4 bulan berlalu.
Sejak itu, hubungan alvin dan kanaya semakin dekat layak nya pasangan suami istri pada umum nya.
Alvin yang dulunya cuek, tak menerima perjodohan itu kini ia mulai menunjukkan perhatiannya meskipun itu terbilang kecil, namun mampu membuat Naya merasa menjadi istri yang sesungguhnya meskipun tanpa ikatan cinta.
Kanaya tidak mengerti perasaannya, apakah ia mulai mencintai Alvin apa enggak, namun saat berdekatan atau hanya sekedar berbicara dengan Alvin membuat ia merasa senang, dan ketika ia pulang larut membuat ia tidak tidur menunggu nya pulang, tak jarang, ia tidur di sofa.
Ia pun tak tahu, apa yang membuat Alvin yang dulunya Tidak menyukai kehadirannya. kini, pria itu mulai menunjukkan perhatian nya, walau pun hanya sekedar menyapa ketika pulang kerja atau pun menemani nya menonton ketika ia sedang libur kerja. Dan janji nya untuk mengantar dan menjemput naya untuk mengajar benar benar di tepati oleh pria tampan itu.
Senang? Tentu saja kanaya merasa begitu senang, ternyata mengenal dan dekat dengan seorang lelaki tak seburuk yang ia kira. Kehadiran Alvin telah mengubah hidup nya.
Semakin mengenalnya, semakin ia tahu bahwa suaminya itu ternyata berhati baik, dan begitu penyayang.
Kanaya yang sedang tersenyum sembari melamun, di kejutkan dengan Alvin yang tiba tiba duduk di sampingnya. Jantung keduanya berdetak kencang layaknya remaja yang baru mengenal cinta.
"Mau kerumah ayah?" tanya Alvin. Ia tahu kanaya sangat ingin bertemu dengan Alden.
Kanaya yang masih berusaha menetralkan jantungnya, langsung menoleh ke Alvin dengan perasaan senang.
"Boleh?" tanyanya.
"Hmm, kita bermalam aja di sana, selama seminggu, atau lebih kalo kamu mau," ucap Alvin membuat kanaya begitu senang dan antusias.
"Tapi apa dibolehin sama mama dan papa?" tanya Naya, ia gak mungkin pergi jika mertuanya melarang. Meskipun ia sudah sangat merindukan ayahnya itu.
"Tenang aja, tadi aku udah izin sama mereka. Dan di bolehin."
"Makasih banyak ya vin, aku memang udah kangen banget sama ayah," ucap wanita 23 tahun itu refleks memeluk Alvin.
Deg.
Jantung keduanya semakin terpacu dan keringat dingin membasahi pelipis mereka.
Kanaya yang sadar ia telah melakukan hal yang salah, refleks melepas pelukannya. Dengan perasaan malu, ia menatap alvin yang hanya terdiam di tempatnya. Mungkin terkejut pergerakan tiba tiba Naya yang terlalu bahagia.
"Maaf," cicit naya pelan, dan tidak di dengar oleh Alvin.
"Gak papa."
Setelah itu Hening, mereka sibuk dengan pikiran masing masing.
"Mmm kapan kita kesana?" tanya naya memulai percakapan kembali.
"Sebentar sore."
Kanaya hanya ber oh ria.
Tak lama, Karin ikut duduk di sofa samping naya.
"Lagi ngobrolin apa nih?" tanya Karin yang sedikit kepo.
"Mama kata Alvin, kita boleh nginap di rumah ayah. Mama beneran bolehin," kata naya sekaligus ingin memastikan itu benar atau hanya perkataan alvin saja.
"Iya, mama yang meminta Alvin mengajak kamu nginap di rumah ayah kamu nay, kamu pasti udah kangen banget kan sama rumah. Sekalian juga kamu melepas rindu," ucap karin.
"Terimakasih banyak ma. Makasih udah menjadi mama mertua naya yang begitu baik dan pengertian."
"Kamu kan menantu mama, sekaligus anak dari sahabat mama. Kehadiran kamu di rumah ini, semakin membuat keluarga kami berwarna naya. Mama mohon seberat apa pun rintangan nya kelak, kalian harus bisa mempertahankan rumah tangga kalian, yakinlah dan percaya bahwa kalian memang sudah di takdir kan oleh yang maha kuasa."
Naya yang tak tahu membalas apa langsung memeluk karin. Alvin tersenyum kecil melihat interaksi mereka.
****
Sore harinya, Alvin dan naya sudah bersiap siap akan pergi ke rumah ayah Alden, yang jaraknya tidak terlalu jauh. Kanaya hanya membawa 1 koper karena barangnya masih banyak di rumah.
Karin mengantar mereka sampai ke mobil, ada perasaan sedih ketika mereka meninggalkan rumah meskipun itu hanya 1 minggu.
"Kami berangkat ma, jaga kesehatan," kata naya sambil mencium punggung tangan karin.
"Iya nak, kalian hati hati. Nikmatilah waktu kalian disana, kami akan berkunjung ketika sempat," kata Karin.
Mereka berdua menganggukkan kepalanya, lalu Alvin juga mencium punggung tangan ibunya.
Mobil yang di supiri oleh Alvin sendiri kini melesat membelah jalanan kota. Di dalam mobil, senyumnya tak pernah luntur dan Alvin yang sempat melirik itu, hanya tersenyum tipis.
Alvin menyimpulkan satu hal, membuat kanaya bahagia itu adalah suatu hal yang mudah. Seperti membawanya bertemu ayah, mengajaknya jalan jalan, membelikannya ice cream, coklat, dan memberikan barang yang sederhana, karena jika itu mahal ia akan menolaknya.
Apakah alvin harus bersyukur memilki kanaya dalam hidupnya? Alvin sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Secara tidak langsung, ia mulai mencintai naya, perasaan itu datang secara tiba tiba dan membagi hatinya kepada dua orang wanita, kanaya dan cinta pertama Alvin.
Selama 4 bulan pernikahan mereka, naya tidak tahu jika Alvin masih mencintai seseorang yang mungkin saja dirinya mengenalnya.
1 jam kemudian
Mereka sampai di kediaman keluarga Pratama, Naya turun masih dengan senyumannya, dan Alvin memarkirkan mobilnya terlebih dahulu kemudian menyusul naya masuk ke dalam.
"AYAAAAAH!"teriak naya menggelar di seluruh penjuru rumah.
Membuat pria paruh baya yang sedang menikmati secangkir kopi kesukaannya itu, menoleh ke sumber suara.
Naya segera menghambur ke pelukan sang ayah dan di sambut hangat oleh Alden. Ayah satu anak itu, memeluk putrinya erat, seakan tak ingin melepaskan.
Alvin hanya tersenyum singkat, melihat Naya yang berubah manja kepada ayahnya, ia pun ikut bergabung dengan mereka.
"Ayah kangen, naya kangen banget sama ayah," katanya masih memeluk Alden.
Alden terkekeh dengan tingkah putrinya, yang sudah menikah tapi masih bersikap seperti itu. Padahal mereka baru bertemu 2 minggu yang lalu.
"Ayah gak rindu sama naya?" tanya naya melepas pelukannya.
"Gak," jawab Alvin membuat Naya mengerucutkan bibirnya.
"Ih masa sih ayah gak kangen sama putri ayah sendiri."
"Ayah cuma bercanda, jangan ngambek. Naya emang gak malu sama nak Alvin, masa udah gede masih ngambekan."
Mengingat suatu hal, naya segera berbalik badan dan melihat dirinya dengan tatapan yang "tuh anak kesambet apaan deh," begitulah kira kira isi pikiran Alvin saat ini.
"Lupa," gumam Naya sembari salah tingkah.
Karena gumaman Naya cukup keras, Alden tertawa. Bisa bisanya Naya melupakan status nya kini.
"Baiklah berhubung naya lupa jika ia punya suami. Kalo gitu nak alvin mari kita ke ruang makan, hanya berdua, naya gak usah ikut."
Naya yang tak terima langsung protes
"Lah kok gitu? Kan naya juga lapar masa di tinggal sih," kata Naya.Namun tak di urusi oleh kedua pria itu, mereka berjalan ke ruang makan tanpa memedulikan ocehan naya.
Naya sedari tadi tiba, tak pernah meluncurkan senyum nya. Mungkin karena ia begitu merindukan ayah nya.
Saat ini, Kanaya sedang berada di kamar, kamar nya sedari kecil. tadi nya dia hanya ingin berganti pakaian namun saat ia akan pergi, putri menelpon nya. Jadi ia pun akhirnya mengobrol bersama putri sampai lupa waktu.
Asik mengobrol, tiba tiba Alvin berteriak di depan pintu kamar.
"NAYA DI PANGGIL AYAH!" teriak nya.
"Suara itu?" kaget putri langsung terdiam di tempat nya.
"Put, udah dulu ya. Gue udah di panggil. Bye," kata naya.
"O..okay," jawab putri sekenanya.
Setelah memutuskan sambungan telpon, naya segera meninggalkan kamar dan bergabung dengan Alvin dan Ayah Alden.
****
London
Setelah panggilan terputus, putri mematung di tempat nya.
"Suara itu? Begitu tak asing untukku." gumam nya memandang ke arah foto seorang laki laki tampan yang sedang tersenyum cerah.
Pandang nya kosong, dunia nya seakan berhenti hanya karena mendengar suara yang begitu mirip dengan nya.
"Apa itu dia?" tanya putri.
Tapi sedetik kemudian ia menggelengkan kepala nya. "Tapi gak, gak mungkin. Mungkin suara nya saja yang mirip atau Karena aku saja yang merindukan nya, sehingga mengira suara suaminya naya itu adalah dia. Ingat putri, lu udah nolak dia dan gak seharusnya lo seperti ini," kata putri berbicara sendiri.
"Gue harap lo benci sama gue," kata putri lalu kemudian wanita 23 tahun itu, melangkahkan kakinya keluar kamar untuk menemui mami nya yang baru saja tiba."
"Sayang tau gak, tadi teman kamu nyariin, katanya kamu gak ngangkat telpon dia, gak balas chat dia, dia khawatir banget sama kamu, kirain kamu lagi sakit."
Perkataan mami nya gak di tanggapi oleh putri, bahkan sepertinya ia tak mendengar ibunya berbicara. Terbukti, gadis itu tampak melamun sedih.
"Putri," panggil mami nya.
"Sayang, putri," dan lagi lagi, putri hanya terdiam.
Sebegitu besarnya kah efek dari suara dari seseorang yang bahkan ia tak tahu bagaimana rupanya itu. Pikiran putri bercabang memikirkan banyak hal, di satu sisi ia memikirkan jika suami dari naya itu adalah seseorang yang pernah ia abaikan mendengar dari suaranya yang tak asing itu. Namun, di satu sisi lagi, ia menyangkal hal itu, gak mungkin naya mengenal apa lagi menikah dengan cowok itu. Mungkin saja suaranya sama namun dengan orang yang berbeda.
"PUTRI," karena tak tahan, akhirnya mami nya putri berteriak tepat di depan telinga sang anak.
Membuat putri langsung kaget, dan menatap sang maminya "iya. ada apa mi."
"mami sedari tadi ngajakin ngobrol kamu gak nyaut nyaut, terus mami liat kamu lagi melamun gitu."
"Ada masalah?" tanya mami putri dengan lembut.
Putri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban "gak mi, putri cuma mikirin tugas aja."
"Calon dokter itu gak boleh banyak pikiran, ngelamun, gak baik."
"Iya mi, maaf."
Perkataan putri mendapat anggukan dari sang mami.
"Mmm mami tadi ngomong apa, waktu putri gak dengar?"
Tanya putri karena penasaran juga, siapa tahu hal yang penting.
"Tadi, teman kamu datang ke rumah sakit, menjenguk sepupunya terus gak sengaja ketemu sama mami. Dia nanyain kamu, kenapa gak di balas dan di angkat telpon nya, dia ngira kamu sakit. Dia juga khawatir banget sama kamu, kalo bisa kamu jangan mengabaikan dia terus. Kasian anak orang."
Putri menghela nafas, jadi hal yang ingin di bicarakan mami nya itu, hanya tentang dia. Putri kira hal yang penting.
"Sorry mi, putri emang sengaja melakukan itu," balas putri.
"Kenapa? Kasian loh dianya di abaikan terus sama kamu," tanya mami putri tak habis pikir dengan teganya anak nya itu berbuat seperti itu pada teman nya sendiri.
"Aku gak suka sama dia,"Kata putri to the point.
Ia tahu, siapa yang di maksud mami nya itu, tanpa menyebut nama nya. Seseorang yang selalu mengganggu nya selama 5 tahun terakhir.
Sebenarnya putri tahu bahwa mami itu berniat menjodohkan dirinya dengan cowok yang menurut putri terlalu over protektif itu. Bukan nya apa, tapi putri gak mencintainya meskipun ia terbilang tampan, kaya dan memiliki segalanya namun putri tak tertarik di tambah lagi mereka berbeda agama, keyakinan, negara meskipun sekarang ia tinggal di london tapi negara aslinya tetaplah indonesia. Dan kalau ingin jujur, putri menginginkan calon suami nya itu berasal dari indonesia agar ia bisa tinggal tetap di indonesia bukan seperti sekarang, tinggal di negara orang.
"Dia anaknya baik loh, perhatian banget sama kamu. Masa kamu kayak gitu sama dia."
"Mami kok ngomong gitu, kan putri udah bilang kalo putri gak suka sama dia. Meskipun menurut mami dia itu baik, sempurna tapi putri gak pernah tertarik sama dia."
"Put jika kamu nolak dia, kamu bakal menyesal seumur hidup, dimana lagi kamu bisa mendapatkan cowok kayak dia, udah baik. Ganteng, kaya, pokok nya sempurna banget."
"Mi aku gak pernah liat seseorang dari sempurna nya, apa yang dimiliki nya karena setiap manusia itu gak ada yang sempurna. Dan putri gak bisa berpura pura baik apa lagi untuk menerima nya. Putri tau, mami ingin putri menikah dengan dia kan, itulah alasan mami ingin kita tinggal di london, meninggalkan indonesia dan mengatakan pada putri kalau ini hanya lah urusan pekerjaan. Maaf mi putri gak akan pernah menerima dia."
Setalah mengatakan itu, putri meninggalkan rumah dengan marah. Ia memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan di atas rata rata.
Meskipun orang tua putri adalah seorang dokter, tapi mereka gak pernah memikirkan bagaimana rasanya menjadi putri. Menuntutnya mendapatkan peringkat 1 setiap tahunnya, menjadi yang terbaik di antara siswa siswa terbaik, menyuruh nya menjadi dokter seperti keinginan dari kedua orang tua putri dan juga di suruh menerima seseorang yang tak ia suka.
Meskipun selalu tampak ceria, bahagia, cerewet, banyak tingkah, pintar tapi dia tetaplah seorang anak yang menginginkan kebebasan, contohnya memilih pasangan hidup sendiri, menjalani hidup sesuai keinginan nya bukan keinginan yang sudah di tentukan oleh orang tuanya.
Hidup putri bagaikan boneka yang di atur oleh kedua orang tua nya. Ia bagaikan burung yang hidup di dalam sangkar emas, gak ada kebebasan. Meskipun begitu di sayang, di manja namun putri gak pernah di biarkan untuk memilih jalan hidup nya sendiri.
Gabriel Ezra abraham Ialah nama dari pemuda tampan yang saat ini berusia 23 tahun, seumuran dengan putri. Pemuda yang bukan hanya memiliki wajah rupawan, kekayaan yang berlimpah namun ia juga memiliki hati yang begitu baik.Pemuda yang biasa di sapa gabriel itu, memiliki perasaan kepada Putri sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya, ia hanya menganggap putri sebagai sahabat nya, seperti yang lain. Namun, tiga tahun bersahabat, sejak kedatangan putri. Ia mulai memiliki perasaan hingga saat ini.Gabriel berbeda dari yang lain. Jika pemuda seusianya akan menghabiskan waktu di luar ketika malam, ia hanya akan tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga atau pun belajar di kamar nya hingga ia tertidur.Karena baginya masa muda bukan hanya untuk kesenangan dan kebebasan saja. Dan Gabriel tak ingin masa muda nya hanya sia sia saja.
Indonesia. Tak terasa satu minggu telah berlalu. Dan kini saatnya bagi Kanaya dan Alvin untuk kembali ke rumah ayah bisma. Saat telah sampai, mereka di sambut dengan hangat oleh bunda karin yang memang sedang di rumah, sengaja menunggu menantu kesayangannya. Selama mereka berdua pergi rumah mewah ini begitu sepi. Sama seperti dulu, ketika Alvin belum menikah. Alasan Alvin cepat menikah adalah untuk meramaikan rumah ini dan juga agar mereka cepat mendapatkan cucu, pewaris keluarga abraham, salah satu Orang terkaya di dunia. "Akhirnya menantu kesayangannya mama datang," ucap karin sambil merangkul naya ke dalam rumah. Sedangkan Alvin bertugas membawa barang barang. "Gimana sayang disana, naya bersenang senang kan?"tanya karin setelah duduk di sofa bersama naya. "Iya ma, makasih udah ijinin Kanaya menginap di sana," ucap Kanaya
Esok harinya, Kanaya bangun lebih lambat dari biasanya. Saat terbangun ternyata sudah pukul 08.00. Dan hari ini juga termasuk hari yang penting di sekolah, tempatnya mengajar.Ia dengan terburu buru masuk ke kamar mandi, melakukan rutinitas paginya. Jika biasanya ia mandi 45 menitan, namun saat ini ia hanya bisa 15 menit.Mengingat waktu yang mengejarnya, ia tak bisa se santai biasanya. Dengan cepat, Naya mengambil tas selempang nya dan keluar dari kamar untuk mencari mama karin ataupun Alvin jika belum berangkat ke kantor.Samar samar, ia mendengar suara obrolan."Ma, berapa kali aku bilang, dia gak akan pernah bisa mengganti yuna di hatiku.""Alvin, sekarang Naya yang menjadi istrimu, bukan wanita itu."Suaranya itu berasal dari ruang tamu, dengan langkah pelan, Naya menghampiri mereka. Bukan niat menguping, tapi hanya penasaran.&n
"Yuna? Siapa dia?"Ucap Naya pelan, bahkan hanya terdengar gumaman kecil.Naya perlahan mendekat ke ranjang, di mana Alvin tertidur dengan bekas air mata di kedua pipinya. Alvin mungkin tak sadar jika Kanaya masuk ke kamar dan mendengar semua ucapan nya.Tadi, Naya memang akan berangkat ke sekolah, namun karena sebuah panggilan dari sepupu nya, yang katanya akan mampir ke rumah mertuanya, jadi terpaksa Kanaya tak jadi ke sekolah.Dan sampai di kamar, dirinya mendengar semua perkataan Alvin tentang Yuna. Jujur saja, ia kecewa.Naya tidak tau apakah ini yang dinamakan cinta. Apakah ia sudah mencintai Alvin, suaminya sendiri.Dan jika hal itu benar terjadi, apa yang harus di lakukan nya.Ini adalah pertama kalinya ia merasakan cinta selama hidup nya. Namun ia harus merasakan kekecewaan dengan fakta Alvin memiliki kekasih.
Apakah Alvin sedang cemburu pada si cowok yang belum ia kenal itu. Ayolah, ia bahkan bersikap acuh pada Naya, namun sekarang pria itu terlihat sedang menahan emosi.Karena tak ingin terlalu lama melihat adegan terlalu romantis itu, Alvin memilih ke dapur untuk mengambil minum, tenggorokannya terasa kering.-----Jam 12 siang.Tak terasa, kini jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Naya maupun Raka tak sadar waktu, mereka terus mengobrol dan mengabaikan Alvin yang ternyata ikut bergabung bersama mereka.Setelah dari dapur, Karin memaksa Alvin untuk ke ruang tamu untuk menemani tamu itu dan menjelaskan siapa pria yang sedang bersama istrinya.Ada perasaan lega, mengetahui hal itu. Alvin tak bisa membayangkan jika itu adalah selingkuhan Naya yang ia bawa ke dalam rumah. Dan berniat ingin bercerai darinya, Kanaya tentu saja tidak ingin jadi duda mud
Hari hari berlalu. Ketika akan menapaki tangga tiba-tiba Kanaya merasakan pusing pada kepalanya, seperti diserang ribuan paku, menusuk hingga ke dalam. Ia mengaduh pelan sambil memegang kepala nya dengan tangan kiri dan memegang pegangan tangga di sebelah kanan, rasanya sakit sekali. Kanaya tidak bisa lagi menahannya. Matanya mengerjab pelan demi menghalau rasa pusing yang makin mendera, namun sayangnya ia tidak bisa lagi menahannya serangan di kepalanya makin menjadi seiring dengan mata Kanaya tertutup 1 sempurna. Bruk... Yang aku rasa terakhir kalinya tubuhku jatuh ke lantai marmer yang keras diiringi suara pekikan seseorang dari belakang. ---- Suasana dinding-dinding langit putih polos menyapu penglihatan Naya saat membuka mata pertama kalinya, ia mengerjabkan mata berapa kali sampai kesadaran nya kembali pulih. Pandangannya masih bergoyang akibat pusing yang mendera namun kepalanya tidak sesakit tadi, sepertinya ia baru saja
Aku dan Alvin masih betah dengan posisi yang sama beberapa menit setelahnya, Alvin sepertinya enggan melepaskan Naya dan Naya pun tidak keberatan karena merasa nyaman berada di dalam dekapan hangat Alvin. Belum lagi elusan di rambut Kanaya membuat nya ingin kembali tidur.Namun, seperti ingat sesuatu Naya langsung tersadar akan sesuatu, mata nya terbuka lebar. Rasa kantukku hilang seketika."Mas, nggak ke kantor?" tanya Kanaya panik, ia mengangkat kepala menatap Alvin."Astaga, jam berapa sekarang? Mas Raihan bisa terlambat ke kantor.""Kamu lupa kalau hari ini hari sabtu," ucap Alvin terkekeh menertawakan Kanaya.naya menepuk pelan dahi nya. "Oh iya ya, aku kok bisa lupa," gumam Naya ikut terkekeh."Ya sudah, kita tidur lagi aja," ucap Alvin.Pelukannya makin erat.Baru akan menutup mata. Ketukan pintu membatalkan niat nya untuk tidur kembali."Mas, lepas dulu, aku mau buka pintu," ucap Naya menggoyangkan lengan n
Mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang selama ini kita inginkan itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja kita sebagai perempuan harus bisa menempatkan diri sesudahnya.Antara dia memang mencintaimu atau tidak. Kalau memang dia juga mempunyai perasaan yang sama denganmu maka kamu boleh senang. Tetapi kalau sebaliknya, jika dia tidak mempunyai rasa yang sama denganmu, kamu harus menahan sesak di dada. Kamu harus bisa memahami itu, karena perasaan itu tidak bisa dipaksakan.Dan setelah kamu mengungkapkan rasa itu sepenuhnya, kamu harus bisa untuk bersikap seperti biasanya, tidak boleh menjadi membenci karena dia juga tidak mempunyai rasa yang sama akan kamu.****"Aku jatuh cinta sama kamu," Ucap Naya tiba tiba sembari menatap Alvin disamping nya. "Kalau kamu juga merasakan hal yang sama, tolong kasih tahu aku."Entah keberanian dari mana, Kanaya mampu mengungkap kan peras
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba