Dengan perasaan gugup gadis cantik yang bernama Myli Xandria mulai mempercepat langkah nya menuju parkiran kampus.
Seseorang telah menunggu nya, dua orang berpakaian rapih mengenakan jas hitam dan dengan perawakan tinggi besar sedang berdiri menatap langkah mungil Myli mengarah pada mereka.
"Kenapa lama sekali? kami sudah kepanasan karena menunggumu." Ucap salah satu dari dua orang tersebut.
"Maaf, kuliah ku baru selesai. Kalian kenapa kemari?" Tanya Myli dengan gugup dan sedikit lelah."Ingat janjimu? bukankah kau harus melunasi nya bulan ini?" Myli melihat sekeliling setelah mendengar ucapan yang di katakan salah seorang dari mereka."Bisa kita bicarakan ini di tempat lain pak Mus?" ucap Myli."Masuk lah, sekalian kita pergi makan.""Makasih, Josh." Ucap Myli pada lelaki yang sedikit lebih muda dan tampan dari pak Mus.Myli memasuki mobil, dan mereka meninggalkan parkiran kampus."Bisa kau lunasi pembayaran bulan ini Myli?"
"Tapi.." "Bisa kita bicarakan tentang ini setelah makan pak Mus?" Sela Josh."Ini yang membuat kita selalu hampir dapat masalah, karena kau terlalu lembut pada Myli. Kita bahkan hampir di pukuli Boss karenamu." Ucap Mus dengan nada kesal nya menatap Josh yang sedang menyetir.Myli hanya menatap Josh kaget atas perkatan pak Mus yang ia dengar. Myli tak berani menyela karena seperti nya pak Mus sedikit emosi.Josh dan Mus adalah anak buah dari Louis Alexander.Karena bisnis keluarga Xandria yang goyah, Ayah Myli terpaksa berhutang pada tuan Louis Alexander untuk menutupi kerugian yang di alami. Namun setelah berhutang Milyaran, bisnis keluarga Xandria tetap mengalami kerugian dan itu yang membuat tuan Xandria ayah Myli memilih bunuh diri bersama ibu Myli.Myli sempat depresi namun jangan kan depresi, menangis pun seolah tak di perbolehkan untuk nya karena ia harus memikirkan cara agar hutang yang di tinggalkan sang ayah bisa lunas.Beruntung nya beberapa teman ayah Myli membantu Myli, Myli juga terpaksa menyerahkan rumah dan semua harta yang di tinggalkan oleh ayah nya namun itu belum cukup untuk melunasi hutang-hutang tersebut.Kini Myli harus tinggal di sebuah kamar yang ukurannya lumayan kecil, dan harus bekerja berbagai kerjaan setelah pulang kuliah untuk mencari tambahan untuk melunasi hutang-hutang nya.Myli bisa kuliah karena ia mendapatkan beasiswa penuh, dan itu sangat membantu dalam kehidupan Myli karena ia tak perlu memikirkan biaya kuliah di samping ia juga sedang mengumpulkan uang untuk membayar hutang orang tua nya.
Terkadang Josh dan Mus yang membantunya mengulur waktu agar Myli bisa mengumpulkan uang nya.
Josh merupakan mantan orang kepercayaan ayah Myli, karena ia juga perlu melanjutkan hidup ia mulai bekerja di tempat Louis Alexander.
Itulah sebabnya Josh lunak pada Myli walaupun sebenarnya ia adalah seorang rentenir yang berdarah dingin apabila dengan yang lain.
"Kita sudah sampai, turun lah." Ucap Josh memecahkan lamunan Myli.
Myli memasuki ruangan dan hanya duduk diam tanpa bicara sampai mereka menyelesaikan makan siang mereka.
Setelah menyelesaikan makan siang mereka, Josh merogoh kantong celananya untuk mengambil rokok.
Josh menghisap rokok tersebut sambil menyenderkan kepala nya ke dinding seolah melepaskan semua rasa lelah yang ia rasakan.
"Jadi kapan kami dapat kan uangnya?" celetuk pak Mus menatap dingin Myli.Dengan wajah yang nampak bingung Myli hanya menundukkan kepalanya "Bisakah beri saya waktu lima hari? Aku berjanji akan mentransfer uang nya pada kalian." Pinta Myli.Myli benar-benar tak tau harus berkata apa, bagaimana mungkin ia bisa mengumpulkan uang dua ratus juta dalam lima hari? dimana lagi ia meminta bantuan. semua teman ayahnya yang Myli tau sudah membantunya.Ia tak mungkin kembali ke teman-teman ayah nya untuk meminta bantuan kembali.Myli hanya menundukkan kepalanya dengan tatapan kosong, sementara Josh menatap nya.
Josh tau ini berat untuk Myli, wanita yang masih berusia 21 tahun harus menanggung beban yang bukan main. Harus kehilangan kedua orang tua, hidup miskin, dan harus menanggung beban membayar hutang yang bukan sedikit.
"Baiklah kalau begitu, bisa kita pergi sekarang?"
Pak Mus berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kasir.Myli mengikuti di belakang pak Mus bermaksud untuk membayar makanannya sendiri."Apa yang kau lakukan?" Pak Mus berbalik dan menatap Myli saat Myli merogoh tas nya untuk mengambil uang."Ba.. bayar makan." Jawab Myli terbata-bata.
"Simpan uangmu dan gunakan untuk membayar hutang-hutangmu. Jangan buat masalah untuk kita bertiga karena hutangmu yang tak kau lunasi." Ucap pak Mus
Myli lagi-lagi menundukkan kepala nya, namun kini perasaan Myli sedikit bergetar karena ternyata pak Mus terdengar peduli padanya."Kemana tujuan mu setelah ini? biar kami antar." Ucap Josh yang sudah berdiri di sampingnya sambil memegang kepalanya."Tak perlu, kebetulan tempat kerjaku di dekat sini." Ucap Myli."Baiklah kalau begitu." Pak Mus dan Josh pun berlalu meninggalkan Myli sendiri.Tak lama setelah pak Mus dan Josh pergi, Myli pun pergi meninggalkan tempatnya dan menuju gang kecil sebelah rumah makan untuk mengambil jalan pintas agar cepat sampai ketempat nya bekerja.Namun, baru beberapa langkah Myli memasuki gang kecil tersebut, ia melihat seseorang memakai setelan hitam duduk tersandar tak sadar kan diri sambil memegangi perut nya.Myli nampak ragu untuk melanjutkan langkah nya."Apa aku kembali saja." Ucap Myli lirih sambil mundur beberapa langkah."Kau."Myli seketika berhenti, dan tersentak karena orang yang ia kira pingsan tiba-tiba mengeluarkan suara dan menatap kearah nya dengan tatapan sayu seolah kesakitan tapi tatapan matanya tetap terlihat tajam."Kau kemarilah."
Kini Myli merasa takut, karena hanya mereka berdua di gang sempit dan gelap tersebut. Myli melihat sekeliling untuk mencari senjata namun tak ada yang dapat ia temukan.
"Mendekat lah, aku tak akan bisa menyakitimu."Suara orang tersebut kembali memanggilnya, namun suara nya terdengar lebih rendah dari yang awal Myli dengar.
Dengan tangan dan kaki yang bergetar Myli memberanikan diri maju dan mendekat secara perlahan."Kau, bisa rogoh saku celanaku?" Begitu banyak darah, Myli merasa pusing melihat darah yang begitu banyak.Bahkan ia tak bisa fokus mendengarkan ucapan orang yang meminta bantuannya."Hei kau!! Jangan lihat darah nya. Lihat saja wajah ku". Ucap laki-laki tersebut mencoba menenangkan Myli walaupun ia merasa sangat kesakitan.
Mendengar ucapan pria tersebut Myli mengangkat kepalanya dan menatap orang yang berada di depannya.
"Jika kau sudah tenang, bisa kau ambil handphone ku yang ada di saku celanaku?" Ucap sang pria sambil menekan perut nya yang terus mengeluarkan darah.Dengan tangan gemetar Myli merogoh saku celana sang pria dan mengambil handphone nya."Saya akan telpon ambulance dan polisi tunggu seben.." belum menyelesaikan ucapannya tangan Myli tiba-tiba di genggam dengan keras.
"Jangan!! tekan tombol satu, itu akan langsung tersambung. kau tak perlu berbica cukup tekan tombol angka satu."
Walaupun kebingungan Myli segera melakukan apa yang di ucapkan laki-laki itu.Ia segera menekan tombol angka satu dan itu tersambung. Namun tak ada yang berbicara, 2 menit berlangsung tanpa ada suara panggilan telpon tersebut terputus dengan sendirinya.
Myli tambah kebingungan karenanya, ia melihat pria tersebut mulai lemas.Myli merogoh tas nya mengambil sapu tangan untuk menutupi luka pria tersebut agar darah dari perutnya berhenti keluar.
"Apa yang harus kulakukan, kenapa darah nya tak berhenti keluar." Tanpa sadar Myli mulai menangis karena ia sudah cukup keras menekan luka sang pria namun pendarahan nya tak kunjung berhenti."Kau..." Suara pria tersebut terdengar lebih rendah dari sebelumnya.Myli yang menyadari orang yang ia tolong mulai kehilangan kesadaran berusaha menggoyangkan tubuh pria tersebut agar tetap sadar."Tuan tetap sadar. Jangan menakuti saya, anda harus tetap membuka mata anda." Ucap Myli dengan air mata yang bercucuran.Namun usaha Myli seperti nya tak berhasil, pria tersebut sudah tak sadarkah diri.Myli mulai bergetar, orang yang berada di depannya sudah kehilangan kesadarannya. Myli benar-benar bingung, Myli akhir nya menelpon kembali nomor yang ia telpon sebelumnya. Belum sempat tersambung, tiba-tiba beberapa pria dengan setelan jas hitam dan berbadan tegap mulai datang menghampiri Myli yang masih menekan perut pria tersebut. Lima orang berjas hitam berdiri di depan Myli, salah satu nya nampak seperti pemimpin mereka terlihat tenang menatap Myli, dan orang yang terluka yang di bantu Myli. "Dimana Boss?" Seseorang dengan Jas putih sepertinya dokter menyela barisan pria berjas hitam dan menghampiri Myli. "Haaa, tolong. Darah... Darah nya tak mau berhenti keluar." dengan nada tersedu-sedu Myli berusaha meminta bantuan. "Tenang lah." Ucap pria berjas putih tersebut sambil mencari sesuatu di se
Kepala pelayan yang mendengar pertanyaan Myli dan melihat Myli kebingungan membuatnya tersenyum. "Anda ada di kediaman tuan Bright Myers" ucap sang kepala pelayan dengan senyuman tipis di wajahnya. Myli kebingungan setelah mendengar nama Bright Myers. "Bright Myers? aku rasa aku pernah mendengar nama itu. Nama nya tak asing." Batin Myli. Nada dering telepon Myli memecahkan lamunannya, kini telponnya berdering kembali. Segera ia mengambil handphone nya yang berada di atas nakas dan memeriksa siapa yang menelpon. "Boss?"Dengan raut wajah yang cemas , Myli merasa bimbang untuk mengangkat telpon nya. Melihat raut wajah Myli membuat kepala pelayan penasaran dan bertanya, "Ada apa nona? Siapa yang menelepon Anda?" "Bukan siapa-siapa." Jawab Myli dengan senyum canggung nya. Namun handphone nya tak berhenti berbunyi, dan yang menelepon adalah orang yang sama. "Apa
Malam itu, setelah makan malam selesai Myli pergi menemui Bu Maria untuk meminta ijin agar bisa berjalan-jalan dalam mansion.Sangat besar dan luas, mulai dari gaya arsitektur, properti yang di miliki hingga apa saja yang ada di dalam nya membuat Myli melongo dan masih tak percaya ia bisa berada di dalam mansion yang megah tersebut.Langkah demi langkah menggunakan kaki nya yang masih sakit, Myli yang berjalan pincang akhir nya terhenti di depan sebuah pintu yang cukup besar dan megah.Myli menatap kagum dengan apa yang ia lihat di depannya."Waw, ruangan apa ini? kenapa pintu nya saja semegah ini?" Batin Myli.Myli tertarik dengan hanya melihat pintu itu. Ia penasaran, ia ingin mengetahui apa yang ada di dalam nya.Myli melihat sekitarnya, dan itu sangat sepi dan tak ada orang satu pun.Tapi ia tak tau bahwa sudah ada yang memperhatikan nya dari belakang. Saat akan memegang gagang pintu, tiba-tiba ia di kaget kan oleh seseo
Walaupun Bright sudah sadarkan diri, namun Myli masih tak bisa pulang karena malam sudah larut dan juga Bright masih menunggu hasil penyelidikan Earth.Myli kembali ke kamar yang sudah di siapkan oleh Bu Maria. Sedangkan Bright yang seharusnya masih harus beristirahat malah sudah sibuk membolak-balik halaman berkas di ruang kerjanya di temani oleh dokter Mike.Dokter Mike sudah lelah menyuruh Bright untuk beristirahat dan tak usah menghiraukan pekerjaan nya, namun apalah daya karena pada akhirnya Bright tak akan pernah mau mendengar ucapannya.Dari pada berdebat, dokter Mike lebih baik mengawasi nya saja walaupun ia hanya duduk memainkan ponselnya."Kembali ke kamar mu. Kau sangat menggangu di sini." Ucap Bright mencoba mengusir dokter Mike."Bila kau ingin aku kembali ke kamar ku sebaiknya kau juga kembali ke kamar mu untuk beristirahat." Ucap dokter Mike.Bright tak menghiraukan ucapan Mike, ia teap melanjutkan pekerj
Mendengar hal yang di sampaikan sang pelayan, Myli segera mengikuti sang pelayan dan berjalan di belakang nya.Melihat Myli yang pergi dengan tergesa- gesa, membuat Bright juga beranjak mengikuti Myli dan meninggalkan Metta.Nampak jelas di wajah Metta, ia sudah lelah selalu di abaikan oleh Bright.Myli berjalan memasuki kamar yang ia tempati di ikuti oleh Bright di belakang nya."Bu Maria, maaf saya dari taman belakang. Maaf membuat anda menunggu." Ucap Myli menghampiri.Namun pandangan Bu Maria tertuju pada seseorang yang ada di belakang Myli, tapi segera Bright memberikan kode pada Bu Maria agar diam dan jangan sampai Myli tau kalau Bright di belakang nya."Bu Maria?" Panggil Myli karena Bu Maria nampak tak fokus."Oh, benar. Maaf nona Myli, ngomong- ngomong ada perlu apa anda men
"Myli!! Dari mana saja kau beberapa hari ini?" Ucap pak Mus menghampiri saat melihat Myli datang."Pak Mus. Apa yang anda lakukan di sini? bukan kah perjanjiannya lima hari?" Jawab Myli gugup."Aku tau, tapi Boss kami datang lebih cepat dari yang kami perkirakan. Dan sekarang ia berada di kantor memeriksa semua laporan pembayaran."Myli menggenggam tangan nya kuat, ia tau apa yang di maksudkan pak Mus, apabila Myli tidak membayar hutang nya sekarang yang kena impasnya adalah pak Mus dan Josh.Myli tak punya pilihan lain saat ini. Ia harus menemui Louis Alexander dan meminta kerinanan secara langsung."Pak Mus, saya ingin bertemu Tuan Louis Alexander." Pinta Myli."What? Myli. Apa kau serius dengan apa yang kau minta barusan? Dengarkan aku, bukan kah aku dan Josh sudah memberi tau mu bagaimana dan seperti apa orang yang bernama Louis Alexander?" Jawab pak Mus.Sedikit terkejut dengan permintaan Myli, pak Mus nam
Melihat ekspresi yang di tunjukkan Myli, membuat Louis Alexander mundur beberapa langkah dan kemudia tertawa, "Hahahaha. Hey Mus, lihat ekspresi wanita yang kau bawa ini. Aku bahkan tak melakukan apa- apa pada nya tapi dia sudah gemetar ketakutan, bahkan lihat matanya. Hahahahaha, sungguh lucu, mata nya mengeluarkan Air mata." Ucap Louis dengan nada mengejek. "Hey, tenanglah. Aku tak akan berbuat apapun padamu. Aku tak akan pernah tertarik dengan wanita yang berpenampilan seperti dirimu." Louis Alexander tak henti- henti nya menghina penampilan Myli. Bahkan Louis juga terlihat jijik dan benci dengan orang yang ada di hadapan nya sekarang. Myli tak mmbalas ucapan Louis, ia hanya menerima nya namun hati nya sangat sakit sehingga air mata nya mengalir tak tertahankan. Selain hinaan yang d ucapkan Louis, ia juga tak tahan melihat Josh yang tak sadarkn diri. "Tuan Alexander yang terhormat,
Lima belas menit berlalu Myli menangis sambil membersihkan luka Josh, dan Josh tak kunjung sadar.Dan akhirnya pak Mus datang membawa seorang dokter dan segera memeriksa luka- lukaJosh. Untung nya Josh tak mengalami patah tulang. Hanya beebrapa robek di wajah dan lengan sebelah kanannya.Setelah luka- luka Josh di jahit dan mendapatkan penanganan, dokter meresepkan beberapa obat dan segera meninggalkan tempat dengan di antar oleh pak Mus."Aku akan segera kembali. Kau bisa istirahat di kamar Josh. Disana kosong tapi mungkin agak seddikit berantakan." Pesan pak Mus meninggalkan Myli.Myli hanya mengangguk dan tetap berada di samping Josh menunggu nya sadar.Karena kelelahan akhir nya Myli tertidur di samping Josh.Josh akhir nya sadar karena ia merasakan sakit pada lengannya yang terluka.Seteleh melihat sekeliling Josh sekarang tau bahwa ia sudah beraa di Apartemennya, dan di samping nya sudah ada Myli yang duduk sambil tidur
"Hei tuan saya tanya siapa anda?" Tanya Myli sekali lagi, tapi pria itu tak menjawab.Walaupun penglihatannya Rabun, Myli mencoba melihat sekeliling. Setelah sadar kalau dia hanya sendirian bersama pria yang tak ia kenal Myli panik dan segera berdiri.Namun pria yang berada di depannya segera menahan bahu nya, dan membuat Myli kembali duduk. Setelah membuat Myli kembali duduk, pria tersebut ikut duduk di samping Myli tanpa bicara ia hanya menatap tetesan air hujan di samping Myli.Myli takut, namun ia masih bersikap tenang dengan cara bergeser agar tak terlalu dekat dengan pria yang belum ia kenali tersebut karena matanya masih rabun setelah menangis.Malam semakin larut, Bus yang biasanya sudah datang dari tadi namun tak kunjung datang. Hujan mulai reda, dan kini hanya menyisakan hawa dingin.Myli merubah pikirannya untuk menggunakan bus untuk pulang hari ini. Myli segera berdir
Lima belas menit berlalu Myli menangis sambil membersihkan luka Josh, dan Josh tak kunjung sadar.Dan akhirnya pak Mus datang membawa seorang dokter dan segera memeriksa luka- lukaJosh. Untung nya Josh tak mengalami patah tulang. Hanya beebrapa robek di wajah dan lengan sebelah kanannya.Setelah luka- luka Josh di jahit dan mendapatkan penanganan, dokter meresepkan beberapa obat dan segera meninggalkan tempat dengan di antar oleh pak Mus."Aku akan segera kembali. Kau bisa istirahat di kamar Josh. Disana kosong tapi mungkin agak seddikit berantakan." Pesan pak Mus meninggalkan Myli.Myli hanya mengangguk dan tetap berada di samping Josh menunggu nya sadar.Karena kelelahan akhir nya Myli tertidur di samping Josh.Josh akhir nya sadar karena ia merasakan sakit pada lengannya yang terluka.Seteleh melihat sekeliling Josh sekarang tau bahwa ia sudah beraa di Apartemennya, dan di samping nya sudah ada Myli yang duduk sambil tidur
Melihat ekspresi yang di tunjukkan Myli, membuat Louis Alexander mundur beberapa langkah dan kemudia tertawa, "Hahahaha. Hey Mus, lihat ekspresi wanita yang kau bawa ini. Aku bahkan tak melakukan apa- apa pada nya tapi dia sudah gemetar ketakutan, bahkan lihat matanya. Hahahahaha, sungguh lucu, mata nya mengeluarkan Air mata." Ucap Louis dengan nada mengejek. "Hey, tenanglah. Aku tak akan berbuat apapun padamu. Aku tak akan pernah tertarik dengan wanita yang berpenampilan seperti dirimu." Louis Alexander tak henti- henti nya menghina penampilan Myli. Bahkan Louis juga terlihat jijik dan benci dengan orang yang ada di hadapan nya sekarang. Myli tak mmbalas ucapan Louis, ia hanya menerima nya namun hati nya sangat sakit sehingga air mata nya mengalir tak tertahankan. Selain hinaan yang d ucapkan Louis, ia juga tak tahan melihat Josh yang tak sadarkn diri. "Tuan Alexander yang terhormat,
"Myli!! Dari mana saja kau beberapa hari ini?" Ucap pak Mus menghampiri saat melihat Myli datang."Pak Mus. Apa yang anda lakukan di sini? bukan kah perjanjiannya lima hari?" Jawab Myli gugup."Aku tau, tapi Boss kami datang lebih cepat dari yang kami perkirakan. Dan sekarang ia berada di kantor memeriksa semua laporan pembayaran."Myli menggenggam tangan nya kuat, ia tau apa yang di maksudkan pak Mus, apabila Myli tidak membayar hutang nya sekarang yang kena impasnya adalah pak Mus dan Josh.Myli tak punya pilihan lain saat ini. Ia harus menemui Louis Alexander dan meminta kerinanan secara langsung."Pak Mus, saya ingin bertemu Tuan Louis Alexander." Pinta Myli."What? Myli. Apa kau serius dengan apa yang kau minta barusan? Dengarkan aku, bukan kah aku dan Josh sudah memberi tau mu bagaimana dan seperti apa orang yang bernama Louis Alexander?" Jawab pak Mus.Sedikit terkejut dengan permintaan Myli, pak Mus nam
Mendengar hal yang di sampaikan sang pelayan, Myli segera mengikuti sang pelayan dan berjalan di belakang nya.Melihat Myli yang pergi dengan tergesa- gesa, membuat Bright juga beranjak mengikuti Myli dan meninggalkan Metta.Nampak jelas di wajah Metta, ia sudah lelah selalu di abaikan oleh Bright.Myli berjalan memasuki kamar yang ia tempati di ikuti oleh Bright di belakang nya."Bu Maria, maaf saya dari taman belakang. Maaf membuat anda menunggu." Ucap Myli menghampiri.Namun pandangan Bu Maria tertuju pada seseorang yang ada di belakang Myli, tapi segera Bright memberikan kode pada Bu Maria agar diam dan jangan sampai Myli tau kalau Bright di belakang nya."Bu Maria?" Panggil Myli karena Bu Maria nampak tak fokus."Oh, benar. Maaf nona Myli, ngomong- ngomong ada perlu apa anda men
Walaupun Bright sudah sadarkan diri, namun Myli masih tak bisa pulang karena malam sudah larut dan juga Bright masih menunggu hasil penyelidikan Earth.Myli kembali ke kamar yang sudah di siapkan oleh Bu Maria. Sedangkan Bright yang seharusnya masih harus beristirahat malah sudah sibuk membolak-balik halaman berkas di ruang kerjanya di temani oleh dokter Mike.Dokter Mike sudah lelah menyuruh Bright untuk beristirahat dan tak usah menghiraukan pekerjaan nya, namun apalah daya karena pada akhirnya Bright tak akan pernah mau mendengar ucapannya.Dari pada berdebat, dokter Mike lebih baik mengawasi nya saja walaupun ia hanya duduk memainkan ponselnya."Kembali ke kamar mu. Kau sangat menggangu di sini." Ucap Bright mencoba mengusir dokter Mike."Bila kau ingin aku kembali ke kamar ku sebaiknya kau juga kembali ke kamar mu untuk beristirahat." Ucap dokter Mike.Bright tak menghiraukan ucapan Mike, ia teap melanjutkan pekerj
Malam itu, setelah makan malam selesai Myli pergi menemui Bu Maria untuk meminta ijin agar bisa berjalan-jalan dalam mansion.Sangat besar dan luas, mulai dari gaya arsitektur, properti yang di miliki hingga apa saja yang ada di dalam nya membuat Myli melongo dan masih tak percaya ia bisa berada di dalam mansion yang megah tersebut.Langkah demi langkah menggunakan kaki nya yang masih sakit, Myli yang berjalan pincang akhir nya terhenti di depan sebuah pintu yang cukup besar dan megah.Myli menatap kagum dengan apa yang ia lihat di depannya."Waw, ruangan apa ini? kenapa pintu nya saja semegah ini?" Batin Myli.Myli tertarik dengan hanya melihat pintu itu. Ia penasaran, ia ingin mengetahui apa yang ada di dalam nya.Myli melihat sekitarnya, dan itu sangat sepi dan tak ada orang satu pun.Tapi ia tak tau bahwa sudah ada yang memperhatikan nya dari belakang. Saat akan memegang gagang pintu, tiba-tiba ia di kaget kan oleh seseo
Kepala pelayan yang mendengar pertanyaan Myli dan melihat Myli kebingungan membuatnya tersenyum. "Anda ada di kediaman tuan Bright Myers" ucap sang kepala pelayan dengan senyuman tipis di wajahnya. Myli kebingungan setelah mendengar nama Bright Myers. "Bright Myers? aku rasa aku pernah mendengar nama itu. Nama nya tak asing." Batin Myli. Nada dering telepon Myli memecahkan lamunannya, kini telponnya berdering kembali. Segera ia mengambil handphone nya yang berada di atas nakas dan memeriksa siapa yang menelpon. "Boss?"Dengan raut wajah yang cemas , Myli merasa bimbang untuk mengangkat telpon nya. Melihat raut wajah Myli membuat kepala pelayan penasaran dan bertanya, "Ada apa nona? Siapa yang menelepon Anda?" "Bukan siapa-siapa." Jawab Myli dengan senyum canggung nya. Namun handphone nya tak berhenti berbunyi, dan yang menelepon adalah orang yang sama. "Apa
Myli mulai bergetar, orang yang berada di depannya sudah kehilangan kesadarannya. Myli benar-benar bingung, Myli akhir nya menelpon kembali nomor yang ia telpon sebelumnya. Belum sempat tersambung, tiba-tiba beberapa pria dengan setelan jas hitam dan berbadan tegap mulai datang menghampiri Myli yang masih menekan perut pria tersebut. Lima orang berjas hitam berdiri di depan Myli, salah satu nya nampak seperti pemimpin mereka terlihat tenang menatap Myli, dan orang yang terluka yang di bantu Myli. "Dimana Boss?" Seseorang dengan Jas putih sepertinya dokter menyela barisan pria berjas hitam dan menghampiri Myli. "Haaa, tolong. Darah... Darah nya tak mau berhenti keluar." dengan nada tersedu-sedu Myli berusaha meminta bantuan. "Tenang lah." Ucap pria berjas putih tersebut sambil mencari sesuatu di se