Apakah Alvin sedang cemburu pada si cowok yang belum ia kenal itu. Ayolah, ia bahkan bersikap acuh pada Naya, namun sekarang pria itu terlihat sedang menahan emosi.
Karena tak ingin terlalu lama melihat adegan terlalu romantis itu, Alvin memilih ke dapur untuk mengambil minum, tenggorokannya terasa kering.
-----
Jam 12 siang.
Tak terasa, kini jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Naya maupun Raka tak sadar waktu, mereka terus mengobrol dan mengabaikan Alvin yang ternyata ikut bergabung bersama mereka.
Setelah dari dapur, Karin memaksa Alvin untuk ke ruang tamu untuk menemani tamu itu dan menjelaskan siapa pria yang sedang bersama istrinya.
Ada perasaan lega, mengetahui hal itu. Alvin tak bisa membayangkan jika itu adalah selingkuhan Naya yang ia bawa ke dalam rumah. Dan berniat ingin bercerai darinya, Kanaya tentu saja tidak ingin jadi duda mud
Hari hari berlalu. Ketika akan menapaki tangga tiba-tiba Kanaya merasakan pusing pada kepalanya, seperti diserang ribuan paku, menusuk hingga ke dalam. Ia mengaduh pelan sambil memegang kepala nya dengan tangan kiri dan memegang pegangan tangga di sebelah kanan, rasanya sakit sekali. Kanaya tidak bisa lagi menahannya. Matanya mengerjab pelan demi menghalau rasa pusing yang makin mendera, namun sayangnya ia tidak bisa lagi menahannya serangan di kepalanya makin menjadi seiring dengan mata Kanaya tertutup 1 sempurna. Bruk... Yang aku rasa terakhir kalinya tubuhku jatuh ke lantai marmer yang keras diiringi suara pekikan seseorang dari belakang. ---- Suasana dinding-dinding langit putih polos menyapu penglihatan Naya saat membuka mata pertama kalinya, ia mengerjabkan mata berapa kali sampai kesadaran nya kembali pulih. Pandangannya masih bergoyang akibat pusing yang mendera namun kepalanya tidak sesakit tadi, sepertinya ia baru saja
Aku dan Alvin masih betah dengan posisi yang sama beberapa menit setelahnya, Alvin sepertinya enggan melepaskan Naya dan Naya pun tidak keberatan karena merasa nyaman berada di dalam dekapan hangat Alvin. Belum lagi elusan di rambut Kanaya membuat nya ingin kembali tidur.Namun, seperti ingat sesuatu Naya langsung tersadar akan sesuatu, mata nya terbuka lebar. Rasa kantukku hilang seketika."Mas, nggak ke kantor?" tanya Kanaya panik, ia mengangkat kepala menatap Alvin."Astaga, jam berapa sekarang? Mas Raihan bisa terlambat ke kantor.""Kamu lupa kalau hari ini hari sabtu," ucap Alvin terkekeh menertawakan Kanaya.naya menepuk pelan dahi nya. "Oh iya ya, aku kok bisa lupa," gumam Naya ikut terkekeh."Ya sudah, kita tidur lagi aja," ucap Alvin.Pelukannya makin erat.Baru akan menutup mata. Ketukan pintu membatalkan niat nya untuk tidur kembali."Mas, lepas dulu, aku mau buka pintu," ucap Naya menggoyangkan lengan n
Mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang selama ini kita inginkan itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja kita sebagai perempuan harus bisa menempatkan diri sesudahnya.Antara dia memang mencintaimu atau tidak. Kalau memang dia juga mempunyai perasaan yang sama denganmu maka kamu boleh senang. Tetapi kalau sebaliknya, jika dia tidak mempunyai rasa yang sama denganmu, kamu harus menahan sesak di dada. Kamu harus bisa memahami itu, karena perasaan itu tidak bisa dipaksakan.Dan setelah kamu mengungkapkan rasa itu sepenuhnya, kamu harus bisa untuk bersikap seperti biasanya, tidak boleh menjadi membenci karena dia juga tidak mempunyai rasa yang sama akan kamu.****"Aku jatuh cinta sama kamu," Ucap Naya tiba tiba sembari menatap Alvin disamping nya. "Kalau kamu juga merasakan hal yang sama, tolong kasih tahu aku."Entah keberanian dari mana, Kanaya mampu mengungkap kan peras
Indonesia.4 bulan berlalu.Hari ini, Kanaya memulai paginya dengan sangat bahagia. Senyum lebar tidak pernah meninggalkan wajah cantik nya itu.Saat ini, Kanaya sedang berada di meja makan sendirian, sepertinya Alvin belum selesai berpakaian sehingga pria itu belum menunjukkan batang hidung nya hingga saat ini. Bukanlah hal yang mengejutkan jika Kanaya menghabiskan sarapan nya tanpa ditemani oleh Alvin, dia sudah sangat sering melakukan hal itu. Tak hanya sarapan, bahkan sampai makan malam pun, dia sangat jarang melakukan nya bersama dengan Alvin. Entah lah akhir akhir ini, Alvin sedikit berubah.Di awal pernikahan nya, Kanaya selalu merasa dirinya gagal sebagai seorang istri karena dirinya tak pernah melakukan hal - hal kecil kepada Kanaya seperti yang biasanya dilakukan seorang istri kepada suaminya. Kanaya tidak pernah mengikat dasi Alvin, Kanaya tidak pernah menceritakan masa kecil nya kepada AL
"Nona, kau sudah bisa membuka matamu" ucap salah satu perias yang sedari tadi sibuk merias wajah Kanaya.Mendengar ucapan perias tersebut, Kanaya lantas langsung membuka matanya secara perlahan. Senyum puas langsung tercetak indah di bibirnya saat melihat hasil karya perias tersebut."Apakah kau puas?" tanya perias tersebut sambil tersenyum senang."Tentu saja," jawab Kanaya dengan mantap.Kanaya mengagumi pantulan dirinya yang sedang berada di cermin. Wanita itu terlihat sangat cantik dan angkuh disaat yang bersamaan. Perpaduan antara lipstick matte berwarna merah serta cat eyes membuat Kanaya semakin berbeda.Kanaya yang berada di hadapannya ini sangat berbeda dengan Kanaya 4 bulan yang lalu. Nampaknya, cinta benar benar mengubah seorang Kanaya."Siap untuk mengenakan gaun mu?" bisik perias tersebut.Mendengar bisika
"Aku akan menyapa kolega bisnisku dulu, kau jangan jauh – jauh dariku" ucap Alvin sambil tersenyum dan menarik rangkulannya dari pinggang Kanaya.kanaya hanya menggangguk.Cup.Alvin mencium pipi Kanaya dengan waktu yang lebih lama dari biasanya. Oh my, Alvin sangat totalitas sekali hari ini."Aku pergi dulu. Jika kau melihat aku dalam keadaan urgent, jangan ragu – ragu untuk datang," bisik Alvin."Kau berkata seperti itu seolah – olah aku sering lupa akan kewajiban ku " ucap Kanaya dengan wajah kesalnya."Aku hanya mengingatkanmu, tidak ada yang salah dengan itu" ucap Alvin sambil mengernyitkan dahinya bingung."Sudahlah, pergilah. Aku ingin berkeliling," usir Kanaya dengan nada yang dingin.Aneh.Alvin memicingkan matanya saat mendengar ucapan Kanaya itu. Saat ber
Kanaya menatap Alvin yang sedang berjalan menjauhi seorang wanita yang sedari tadi berbicara kepadanya. Dilihat dari ekspresinya, Alvin terlihat kesal. Apakah wanita itu telah mengusiknya? Apakah Kanaya harus menampar pipi wanita itu?Saat Kanaya menatap wanita yang telah ditinggalkan oleh Alvin, senyum puasnya langsung terbit. Kanaya mendapati raut wajah kecewa dan raut wajah hendak menangis yang ditampilkan di wajah imut wanita itu. Ck! Wanita imut yang malang.Baru kali ini Kanaya mendapati seorang wanita yang langsung menyerah hanya dengan kalimat - kalimat tajam nan dingin milik Alvin. Biasanya, wanita - wanita itu sangat bebal dengan kalimat - kalimat tajam itu dan akan tetap mengekori Alvin sampai Kanaya bertindak, barulah para wanita itu akan meninggalkan Alvin.Ah... andaikan semua wanita itu memiliki ketahanan hati yang lemah seperti wanita imut itu, sepertinya Kanaya tidak akan pernah membiarkan
Kanaya mulai menatap area sekelilingnya dengan bosan. Kakinya sudah sangat lelah untuk berdiri, wajahnya sudah terlalu sakit untuk selalu tersenyum dan bibirnya sudah terasa lelah untuk mengucapkan kalimat perkenalan diri."Kanaya, apa kau sudah lelah, my queen?" tanya Alvin di depan beberapa kolega bisnisnya tanpa maluPertanyaan Alvin itu hanya dibalas dengan sebuah senyum terpaksa dari Kanaya.You, son of a bitch, ALvin!Seharusnya tanpa bertanya, kau sudah tau jawabannya!"Oh my my, tuan Alvin tidak baik lho membiarkan istrimu kelelahan seperti itu, lihatlah wajah kusutnya" canda salah satu istri dari kolega bisnis Alvin."Saya tidak sebegitu lelahnya, nyonya. Terimakasih atas perhatian nyonya" ucap Kanaya dengan sopan sambil tersenyum."Ah iya, apa nyonya Kanaya sudah isi?" tanya wanita itu dengan bersemangat.&n
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba