Kanaya ashifa pratama ialah gadis muda yang memiliki kesederhanaan dan wajah yang mampu memikat para lelaki. ia berasal dari keluarga terhormat, ayah nya Alden leon pramata ialah ayah yang begitu tangguh membesarkan putrinya.
Kanaya di kenal sebagai wanita yang lemah lembut, Sederhana, dan baik hati.
Bisa di katakan, kehidupan Kanaya begitu indah, di sayang banyak orang, berasal dari keluarga terhormat dan menjadi satu satu nya cucu perempuan dari keluarga Pratama.
Namun siapa sangka, di balik senyum ceria yang selalu ia pancarkan, ia menyimpan luka dan kerinduan yang amat besar kepada seseorang yang sangat berjasa dalam hidupnya.Ialah ibunya. Kanaya begitu merindukan wanita yang telah berjuang melahirkan nya ke dunia. Wanita yang selalu merawatnya ketika sakit, wanita yang selalu menasehatinya dengan lembut ketika ia berbuat salah. Wanita yang begitu Kanaya sayangi.
Bunda Kanaya telah meninggal ketika ia berumur 10 tahun, dan sejak saat itulah Kanaya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Dulu, Kanaya tak pernah tahu betapa berharganya seorang ibu dalam kehidupan kita. Dan saat ia telah kehilangan nya, Kanaya hanya bisa memohon kepada Tuhan untuk mengembalikan ibunya, namun hal itu tidak akan mungkin terjadi.
Terkadang, Kanaya iri ketika melihat kebersamaan para sahabatnya bersama ibu mereka. Ia juga ingin merasakannya, namun ia sudah tidak bisa lagi, karena sekarang Kanaya hanya memiliki ayah.
Pesan Kanaya buat kalian, "jangan pernah sia sia kan ibu atau pun ayah kalian ketika ia masih hidup dan masih bisa bersama kalian. Karena kehilangan orang tua adalah hal yang begitu menyakitkan dalam hidup kita, sayangilah mereka, balas lah jasa mereka meskipun apa yang kita beri tak akan pernah sebanding dengan yang mereka berikan kepada kita. Mumpung masih ada kesempatan, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang begitu berharga yang Tuhan berikan kepada kita."
,***
Saat ini, Kanaya sedang berada di dapur membantu maid yang sedang memasak. Di rumah mewah itu, mereka hanya tinggal berdua, setelah bunda Kanaya meninggal.
Para maid hanya datang siang hari, dan akan pulang ketika hari sudah menjelang malam. Dan hal itu membuat Kanaya kesepian, ketika ayahnya kerja itu artinya ia akan sendirian di rumah saat malam telah tiba.
Alden leon pratama, sosok ayah yang begitu menyayangi Kanaya, Alden membesarkan Kanaya hanya sendiri, tanpa bantuan dari keluarga nya. Kanaya waktu itu, masih terlalu kecil untuk kehilangan ibunya, dan Alden bertekad akan selalu membahagiakan Kanaya, putri kesayangannya.
Ia begitu bangga memiliki anak seperti Kanaya, selain selalu bersikap manis, ia juga begitu sopan dan menghormatinya.
"KANAYAA SINI DULU NAK," panggil Alden di ruang tamu.
Mendengar panggilan dari ayahnya, Kanaya yang sedang berada di dapur bergegas menghampiri Alden yang di ketahui berada di ruang tamu, karena tadi ia sempat melihatnya.
"Iya yah. Ayah manggil Kanaya?" tanya Kanaya sopan, ketika berada di hadapan Alden.
Alden meletakkan koran yang sedang ia baca di atas meja, lalu ia mengalihkan padangan nya pada Kanaya.
"Iya, kamu duduk dulu," kata Alden.
Kanaya menurut, ia duduk di samping Alden, dan menunggu apa yang akan ayah nya itu katakan.
"Kanaya nya ayah udah dewasa kan, udah bisa menentukan mana yang baik dan buruk. Ini saatnya ayah memberi mu sesuatu."
"Apa itu ayah?" tanya Kanaya.
"Hadiah terakhir dari bunda mu,"
Mendengar hal itu, tiba tiba saja perasaan Kanaya seperti di hantam berbagai benda tajam yang menusuknya, begitu menyakitkan, dan membawanya kembali kepada ingatan dimana ia melihat bundanya menghembuskan napas terakhirnya, dan ia tidak bisa berbuat apa apa untuk menolongnya.
Alden mengambil sebuah kotak yang memang ia letakkan di atas meja, dekat koran nya.
Benda persegi itu, ia berikan kepada Kanaya. Dengan tangan bergetar, Kanaya mengambilnya.
Dengan hati hati, Kanaya membuka kotak persegi itu, dan hal yang pertama kali ia lihat adalah sebuah surat, foto foto, dan juga sebuah kotak kecil yang Kanaya tak tahu apa isinya.
Kanaya terlebih dahulu mengambil surat itu, dan membacanya dengan air mata yang mengalir tanpa ia sadari.
Usai membaca surat itu, Kanaya mengambil beberapa foto yang ternyata adalah foto dirinya ketika masih kecil, senyuman bahagia ibunya yang terpancar dari dalam foto, membuat hatinya begitu sakit, ia begitu rindu dan sangat ingin memeluk bundanya yang telah tiada.
Lalu yang terakhir, ia mengambil kotak kecil itu, dan membukanya. Dan ternyata isinya adalah sebuah liontin dan di dalam nya ada foto mereka bertiga, foto dirinya ketika bayi.
Kanaya menangis tersedu sedu di depan ayah nya, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi, ia begitu rapuh ketika menyangkut ibunya.
Alden segera membawa tubuh putrinya untuk ia dekap. Ia begitu tak tega ketika kanya nya itu menangis, ia merasa tak pernah bisa menjadi ayah yang baik buat Kanaya.
Yang Kanaya tidak ketahui. Ternyata bunda nya begitu menyayangi nya, beliau meninggalkan surat yang begitu berharga baginya, namun kenapa ayahnya baru memberikan surat itu padanya.
"A..yah andaikan bun..da masih a..da hiks hiks," lirih Kanaya dalam pelukan Alden.
"Sayang udah nak, jangan nangis lagi. Bunda udah tenang di sana," kata Alden menenangkan Kanaya dengan mengusap lembut punggung putrinya yang bergetar.
"A..yah maafin Kanaya hiks..hikss... Karena ka..naya bunda pergi."
"Nak, jangan salahin diri kamu, bunda akan sangat marah ketika kamu menyalakan diri sendiri, bunda gak pernah suka melihat kamu nangis." kata Alden yang juga ikut meneteskan air mata.
Kelemahan Alden adalah ketika Kanaya menangis, sedih, dan terluka. maka hal itu ia berusaha membuat Kanaya selalu senang, tak peduli bagaimana caranya ia akan melakukannya, namun permintaan Kanaya untuk mengembalikan bundanya ke tengah tengah mereka, Alden tentu saja tak bisa mengabulkan permintaan Kanaya, karena ia bukan Tuhan yang bisa mengembalikan seseorang yang telah tiada.
"Tapi itu benar yah.. Hiks.. Hiks.. Andaikan waktu itu, bunda gak menyelamatkan Kanaya, mungkin sekarang bunda masih ada."
"Seharusnya Kanaya yang pergi ayah hiks... Hiks.. Seharusnya bunda masih ada, Kanaya benar benar jahat, telah membuat bunda pergi.. Maafin Kanaya hiks..hiks."
"Kanaya. Bunda menyelamatkan kamu waktu itu. Karena bunda sayang sama kamu, bunda kamu sakit."
"Tapi kenapa harus mengorbankan dirinya hiks.. Kenapa bunda harus meninggal... Kanaya sakit yah.. Kebahagiaan Kanaya di bawa pergi sama bunda."
"Nak, coba dengerin ayah, bunda pergi karena memang sudah di panggil yang maha kuasa, dan tugas kita hanya bisa mengikhlaskan. Kalo Kanaya sedih, bunda akan ikutan sedih. Kanaya gak mau kan liat bunda nangis.. Karena bagaimana pun juga bunda akan selalu berada di hati kita, di hati ayah dan hati Kanaya. Ia selalu bersama kita hanya saja, kita tak bisa melihat nya lagi, tapi bunda bisa melihat kita. Jangan sedih lagi yah." kata Alden dengan begitu lembut.
Kanaya menggangguk kecil dalam pelukan Alden, meskipun ia masih sesenggukan.
****
Malam nya, Kanaya sedang berada di kamar sendirian. Yah ayah nya sedang berada di kantor dan kemungkinan beliau akan pulang lebih lambat dari biasanya.
Kanaya itu bisa di bilang penakut sejak di tinggal bundanya. Tapi tidak mungkin Kanaya egois untuk meminta ayah nya selalu menemani nya karena ayah juga sibuk kerja. Para maid yang datang pun gak sampai malam, dan seperti inilah Kanaya ketika berada di rumah namun gelap telah datang.
Berdiam diri di kamar, tidak ngapa ngapain, palingan cuma mainin hp sebentar habis itu di sampan lagi. Bosan. Tentu saja naya selalu merasa bosan dan kesepian.
"Duh ngapain ya? Sepi banget perasaan," gumam naya sambil melihat langit langit kamar nya.
Saat ini sudah pukul 21.30 malam.
Namun Kanaya masih belum mengantuk, bisanya ia sudah tertidur di jam segini, namun untuk malam ini, entah kenapa ia tak merasakan ngantuk sama sekali."Ayah kok lama pulang nya."gumam naya.
Karena terlalu bosan, akhirnya ia bangun dari berbaring nya, lalu melangkah mendekati jendela untuk melihat bintang bintang yang bersinar tak seterang biasanya.
Kanaya memandangi bintang bintang itu, jika dulu ia begitu antusias dan senang ketika melihat bintang namun sekarang ia bahkan ragu hanya sekedar untuk melihat keatas langit ketika malam hari.
Hal itu karena ia selalu teringat dengan bunda nya. Dulu, ketika sedang ada waktu luang, bunda Kanaya akan mengajak nya jalan jalan keluar hanya sekedar untuk melihat bintang malam yang bersinar begitu indah. Beliau selalu bercerita tentang bintang, tentang bulan, matahari, alam semesta dan masih banyak lagi.
Suara bundanya yang begitu lembut ketika bercerita, selalu membuat nya rindu dan berharap suara itu bisa lagi ia dengar kembali meskipun hanya semenit.
"Bunda sekarang udah bahagia ya disana," kata naya berusaha tersenyum, meskipun sebenarnya ia tengah menahan tangis nya.
"Bunda jangan marah ya. Karena naya itu bandel dan sering nangis."
"Bund, naya mau ngomong sesuatu, entah itu bunda akan dengar atau tidak, tapi naya cuma mau bilang ini. "Bunda terima kasih telah berjuang untuk melahirkan Kanaya ke dunia ini, dan merawat Kanaya sampai berumur 10 tahun. Terima kasih karena bunda telah memilih ayah sebagai ayah nya naya. Ayah begitu baik dan penyayang, dia adalah super hero nya Kanaya. Makasih juga karena bunda dan ayah telah berjasa di kehidupan Kanaya, tanpa kalian mungkin Kanaya gak akan pernah ada di dunia ini. Jika kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya, kanaya ingin meminta maaf karena naya lah penyebab bunda pergi, maafkan Kanya bunda hiks...,"
Kini, naya sudah tak bisa lagi menahan tangis nya, air mata nya jatuh seiring dengan kata kata yang ia ucapkan. Hal yang belum pernah naya sampaikan pada bunda nya. Jika ada kesempatan kedua atau pun waktu yang bisa di kembalikan pada kejadian lalu, maka Kanaya akan memilih untuk pergi di bandingkan bunda nya yang harus pergi, karena kehilangan lebih menyakitkan di banding meninggalkan.
Tiba tiba, naya di kejutkan dengan turun nya hujan. Dengan segera ia naik ke atas ranjang nya, dan duduk di tengah tengah kasur, dengan kedua tangan yang menutup telinga sembari memejamkan mata nya.
Hujan, petir, suara gemuruh dan hal lain yang sejenisnya adalah suatu hal yang membuat Kanaya begitu ketakutan dan hanya menangis.
Ketika hujan turun, disertai dengan suara petir, gemuruh yang bersautan selalu mendatangkan bayang bayang saat di mana ia menyaksikan langsung bunda nya di siksa dan dirinya hanya bisa berdiam diri menyaksikan kesakitan yang bunda nya rasakan dan saat ia menghembuskan nafas terakhir.
Ketakutan dan suara tangis sekarang memenuhi kamar Kanaya yang tadi nya sepi bagaikan tak berpenghuni.
"AYAH TOLOOOOONG," Ucap naya lantang dengan suara keras.
"NAYA TAKUT HIKS.. PERGI!" ucap Kanaya kacau.
"Ayah hiks..hiks.."
****
Sedangkan di tempat lain, Alden baru saja keluar dari kantor nya. Saat tadi hujan, ia langsung teringat Kanaya yang sedang sendirian di rumah.
Maka Alden pun bergegas untuk pulang, meski pun masih ada yang belum selesai, tapi Kanaya lebih penting bagi nya saat ini.
"Semoga aja kamu sudah tidur nak, dan tidak mendengar hujan ini," gumam Alden.
Alden sendiri bingung mengapa bisa hujan turun secara tiba tiba, jika tadi dia tahu mungkin akan pulang lebih awal.
Alden sampai di parkiran kantor, dan segera masuk ke mobil dan melaju dengan kecepatan di atas rata rata untuk pulang.
Sampai lah Alden di rumah nya, ia segera masuk untuk melihat keadaan putri nya. Alden tanpa berganti pakaian terlebih dahulu ia memilih langsung ke kamar naya ketika indra pendengar nya mendengar suara seseorang yang sedang menangis.
Ia membuka pintu dengan cukup keras, karena tadi ia mengira Kanaya mengunci pintu tapi ternyata tidak, untung saja Alden tidak tersungkur ke lantai.
Melihat naya yang keadaan nya seperti itu, Alden segera menghampiri nya dan membawa naya ke dalam pelukan nya sembari menenangkan anak itu.
"Kanaya, ini ayah sayang. Jangan takut ya," ucap Alden mengelus sudah panjang Kanaya.
"A..yah?" hiks," gumam naya entah itu sadar apa tidak.
"Iya sayang, jangan takut. Udah ada ayah, tenang ya nak."
Alden segera menelpon dokter Mira.
"Halo dok,"
......
"Bisa datang kesini, Kanaya sedang ketakutan tapi anak itu tak ingin berhenti menangis."
......
"Baik dok, terima kasih."
Setelah itu, ia menutup telpon dan kembali berfokus pada naya.
35 menit kemudian....
Dokter Mira, yang tadi di telpon oleh Alden kini sudah sampai, melihat pintu rumah yang terbuka ia segera masuk.
Dokter 41 tahun itu melangkah ke arah kamar Kanaya, yang memang sudah ia tahu letak nya karena sudah sering berkunjung ke sini.
"Pak Alden," sapa Dokter Mira setelah masuk ke kamar Kanaya.
"Dokter Mira, alhamdulillah dokter telah datang."
Dokter Mira berjalan ke sisi ranjang, lalu mengeluarkan sebuah suntik yang memang sudah ia siapkan sedari tadi. Dokter Mira pun menyuntikkan obat itu pada naya.
Perlahan, Kanaya mulai tenang dan menutup matanya, di bantu dokter mira Alden memperbaiki posisi tidur Kanaya dan menyelimuti nya hingga sebatas dada.
"Terima kasih dok, sudah meluangkan waktunya untuk datang."
"Sama sama pak Alden. Kanaya sudah saya anggap sebagai anak sendiri jadi jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada saya."
"Apa naya akan baik baik aja?"tanya Alden.
"Setelah bangun, Kanaya akan baik baik saja dan melupakan apa yang di alami nya malam ini, bapak gak usah khawatir."
"Iya dok."
"Kalo gitu saya permisi pak Alden, ini juga sudah malam."
"Iya, maaf saya gak bisa ngantar."
"Gak papa."
Dokter mira pun pergi dari rumah mewah itu.
Paginya, Kanaya bangun dengan wajah segar seperti tak terjadi apa apa semalam.Ia pun mulai melakukan rutinitas seperti biasanya.Setelah usai, Naya melangkah menuju ke dapur, karena maid belum datang. Maka dari itu ia yang akan membuat sarapan pagi bersama ayahnya.Naya termasuk wanita yang gak pandai memasak, maka itu ia hanya membuat nasi goreng ala kadarnya. Untung lah ayah nya tidak banyak pilih pilih makanan, yaps bisa di bilang naya itu anak yang sangat menyukai kesederhanaan.Meskipun hidup bergelimpangan harta, naya tak pernah menyombongkan dirinya apa lagi menghambur hambur kan uang untuk hal yang berguna.Jika kebanyakan anak orang kaya lainnya, akan mengoleksi tas harga miliyaran, justru naya hanya memiliki beberapa tas di lemari nya itu pun yang termahal 30 juta, pemberian dari ayah nya.Karena naya tau bertapa sulitnya mencari uang. Pekerjaan naya adalah menj
2 minggu berlalu Kini Kanya sudah memutuskan apa yang harus ia lakukan, ia sudah memikirkannya matang matang, dan semua resikonya akan ia tanggung.Kanaya menghampiri ayahnya yang sedang berkutat di depan komputer, di ruang kerja nya.Tok. Tok. Tok."Ayah...""Masuk," kata Alden.Setelah mendapat izin, Kanaya dengan gerakan pelan membuka pintu itu, dan berjalan ke arah ayahnya yang fokus pada komputer di depannya."Apa Kanaya ganggu ayah," tanya Kanaya melihat ayah nya sedang sibuk."Enggak, tapi tumben putri ayah ke sini," jawab Alden sembari masih fokus pada komputer nya."Naya pengen ngebahas masalah 2 minggu yang lalu yah soal perjodohan itu."Alden mengalihkan fokusnya pada komputer lalu menatap seksama naya, siapa tau aja kan ia salah dengar."Ayah kira kamu udah lu
Flashback on.6 tahun yang lalu.Saat Alvin baru menduduki kelas 3 SMA, tak sengaja saat pulang sekolah, ia menabrak seorang gadis. Gadis itu terluka pada bagian kaki nya, Alvin segera turun dari motor dan membantu gadis yang baru saja ia tabrak."Sorry gue gak sengaja," kata Alvin sambil berjongkok di hadapan gadis itu dan mengecek apa saja yang terluka pada gadis itu.Gadis itu yang tadi nya menunduk, menjadi mendongak ketika mendengar Penuturan Alvin. Tak sengaja, pandangan mereka bertemu dan terdiam untuk beberapa saat, ada perasaan asing yang Alvin rasakan ketika menatap gadis di depan nya.Gadis yang di ketahui masih SMA, di lihat dari seragam sekolah nya namun berbeda dengan seragam yang di kenakan Alvin, itu artinya mereka berbeda sekolah."Kaki lo berdarah, sakit ya," kata Alvin menunjuk pada kaki si gadis."Lumay
Di pagi hari, Alvin bermimpi, memimpikan gadis itu. Dengan penuh airmata yang membasahi pipinya, alvin meracau memanggil gadis itu kembali. Padahal ini sudah 5 tahun sejak yuna pergi.Mendengar Alvin yang mengigau, Kanaya yang masih terpejam mendadak bangun, dan segera menghampiri Alvin yang memang tidur di sofa yang ada di kamar."Alvin," panggil naya mencoba membangunkan Alvin.Namun tetap saja, Alvin masih terus menangis sambil mengatakan 'jangan pergi'."Alvin," panggil naya lagi"Alvin.""Alvin bangun, ini udah pagi!" teriak naya pada akhirnya.
Tepat jam 10, bi Ana datang, maid yang bertugas menggantikan posisi bi siti selama pulang kampung."Assalamualaikum," kata bi ana."Waalaikum salam," kata Naya membukakan pintu.Naya memerhatikan wanita muda itu,"Maaf nyari siapa?" tanya naya."Saya maid yang di suruh nyonya untuk menggantikan bi siti untuk sementara di rumah ini," kata bi ana sambil tersenyum ramah."Ohh, yaudah silahkan masuk bi," kata naya sambil membawa nya ke ruang tamu."Makasih non.""Bibi ini bi ana?" tanya Naya karena ini pertama kalinya mereka bertemu."Iya non, nama saya Ana," kata maid itu sopan."Panggil naya aja. Bibi kayak masih muda gitu deh," kata Naya yang memperhatikan bi Ana layak nya wanita berumur 20an."Iya non, saya berusia 26 tahun," jawab bi ana.Naya membolakan mata nya kaget. Bi ana ini ma
4 bulan berlalu.Sejak itu, hubungan alvin dan kanaya semakin dekat layak nya pasangan suami istri pada umum nya.Alvin yang dulunya cuek, tak menerima perjodohan itu kini ia mulai menunjukkan perhatiannya meskipun itu terbilang kecil, namun mampu membuat Naya merasa menjadi istri yang sesungguhnya meskipun tanpa ikatan cinta.Kanaya tidak mengerti perasaannya, apakah ia mulai mencintai Alvin apa enggak, namun saat berdekatan atau hanya sekedar berbicara dengan Alvin membuat ia merasa senang, dan ketika ia pulang larut membuat ia tidak tidur menunggu nya pulang, tak jarang, ia tidur di sofa.Ia pun tak tahu, apa yang membuat Alvin yang dulunya Tidak menyukai kehadirannya. kini, pria itu mulai menunjukkan perhatian nya, walau pun hanya sekedar menyapa ketika pulang kerja atau pun menemani nya menonton ketika ia sedang libur kerja. Dan janji nya untuk mengantar dan menjemput naya untuk mengajar benar benar d
Gabriel Ezra abraham Ialah nama dari pemuda tampan yang saat ini berusia 23 tahun, seumuran dengan putri. Pemuda yang bukan hanya memiliki wajah rupawan, kekayaan yang berlimpah namun ia juga memiliki hati yang begitu baik.Pemuda yang biasa di sapa gabriel itu, memiliki perasaan kepada Putri sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya, ia hanya menganggap putri sebagai sahabat nya, seperti yang lain. Namun, tiga tahun bersahabat, sejak kedatangan putri. Ia mulai memiliki perasaan hingga saat ini.Gabriel berbeda dari yang lain. Jika pemuda seusianya akan menghabiskan waktu di luar ketika malam, ia hanya akan tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga atau pun belajar di kamar nya hingga ia tertidur.Karena baginya masa muda bukan hanya untuk kesenangan dan kebebasan saja. Dan Gabriel tak ingin masa muda nya hanya sia sia saja.
Indonesia. Tak terasa satu minggu telah berlalu. Dan kini saatnya bagi Kanaya dan Alvin untuk kembali ke rumah ayah bisma. Saat telah sampai, mereka di sambut dengan hangat oleh bunda karin yang memang sedang di rumah, sengaja menunggu menantu kesayangannya. Selama mereka berdua pergi rumah mewah ini begitu sepi. Sama seperti dulu, ketika Alvin belum menikah. Alasan Alvin cepat menikah adalah untuk meramaikan rumah ini dan juga agar mereka cepat mendapatkan cucu, pewaris keluarga abraham, salah satu Orang terkaya di dunia. "Akhirnya menantu kesayangannya mama datang," ucap karin sambil merangkul naya ke dalam rumah. Sedangkan Alvin bertugas membawa barang barang. "Gimana sayang disana, naya bersenang senang kan?"tanya karin setelah duduk di sofa bersama naya. "Iya ma, makasih udah ijinin Kanaya menginap di sana," ucap Kanaya
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba