Andre, kekasihnya juga. Dia tak mau larut dalam kesedihan mengingat Devan yang sedang liburan bersama istrinya.

"Hmmm, apa gue susul aja kesana?" gumamnya.

Bab terkait

  • Looking for Happines   Liburan

    *****HAPPY_READING*****Chika dan Devan sudah berada di salah satu tempat terindah disana, yaitu di sebuah taman."Mas, bagus yaa pemandangannya," kata Chika sambil menggandeng tangan Devan.Mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak."Emang kamu belum pernah kesini?""Hmmm, pernah. Tapi, itu udah lama banget sekitar 5 tahun yang lalu," jawab Chika.Devan mulai mendengarkan cerita tentang Chika."Andai orang tua aku masih ada, mungkin aku gak akan sia-siakan waktu bersama mereka," kata Chika meneteskan air matanya.Devan yang mendengarkan cerita Chika pun terharu, "Kasihan dia," gumamnya."Tapi, sekarang aku bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik seperti Oma Tri dan kamu, Mas. Walau kamu belum mencintai aku, tapi gapapa, Mas. Aku tau kamu orang baik dan setia," kata Chika menatap kedua bola mata Devan, membuatnya salah tingkah.

  • Looking for Happines   Dia Tetap Tak Mencintaiku?

    *****HAPPY_READING*****"Ommmaaaa," teriak Chika ketika memasuki rumahnya.Oma Tri terlihat bahagia melihat kepulangan Devan dan Chika, "Gimana liburannya? Pasti menyenangkan 'kan?" tanya Oma."Iya, menyenangkan sekali, Oma," kata Chika tersenyum lebar.Devan masih terlihat lesu, "Oma, aku istirahat dulu yaa?" kata Devan."Iya, kamu istirahat aja Mas, pasti kecapean juga," ucap Chika.Chika menceritakan semua kebahagiannya kepada Oma, tapi dia menutupi perasaannya yang hancur karena kehadiran Clara disana. Chika tak berani menceritakannya, apalagi dia sudah diancam oleh Devan, suaminya itu. Chika hanya bercerita yang manis-manis saja."Beneran? Devan udah berubah?" tanya Oma dengan sangat girang."Iya, Oma. Do'akan saja semoga hubungan kita akan membaik," kata Chika."Iya, Oma juga gak sabar pengen mempunyai buyut, anak dari Devan dan kam

  • Looking for Happines   Kejutan Menyedihkan

    *****HAPPY_READING*****Malam pun telah tiba, Chika sudah bersiap untuk acara dinner nanti malam bersama Devan. Dia sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh Anita dan Hito yang sudah meluangkan waktunya."Makasih yaa kalian udah bantuin aku," ucap Chika."Sama-sama, Chik," balas Anita."Pokoknya kalau lo butuh bantuan, gue akan selalu ada buat lo, Chik," kata Hito mengangkat alisnya.Chika sudah memakai dress selutut dengan rambut terurai indah. Dia memoleskan sedikit make-up untuk membuat wajahnya semakin cantik dan manis."O yaa, Pak Devan jam berapa pulang?" tanya Anita."Biasanya jam 20.00 udah pulang," jawab Chika."Duuhh, gimana yaa Chik? Sebelumnya gue minta maaf, gue harus pulang cepet soalnya ada acara pengajian nih," ucap Anita.Chika tersenyum, "Udah, gapapa kok, keluarga itu lebih penting, Nit. Kamu pulang gih, dianter aja sama Hito,

  • Looking for Happines   Indah?

    *****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika sudah rapi untuk pergi ke Resto. Dia sengaja memakai dress dan juga higheels, agar Devan bisa meliriknya walau sedikit. Selama ini, Chika begitu polos dan selalu diam. Tapi, untuk kali ini, dia akan belajar untuk memperbaiki diri agar menarik perhatian suaminya itu. Dia tak ingin Clara selalu menang dan menang."Bik, Mas Devan mana?" tanya Chika melihat sekelilingnya."Emmm...Pak Devan gak pulang, Non," jawab Bik Jumi menunduk.Chika langsung duduk dan menikmati roti hangat yang sudah disiapkan oleh Bik Jumi. Dia mengoleskan sedikit selai strawberry untuk menambah selera makannya. Chika tak ingin terlalu larut dalam kesedihan itu. Dia harus membuat Devan mempercayainya."Aku harus yakinin Mas Devan, kalau aku gak pernah ngunciin Clara," ucap Chika pelan.Selesai sarapan, Chika langsung mengambil tasnya di kamar, d

  • Looking for Happines   Lambat

    *****HAPPY_READING*****Hari pun sudah pagi, Devan terbangun dan menyadari kalau dia tengah memeluk seseorang."AAAAAA," teriak Devan.Chika terbangun akibat teriakan Devan yang sangat dekat dengan area telinganya itu."Kenapa, Mas? Pagi-pagi kok udah teriak aja?" tanya Chika mengucek matanya."Kamu ngapain tidur disini?""Kan semalem Mas yang narik tangan aku," ucap Chika dengan santai."Halah! Gak mungkin! Itu pasti kamu godain saya 'kan?" bentak Devan."Mas, aku 'kan istri kamu, aku bisa godain kamu sepuas hati aku. Kalau aku godain pria lain, baru deh kamu marah," kata Chika menatap mata Devan.Devan langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi, karena dia harus menemani Indah jalan-jalan.Sementara, Chika masih tersenyum-senyum karena Devan memeluknya semalaman. Walau dalam keadaan tak sadar, Chika bahagia sekali.

  • Looking for Happines   Tiga Belas

    *****HAPPY_READING*****Chika terus menatap mata Devan yang sedang fokus menyetir. Dia memandang wajah tampannya."Kenapa?" tanya Devan."Gapapa, Mas. Kamu tampan," jawab Chika semakin dekat dengan wajah Devan."Apa sih!" bentak Devan."Mas, jangan marah-marah deh, nanti tampannya ilang lho," ucap Chika sambil tersenyum.Devan diam tak menggubris perkataan Chika, dia sedikit salah tingkah dengan ucapan Chika."O ya, Mas, nanti aku mau belanja dulu. Turunin aja di supermarket," kata Chika."Syukurlah!""Nanti jemput aku lagi yaa?" rengek Chika."Nanti saya hubungi Mang Ujang," kata Devan."Gak mau," kata Chika memegang tangan Devan.Devan melepaskan tangan Chika, "Jangan gini, saya lagi nyetir.""Kalau lagi gak nyetir, berarti boleh dong pegang tangan Mas," kata Chika."Gak juga," kata Devan.Devan berhenti di depan Supermarket, Chika pun turun."Dadaaahhh, su

  • Looking for Happines   Empat Belas

    *****HAPPY_READING*****Tiga hari kemudian, Chika sudah mulai kembali tersenyum seperti biasanya. Kini, Chika tak mau posesif dengan Devan. Chika hanya ingin menjalani hidupnya secara lurus."Aku tau, cinta memang gak bisa dipaksakan. Mulai hari ini, aku gak akan memaksa Mas Devan untuk mencintai aku. Tapi, kewajibanku sebagai istri akan tetap ku jalankan. Kalau memang kita bejodoh selamanya, mungkin akan ada jalannya untuk Mas Devan bisa mencintai aku dengan caranya sendiri," batin Chika.Bik Jumi sedang menyiram tanaman di luar."Bik, aku keluar dulu yaa?" kata Chika sambil tersenyum."Iya, Non."Bik Jumi tampak senang karena melihat Chika sudah ceria lagi. Dua hari ke belakang, Chika memang sangat memikirkan rumah tangganya. Itu sangat menguras emosi dan fikiran. Kini, Chika akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan."Oh yaa, kalau Mas Devan udah bangun, tolong bilangin, kalau makanan udah siap di meja makan," pesa

  • Looking for Happines   Lima Belas

    *****HAPPY_READING*****Hari ini adalah hari weekend. Indah sudah berada di rumah Devan. Tentunya, Indah mengajak mereka untuk berjalan-jalan ke Pantai sesuai janji Devan kepadanya."Indah, kamu udah siap?" tanya Chika yang sudah berpakaian rapi dengan rambut diikat ke belakang."Udah, Kak. Nih, aku udah bawa peralatan renang nanti disana," jawab Indah mengacungkan beberapa barang yang sudah ada di dalam tasnya.Tak berapa lama, Devan juga keluar dengan pakaian rapi dan menenteng sebuah tas yang berisikan baju ganti dan peralatan lainnya."Let's gooo!" ajak Indah mengacungkan ke lima jarinya.Mereka masuk ke dalam mobil, "Kak Chika di depan aja," kata Indah."Aku mau nemenin kamu, Ndah," ucap Chika.Indah langsung menutup dan mengunci pintu belakang, "Kak Chika di depan yaa? Aku mau rebahan," teriak Indah langsung merebahkan badannya di jok belakang.Akhirnya, Chika menuruti permintaan Indah untuk duduk di

Bab terbaru

  • Looking for Happines   Tiga Puluh

    *****HAPPY_READING*****Devan dan Rendy langsung keluar untuk mencari keberadaan Indah."Siapa yang berani nyentuh adik gue, akan berhadapan langsung sama gue!" teriak Devan.Rendy merasa bersalah, harusnya kemarin dia menjaga Indah sampai Oma Tri datang. Tapi, semuanya sudah terlanjur."Maafin gue Dev, kemarin gue buru-buru dan gak tau kalau Oma belum pulang," ucap Rendy."Sekarang kita cari kemana?" tanya Devan.Rendy menunduk dan memikirkan nasib Indah. "Kalau sampai dia kenapa-napa, gue pasti akan bersalah banget.""Sekarang kita fokus cari Indah," kata Devan.Mereka pun tak kehabisan akal, mereka langsung nyamperin ke rumah teman-teman Indah.***°POV Chika°"Hoaaammmm."Aku menggeliat dan bangun dari tidurku. Kehamilan pertama ini benar-benar membuatku lemas dan ingin tidur selalu. Tapi, aku harus tetap semangat dan berjalan-jalan di pagi hari. Kurang lebih dua bulan

  • Looking for Happines   Dua Puluh Sembilan

    *****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika dan Devan sudah duduk di ruang makan. Mereka menantikan kehadiran Indah dan juga pacarnya."Mas kenapa?""Gapapa sayang," jawab Chika.Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Chika dan Devan berjalan ke arah pintu utama.Ketika Chika membuka pintu, "Hah? Itu 'kan Rendy?""Ngapain dia kesini?" tanya Devan.Setelah Rendy keluar dari mobil, dia membukakan pintu. Lalu, keluarlah seorang perempuan yang begitu cantik di hadapan mereka. Perempuan itu sudah tak asing lagi, yaitu Indah."Jadi, ini?" tanya Devan mendekati mereka berdua.Keduanya hanya tersenyum melihat Devan."Waah kalau ini aku setuju banget," ucap Chika penuh bahagia."Kalau Kak Devan gimana?""Hmmm, setuju gak yaa?" goda Devan.Indah menyenggol tangan Devan, "Ih, Kak."Chika langsung mengajak mereka masuk untuk mengobrol-ngobrol lebih lanjut lagi. Bik

  • Looking for Happines   Dua Puluh Delapan

    *****HAPPY_READING*****Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Kini, tepat tujuh bulan Chika mengandung buah hati Devan dan Chika."Nak, baik-baik di perut Mama yaa sayang," kata Chika mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.Devan masuk ke dalam kamar dan mendekati Chika.Cup!Sebuah kecupan mendarat di perut Chika. Seolah mengerti, sebuah tendangan kecil dari dalam perutnya terasa saat Devan memegang perut Chika."Anak Papa udah ngerti yaa," ucap Devan."Padahal tadi diem aja, eh pas ada Papanya langsung aktif," timpal Chika.Devan menggandeng Chika menuju ke lantai bawah untuk sekedar bersantai. Untuk usahanya, Chika sudah mempercayakan tokonya kepada karyawannya. Begitu pun dengan Devan, dia sudah jarang ke Resto karena fokus untuk menjaga Chika yang sedang mengandung. Oma pun melarang Devan untuk jauh dari Chika, apalagi semenjak Clara masih saja mengusik kehidupan rumah tangganya."Duuh,

  • Looking for Happines   Dua Puluh Tujuh

    *****HAPPY_READING*****Praang ... Buk !Suara kaca pecah akibat hantaman batu yang dilempar oleh Clara.Devan segera berlari ke arah kaca dan membuka pintu mobil."Auuuww," rintih Chika memegang kepalanya yang sudah bersimbah darah.Devan panik, dia terlihat khawatir sekali. Sementara Clara yang melihat kejadian itu, ia langsung pergi untuk melarikan diri."Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Devan."A—aku gapapa—"Seketika, Chika tak sadarkan diri. Devan segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang baik untuk istrinya.Tak jauh dari sana, Devan sudah menemukan sebuah rumah sakit. Dia langsung turun dan membopong tubuh istrinya itu. Darah mengalir tak henti-hentinya dari kepala Chika, tepatnya di kepala sebelah kiri."Sayang, kamu bertahan," ucap Devan.Devan segera masuk ke dalam, dia terus memanggil perawat untuk segera menanganinya."Bap

  • Looking for Happines   Dua Puluh Enam

    *****HAPPY_READING*****°POV Chika°Kini, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Devan. Aku bahagia karena Mas Devan sudah membuka hatinya untuk aku. Jadi, perjuangan dan pengorbananku selama ini telah dibayar oleh kebahagiaan."Chika, maafin aku yaa untuk semuanya," ucap Mas Devan."Iya Mas. Sebelum kamu minta maaf juga udah aku maafin kok," ucapku tersenyum bahagia.Aku tak mampu menyembunyikan kebahagiaanku ini. Aku tersenyum dan terus bersyukur karena Mas Devan sudah bisa membuka hatinya untuk aku.Mas Devan membuka pintu rumah."Chikaaaa," teriak Oma Tri menyambut kedatanganku dengan girang."Omaaa," balasku langsung memeluk Oma dengan bahagia.Indah ikut nemeluk, dan kami pun berpelukan bertiga seolah-olah sudah satu abad tidak bertemu. Aku sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup aku."Devan gak berbuat aneh-aneh lagi 'kan?" tanya Oma menatap tajam Mas Devan."Enggak Oma.

  • Looking for Happines   Dua Puluh Lima

    *****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Devan sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia mencoba menghubungi handphone Chika, tapi tetap tak aktif.Indah sudah berada di meja makan, dia melihat Devan keluar dari kamarnya."Kak, sarapan dulu," ucap Indah."Nanti aja.""Tapi, Kak, jangan sampe peurt Kakak kosong.""Gapapa Ndah," ucap Devan."Aku ikut," kata Indah langsung bangkit dan mengikuti Kakaknya dari belakang.Lalu, mereka pergi ke toko milik Chika. Devan berharap, kalau Chika ada disana. Indah pun sama, dia ikut membantu Devan untuk kembali bersama Chika. Indah hanya ingin kebahagiaan Devan dan Chika."Menurut kamu, Oma akan maafin Kakak gak?" tanya Devan."Oma baik, pasti dia akan maafin Kakak. Oma hanya sedang emosi saja.""Baiklah, Kakak janji, Kakak akan mencintai dan membuat bahagia Chika, kamu dan Oma," ucap Devan membuat hati Indah lega dan senang.'Akhirnya, Kak Devan sudah menc

  • Looking for Happines   Dua Puluh Empat

    *****HAPPY_READING*****Devan langsung berjalan perlahan menghampiri perempuan itu. Dia langsung berhenti."Ternyata bukan," ujarnya menghela nafas.Devan langsung duduk di sebuah bangku, dia memikirkan Chika lagi. Devan sangat terpukul karena dia baru menyadari semua kesalahannya."Harusnya aku sadar dan percaya sama Chika, dia baik, dia cantik dan kini dia sangat berarti buat hidup aku," ucap Devan pelan.Devan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri dari awal pernikahannya. Dia sangat menyesali telah menyakiti perasaan Chika selama setahun lebih pernikahannya."Aku harus cari dia sampai ketemu!" ucap Devan beranjak pergi.***°POV Clara°Setelah semua kejadian itu, aku masih tidak percaya, ternyata Rendy adalah sahabat Devan, pacarku sendiri. Andaikan dari awal aku tau, mungkin aku lebih baik putusin Devan. Tapi, sekarang dua-duanya menjauh dari aku, aku harus bagaimana lagi? Hari ini, aku tida

  • Looking for Happines   Dua Puluh Tiga

    *****HAPPY_READING*****°POV Devan°Pagi ini, aku sangat tidak bersemangat sekali. Kejadian semalam, membuat aku berfikir keras dan aku masih tidak percaya kalau Clara tega mengkhianati aku dengan sahabatku sendiri. Memang aku yang salah, tidak seharusnya aku masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Rendy tidak salah, dia juga berhak mendapatkan wanita lain. Tapi, kenapa harus dengan Clara? Entahlah, isi otakku sekarang seakan-akan mau meledak.Aku berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Tapi, aku seperti kehilangan sesuatu. Ya! Aku tidak melihat Chika disana, biasanya dia sudah duduk di kursi sebelah. Kemana dia? Apa dia masih tidur?Aku mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai rasa cokelat ke atasnya."Biasanya Chika yang selalu membuatkan aku roti bakar, mungkin dia masih tidur karena kecapean," gumamku sambil menikmati roti itu.Tak lama, Bik Jumi sudah berada di depanku membawakan segelas susu."Silahk

  • Looking for Happines   Dua Puluh Dua

    *****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j

DMCA.com Protection Status