Tepat jam 10, bi Ana datang, maid yang bertugas menggantikan posisi bi siti selama pulang kampung.
"Assalamualaikum," kata bi ana.
"Waalaikum salam," kata Naya membukakan pintu.
Naya memerhatikan wanita muda itu,
"Maaf nyari siapa?" tanya naya."Saya maid yang di suruh nyonya untuk menggantikan bi siti untuk sementara di rumah ini," kata bi ana sambil tersenyum ramah.
"Ohh, yaudah silahkan masuk bi," kata naya sambil membawa nya ke ruang tamu.
"Makasih non."
"Bibi ini bi ana?" tanya Naya karena ini pertama kalinya mereka bertemu.
"Iya non, nama saya Ana," kata maid itu sopan.
"Panggil naya aja. Bibi kayak masih muda gitu deh," kata Naya yang memperhatikan bi Ana layak nya wanita berumur 20an.
"Iya non, saya berusia 26 tahun," jawab bi ana.
Naya membolakan mata nya kaget. Bi ana ini masih muda untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. "Serius? Berarti cuma tiga tahun di atas saya dong."
"Iya non," jawab bi ana tersenyum canggung.
"Kalo gitu aku panggil kak ana aja ya," pinta Naya.
"Jangan non, panggilan itu gak pantas buat saya. Karena non adalah majikan saya." kata bi ana.
"Gak papa, lagian kamu bisa saya anggap sebagai kakak saya."
"Tapi non, saya mohon jangan. Saya takut di pecat sama tuan dan nyonya, karena lancang."
"Baiklah, kalo gak mau. Tapi bibi gak usah takut atau sungkan sama saya, anggap saja kalo kita ini teman," kata Naya.
Bi ana yang tak tahu harus bilang apa hanya mengangguk kecil.
"Non naya apa gak papa saya tinggal. Saya mau membereskan kamar nyonya," kata Bi ana meminta izin.
Kanaya berfikir sebentar "iya gak papa. Kalo bibi mau membereskan kamar mama silahkan. Mau saya bantu bi?"
"Gak usah non, biar saya aja. Ini sudah menjadi tugas saya."
"Kamar nyonya dimana non?" tanya bi ana, karena ia belum terlalu tau letak di rumah ini.
"Sini saya antar," kata Naya kemudian berjalan ke lantai dua dimana kamar mama dan papa mertuanya.
"Makasih non."
Setelah mengantar bi ana, naya kembali ke tempat nya tadi.
Setidak nya ia merasa senang ketika orang rumah pergi kerja ada yang menemani nya di rumah ketika sedang tak bekerja.
***
Kanaya memperhatikan bi ana yang begitu telaten membersihkan rumah, masakan nya pun sangat lezat.
Belum sehari aja, mereka sudah dekat layak nya teman pada umum nya bukan maid dan majikan.
"Bi ana," panggil naya masih berada di sofa.
Ana yang merasa terpanggil pun, langsung berlari menuju majikan nya.
"Ada apa non? Non butuh sesuatu?"Kanaya menggeleng sebagai jawaban. "Alhamdulillah sudah non, baru aja selesai."
"Jadi sekarang bibi sudah mau pulang?" tanya kanaya.
"Ini sudah sore non. Tapi kalo non naya gak mau di tinggal sendiri. Saya akan tetap disini sampai nyonya dan tuan datang."
"Makasih bi. Tapi apa rumah bibi gak jauh, kalo nanti pulang nya agak lama."
"Rumah saya dekat non, cuma berjarak sekitar 10 meter dari sini."
"Ohh. Boleh dong bi, kapan kapan saya mampir ke rumah nya bi ana."
"Tentu saja non. Saya akan sangat senang, ketika non berkenan mampir ke rumah."
Mereka pun menghabiskan waktu mengobrol bersama. Dan tak terasa, sudah pukul 5 sore, dan saat itu juga Alvin datang, bi ana pun pamit pada Naya.
Jam 17.00
Alvin sudah pulang, melihat alvin baru datang dengan raut lesu dan juga wajah datar nya, membuat Kanaya yang hendak menemui atau sekadar menyapa mengurungkan niat nya.
Ia hanya melihat Alvin naik ke lantai dua dengan perasaan yang sulit Naya utarakan. Ia gak tahu mengapa akhir akhir ini naya selalu berharap Alvin bisa menerimanya.
Ini adalah pertama kalinya naya dekat dan tinggal bareng sama laki laki setelah ayah nya. Selama ini untuk dekat atau sekedar mengobrol dengan lelaki saja gak bisa, ia begitu tertutup.
Tapi mengapa dengan Alvin, naya seolah ingin membuat Alvin menerima nya. Ingin membuat pria itu menjadi suaminya seutuhnya.
Naya menghembuskan nafasnya kasar lalu kembali ke sofa. Rasanya hari ini, naya gak melakukan apa pun hanya duduk dan menonton.
Beberapa menit kemudian...
Alvin turun sudah berganti pakaian dengan stayle alah rumahan, santai maksudnya. Alvin melangkah ke sofa dan naya mengira ia menghampirinya. Namun ternyata salah, pria itu hanya mengambil charger handphonenya lalu melangkah pergi tanpa menatap ke arah naya sedikit pun.
"Aku seperti penghancur hidup orang. Mengapa bisa aku menikah dengan pria dingin kek dia," batin naya.
Malam harinya, mereka hanya berdua karena mama dan papa sedang ada urusan dan membuat mereka terlambat pulang.
Selesai makan tadi, naya kembali ke sofa sedangkan Alvin entah lah kemana dia. Mereka memang tidak makan bersama, setelah tadi naya mempersiapkan makanan di atas meja, wanita itu memilih menunggu sampai selesai baru lah giliran dia yang makan.
Hari ini Bener benar hari yang buruk buat naya, di rumah hanya ada alvin dan dirinya di tambah hujan turun secara tiba tiba.
Naya yang takut pada hujan, suara gemuruh dan petir hanya bisa meringkuk di atas sofa dengan kedua tangan yang menutup telinganya rapat.
Naya memiliki trauma ketika kecil dulu, sampai sekarang naya takut akan hujan. Jika dulu ada ayah nya yang akan selalu menemani dan menenangkan nya. Kali ini tidak, ia sendiri, benar benar sendiri.
Tanpa terasa, air mata Kanaya turun dengan terisak ia bergumam "ayah.. Hiks..hiks.. Naya takut takut."
Alvin yang dari dapur dan tak sengaja melewati sofa yang duduki Naya. Heran apa yang di lakukan nya.
Alvin fokus pada naya yang meringkuk dengan membenamkan wajah nya dan juga kedua tangan nya yang menutup telinga, takut dengan suara suara aneh yang terus menghantuinya.
Alvin yang tidak tahu apa pun hanya memperhatikan. Baru saja ia akan pergi, tak peduli dengan naya. Tiba tiba suara gemuruh guntur membuat nya ikut kaget, dan tangisan Kanaya semakin keras.
"AKHH Ayah naya takut... Hiks.. Tolong naya, naya gak mau sendirian. Ayah dimana? Peluk naya," isak naya.
"Ayah suruh hujan itu berhenti, naya takut.... Ayah hiks...hiks.. Ayah takut hujan... Suruh hujan nya pergi," isak naya namun semakin lama, nafas nya semakin tak beraturan.
Rasa khawatir menghampiri alvin, ia langsung menghampiri Naya dan memeluk wanita itu, seolah itu lah cara agar bisa menenangkan naya.
Alvin sebenarnya adalah pria yang baik, penyayang dan paling gak tega ketika melihat perempuan menangis. Namun semuanya seakan lenyap ketika wanita yang ia cinta, wanita pertama yang berhasil membuat ia jatuh cinta malah pergi meninggalkan nya.
Naya yang berada di pelukan alvin perlahan lahan mulai tenang, untunglah naya itu setengah sadar jika ia tidak tahu kalo yang memeluk nya saat ini adalah Alvin, bukan ayah nya.
Sedangkan Alvin, detak jantung nya berpacu 2 kali lipat, ia merasa gugup dengan posisi mereka sekarang. Ia deg degan berdekatan dengan naya dan perasaan ini, membuat ia kembali teringat ketika pertama kali bertemu dengan wanita pujaan nya.
Lama terdiam di posisi itu, Alvin mendengar suara dengkuran halus. Dan dapat ia tebak kalo naya sudah tidur.
Maka dengan inisiatif, alvin menggendong naya ke kamar, lalu menidurkan nya dengan penuh hati hati tak lupa juga menyelimuti nya.
Alvin menatap wajah cantik naya yang begitu tenang ketika tertidur. Ini adalah pertama kalinya ia melihat wajah Kanaya, setelah sebelumnya ia bersikap acuh.
"Sorry karena gue udah nyakitin perasaan lo, tapi lo datang di waktu yang tidak tepat," batin Alvin.
Pria itu tidak keluar dari kamar, ia memilih menjaga naya dan duduk di sofa, tempat tidur nya mulai sekarang.
Alvin sengaja berada di kamar, jaga jaga jika Naya terbangun dan kembali takut dengan hujan yang sebenarnya adalah anugrah yang harus di syukuri.
Tepat di jam 11 malam, bisma dan karin baru pulang. Di luar masih hujan.
Karin ingin mengecek apakah naya baik baik saja. Alden, ayah naya sudah memberitahu tentang trauma kanaya yang takut pada hujan, itu semua karena ada hubungan nya dengan kepergian bunda nya.
Karin membuka pintu kamar alvin dan naya pelan. Dapat ia lihat kanaya yang tertidur pulas serta Alvin yang juga tertidur.
Karin tersenyum, kedua kesayangan nya sudah berada di alam mimpi. Karin berjalan ke sisi ranjang, lalu memandangi wajah cantik kanaya yang begitu mirip dengan kaila.
"Tidur nyenyak sayang," ucap karin mengelus surai panjang menantunya.
Tak lupa pula, ia mencium kening kanaya lembut, layak nya seorang ibu pada putri kecil nya ketika akan tidur.
"Terima kasih karena telah mau menjadi menantu mama."
"Kaila, putri mu benar benar cantik dan baik seperti mu. Aku selalu mendoakan mu begitu kanaya agar ia bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan bahagia."
Setelah mengatakan itu, karin tak langsung pergi, ia mengambil selimut di almari lalu menyelimuti putra nya.
"Kembalilah seperti dulu, putra mama yang berbakti," ucap karin sambil mencium kening putranya dengan lembut.
Ia pun keluar dari kamar, untuk beristirahat juga.
****
08.00
Esok hari nya, naya terbangun. Namun naya merasa heran, mengapa ia bisa berada di kamar dan siapa yang menyelimuti nya. Karena perasaan ia sedang menonton di ruang keluarga.
Apakah alvin? Tapi lelaki itu tak ada di kamar ini. Jadi gak akan mungkinlah bila pria dingin itu yang mau membawa nya ke kamar.
Baru saja naya hendak ke kamar mandi, namun pergerakan nya terhenti, saat pintu kamar di buka.
Menampilkan seorang pria tampan yang sudah rapi dengan jas kantor nya, membuat nya semakin sempurna."Udah bangun?" tanya Alvin sambil menutup pintu.
Naya mematung di tempat nya. Apakah Alvin sedang berbicara padanya. Tapi kenapa.
"A...aku?" tanya kanaya sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Hmm. Iya kamu," jawab Alvin tak sedingin biasa nya.
Alvin duduk di kasur, membuat jarak di antara mereka semakin dekat. Jantung kanaya semakin terpacu cepat, apa lagi saat Alvin menatap nya begitu lembut.
"Ini makanan nya. Kata mama makan dulu." kata Alvin menyerahkan nampan berisi makanan.
Naya menerima nya dengan tangan bergetar. Entah lah mengapa ia bisa se gugup ini, hanya karena Alvin. Atau kah ini lah yang dinamakan cinta.
"M....mama emang kemana?" tanya naya masih gugup sembari menatap makanan itu, mengalihkan pandangan nya dari Alvin.
"Mama dan papa udah berangkat kerja. Mama nyuruh kamu buat ngabisin makanannya sebelum berangkat kerja."
Kanaya hanya mengangguk kecil. Ia jadi lupa kalau hari ini, ia sudah mulai bekerja.
Kanaya pun memakan makanan nya dengan lahap, ia juga sudah merasakan lapar saat bangun tidur. Ia bahkan belum membersihkan diri, tapi sudah makan.
Alvin berdiri dari duduk nya. Kemudian ia berkata "aku tunggu di bawah. Kamu siap siap dulu, baru aku antar ke sekolah."
Naya hampir saja kesellek makanan tatkala ia mendengar kata itu di ucap kan oleh Alvin.
Alvin turun ke bawah dan menutup pintu. Membiarkan kanaya untuk bersiap siap.
Kanaya memakan makanan nya dengan cepat, tak ingin membuat Alvin menunggu. Mumpung ia sedang baik, jadi ia harus memanfaatkan ini dengan sebaik baik nya.
Impian kanaya hanya menikah sekali dalam hidup nya. Maka dari itu, ia akan berusaha mencintai Alvin meskipun laki laki itu tak mencintai nya. Kanaya hanya berharap Alvin tak akan meninggalkan nya.
Selesai sarapan, naya segera masuk ke kamar mandi.
Setelah sudah siap. Naya mengambil tas nya serta ponsel yang ada di atas meja. Kemudian wanita 23 tahun itu, turun ke bawah.
Dapat Naya lihat, Alvin sedang sibuk dengan ponsel nya, hingga laki laki itu tak menyadari kehadiran kanaya di sisi nya.
"Eh udah siap," kaget Alvin saat tak sengaja ia menoleh ke samping dan mendapati naya.
Naya hanya mengangguk kecil.
"Yaudah yuk berangkat," kata nya berjalan mendahului kanaya.
Di belakang, kanaya meremas jarinya gugup. Ia masih tak menyangka alvin bersikap manis pada nya.
"Apa ini mimpi?" batin naya.
Naya masuk ke mobil diikuti Alvin. Lalu mobil melaju ke sekolah tempat kanaya mengajar.
Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Alvin yang sibuk menyetir, dan naya yang sibuk dengan Pikiran nya.
Tak terasa, mereka sudah sampai. Naya yang hendak turun di hentikan dengan tangan Alvin yang mencegah nya.
Naya memandang Alvin dengan raut bingung "ada apa?"
"Kalo udah pulang, telepon aku. Nanti aku jemput."
"Tapi nanti kamu sibuk. Aku bisa pesan taksi," tolak kanaya.
"Mulai sekarang aku yang akan mengantar dan menjemput kamu. Jangan protes apa lagi untuk menolak."
"Tapi, aku gak mau ngerepotin kamu."
"Kamu istriku," ucap Alvin.
"Ta..pi bukan kah kamu sendiri yang bilang kalau aku itu...,"
"Maaf soal kemarin. Aku hanya sedang emosi," ucap Alvin menghentikan ucapan kanaya.
"Gak papa. Aku memaklumi nya. Ini memang sulit, tetapi jika kita menjalani nya bersama, itu akan menjadi lebih muda."
"Makasih. Ternyata, kamu memang wanita baik, seperti yang mama bilang."
Kanaya tersenyum menanggapi ucapan Alvin. Ia pun turun dari mobil.
4 bulan berlalu.Sejak itu, hubungan alvin dan kanaya semakin dekat layak nya pasangan suami istri pada umum nya.Alvin yang dulunya cuek, tak menerima perjodohan itu kini ia mulai menunjukkan perhatiannya meskipun itu terbilang kecil, namun mampu membuat Naya merasa menjadi istri yang sesungguhnya meskipun tanpa ikatan cinta.Kanaya tidak mengerti perasaannya, apakah ia mulai mencintai Alvin apa enggak, namun saat berdekatan atau hanya sekedar berbicara dengan Alvin membuat ia merasa senang, dan ketika ia pulang larut membuat ia tidak tidur menunggu nya pulang, tak jarang, ia tidur di sofa.Ia pun tak tahu, apa yang membuat Alvin yang dulunya Tidak menyukai kehadirannya. kini, pria itu mulai menunjukkan perhatian nya, walau pun hanya sekedar menyapa ketika pulang kerja atau pun menemani nya menonton ketika ia sedang libur kerja. Dan janji nya untuk mengantar dan menjemput naya untuk mengajar benar benar d
Gabriel Ezra abraham Ialah nama dari pemuda tampan yang saat ini berusia 23 tahun, seumuran dengan putri. Pemuda yang bukan hanya memiliki wajah rupawan, kekayaan yang berlimpah namun ia juga memiliki hati yang begitu baik.Pemuda yang biasa di sapa gabriel itu, memiliki perasaan kepada Putri sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya, ia hanya menganggap putri sebagai sahabat nya, seperti yang lain. Namun, tiga tahun bersahabat, sejak kedatangan putri. Ia mulai memiliki perasaan hingga saat ini.Gabriel berbeda dari yang lain. Jika pemuda seusianya akan menghabiskan waktu di luar ketika malam, ia hanya akan tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga atau pun belajar di kamar nya hingga ia tertidur.Karena baginya masa muda bukan hanya untuk kesenangan dan kebebasan saja. Dan Gabriel tak ingin masa muda nya hanya sia sia saja.
Indonesia. Tak terasa satu minggu telah berlalu. Dan kini saatnya bagi Kanaya dan Alvin untuk kembali ke rumah ayah bisma. Saat telah sampai, mereka di sambut dengan hangat oleh bunda karin yang memang sedang di rumah, sengaja menunggu menantu kesayangannya. Selama mereka berdua pergi rumah mewah ini begitu sepi. Sama seperti dulu, ketika Alvin belum menikah. Alasan Alvin cepat menikah adalah untuk meramaikan rumah ini dan juga agar mereka cepat mendapatkan cucu, pewaris keluarga abraham, salah satu Orang terkaya di dunia. "Akhirnya menantu kesayangannya mama datang," ucap karin sambil merangkul naya ke dalam rumah. Sedangkan Alvin bertugas membawa barang barang. "Gimana sayang disana, naya bersenang senang kan?"tanya karin setelah duduk di sofa bersama naya. "Iya ma, makasih udah ijinin Kanaya menginap di sana," ucap Kanaya
Esok harinya, Kanaya bangun lebih lambat dari biasanya. Saat terbangun ternyata sudah pukul 08.00. Dan hari ini juga termasuk hari yang penting di sekolah, tempatnya mengajar.Ia dengan terburu buru masuk ke kamar mandi, melakukan rutinitas paginya. Jika biasanya ia mandi 45 menitan, namun saat ini ia hanya bisa 15 menit.Mengingat waktu yang mengejarnya, ia tak bisa se santai biasanya. Dengan cepat, Naya mengambil tas selempang nya dan keluar dari kamar untuk mencari mama karin ataupun Alvin jika belum berangkat ke kantor.Samar samar, ia mendengar suara obrolan."Ma, berapa kali aku bilang, dia gak akan pernah bisa mengganti yuna di hatiku.""Alvin, sekarang Naya yang menjadi istrimu, bukan wanita itu."Suaranya itu berasal dari ruang tamu, dengan langkah pelan, Naya menghampiri mereka. Bukan niat menguping, tapi hanya penasaran.&n
"Yuna? Siapa dia?"Ucap Naya pelan, bahkan hanya terdengar gumaman kecil.Naya perlahan mendekat ke ranjang, di mana Alvin tertidur dengan bekas air mata di kedua pipinya. Alvin mungkin tak sadar jika Kanaya masuk ke kamar dan mendengar semua ucapan nya.Tadi, Naya memang akan berangkat ke sekolah, namun karena sebuah panggilan dari sepupu nya, yang katanya akan mampir ke rumah mertuanya, jadi terpaksa Kanaya tak jadi ke sekolah.Dan sampai di kamar, dirinya mendengar semua perkataan Alvin tentang Yuna. Jujur saja, ia kecewa.Naya tidak tau apakah ini yang dinamakan cinta. Apakah ia sudah mencintai Alvin, suaminya sendiri.Dan jika hal itu benar terjadi, apa yang harus di lakukan nya.Ini adalah pertama kalinya ia merasakan cinta selama hidup nya. Namun ia harus merasakan kekecewaan dengan fakta Alvin memiliki kekasih.
Apakah Alvin sedang cemburu pada si cowok yang belum ia kenal itu. Ayolah, ia bahkan bersikap acuh pada Naya, namun sekarang pria itu terlihat sedang menahan emosi.Karena tak ingin terlalu lama melihat adegan terlalu romantis itu, Alvin memilih ke dapur untuk mengambil minum, tenggorokannya terasa kering.-----Jam 12 siang.Tak terasa, kini jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Naya maupun Raka tak sadar waktu, mereka terus mengobrol dan mengabaikan Alvin yang ternyata ikut bergabung bersama mereka.Setelah dari dapur, Karin memaksa Alvin untuk ke ruang tamu untuk menemani tamu itu dan menjelaskan siapa pria yang sedang bersama istrinya.Ada perasaan lega, mengetahui hal itu. Alvin tak bisa membayangkan jika itu adalah selingkuhan Naya yang ia bawa ke dalam rumah. Dan berniat ingin bercerai darinya, Kanaya tentu saja tidak ingin jadi duda mud
Hari hari berlalu. Ketika akan menapaki tangga tiba-tiba Kanaya merasakan pusing pada kepalanya, seperti diserang ribuan paku, menusuk hingga ke dalam. Ia mengaduh pelan sambil memegang kepala nya dengan tangan kiri dan memegang pegangan tangga di sebelah kanan, rasanya sakit sekali. Kanaya tidak bisa lagi menahannya. Matanya mengerjab pelan demi menghalau rasa pusing yang makin mendera, namun sayangnya ia tidak bisa lagi menahannya serangan di kepalanya makin menjadi seiring dengan mata Kanaya tertutup 1 sempurna. Bruk... Yang aku rasa terakhir kalinya tubuhku jatuh ke lantai marmer yang keras diiringi suara pekikan seseorang dari belakang. ---- Suasana dinding-dinding langit putih polos menyapu penglihatan Naya saat membuka mata pertama kalinya, ia mengerjabkan mata berapa kali sampai kesadaran nya kembali pulih. Pandangannya masih bergoyang akibat pusing yang mendera namun kepalanya tidak sesakit tadi, sepertinya ia baru saja
Aku dan Alvin masih betah dengan posisi yang sama beberapa menit setelahnya, Alvin sepertinya enggan melepaskan Naya dan Naya pun tidak keberatan karena merasa nyaman berada di dalam dekapan hangat Alvin. Belum lagi elusan di rambut Kanaya membuat nya ingin kembali tidur.Namun, seperti ingat sesuatu Naya langsung tersadar akan sesuatu, mata nya terbuka lebar. Rasa kantukku hilang seketika."Mas, nggak ke kantor?" tanya Kanaya panik, ia mengangkat kepala menatap Alvin."Astaga, jam berapa sekarang? Mas Raihan bisa terlambat ke kantor.""Kamu lupa kalau hari ini hari sabtu," ucap Alvin terkekeh menertawakan Kanaya.naya menepuk pelan dahi nya. "Oh iya ya, aku kok bisa lupa," gumam Naya ikut terkekeh."Ya sudah, kita tidur lagi aja," ucap Alvin.Pelukannya makin erat.Baru akan menutup mata. Ketukan pintu membatalkan niat nya untuk tidur kembali."Mas, lepas dulu, aku mau buka pintu," ucap Naya menggoyangkan lengan n
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba