Di pagi hari, Alvin bermimpi, memimpikan gadis itu. Dengan penuh airmata yang membasahi pipinya, alvin meracau memanggil gadis itu kembali. Padahal ini sudah 5 tahun sejak yuna pergi.
Mendengar Alvin yang mengigau, Kanaya yang masih terpejam mendadak bangun, dan segera menghampiri Alvin yang memang tidur di sofa yang ada di kamar.
"Alvin," panggil naya mencoba membangunkan Alvin.
Namun tetap saja, Alvin masih terus menangis sambil mengatakan 'jangan pergi'.
"Alvin," panggil naya lagi
"Alvin."
"Alvin bangun, ini udah pagi!" teriak naya pada akhirnya.
Alvin terbangun dengan peluh dan air mata jangan lupa nafas nya yang memburu, di karenakan bermimpi buruk.
Di dalam mimpinya itu, Alvin melihat yuna, cinta pertama nya. Sedang melangsungkan pernikahan dengan seseorang, mereka tampak begitu bahagia. Yuna menikah karena Alvin sendiri yang tidak bisa menepati janjinya untuk menunggu yuna kembali dan memilih menikahi perempuan Lain.
Ia mencoba menetralkan napas nya lalu memandang sekeliling. Alvin menghela napas panjang ketika ia tahu ia berada di kamar nya, dan tadi hanya lah mimpi.
"Kamu gak papa," tanya naya khawatir.
Alvin mengalihkan pandangannya pada naya yang terlihat cemas,
"Lo gak usah sok khawatir sama gue. Minggir!" ucap Alvin dingin.
Ia pun keluar dari kamar tak lupa menutup pintu nya dengan kasar yang mengakibatkan Kanaya kaget di tempat nya.
"Apa aku salah ya?" batinnya.
"Kanaya gak boleh sedih, harus semangat. Tadi kan alvin mimpi buruk jadi mood nya lagi gak bagus."
Kanaya berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus mandi.
Beberapa menit, Kanaya sudah selesai dengan rutinitas pagi nya. Ia pun merapikan tempat tidur dan juga sofa yang di tiduri oleh Alvin semalam.
Tak sengaja, Naya menemukan sebuah kalung, berbentuk hati. Ia mengambil nya dengan raut bingung. Mengapa bisa benda itu ada di sopa, apakah jatuh dari pemiliknya?
"Apa ini punya Alvin ya?" tanya Naya pada angin lalu.
"Kok aku pernah liat kalung ini, tapi dimana ya? Atau mungkin cuma mirip aja. Kalung seperti ini biasanya melambangkan cinta, dan para pasangan nya pasti memiliki setiap belahan nya. Aku ingin tahu siapa pemilik kalung ini."
"Aku simpan aja kali yah. Siapa tahu hilang. Jadi kalau ada yang mencari baru deh aku kasih sama pemiliknya," kata Naya menyimpan kalung itu, di kotak perhiasan nya.
Setelah usai, ia segera turun ke dapur.
Saat menutup pintu kamar, naya di kejutkan dengan kehadiran Mama karin yang berada di belakang nya.
"Eh naya, kamu udah bangun sayang, gimana tidur nya," kata karin.
"Iya mah, Naya tidur nyenyak banget. Mama nyari Alvin ya. Tadi Alvin pergi tapi Naya gak tahu," kana Naya.
"Gak. Mama gak nyari Alvin, tapi nyari kamu, buat sarapan," kata karin.
"Mama yang masak?" tanya Naya.
"Iya. Tapi mungkin makanan nya gak kayak chef chef profesional. maklum mama bukan chef," kekeh Karin di akhir Kalimat.
"Masakan seorang ibu itu pasti enak, gak mungkin gak enak. soalnya di buat dengan cinta dan kasih sayang," kata Naya membuat karin tersenyum senang.
"Kamu bisa aja. Tapi beneran loh mama gak pandai masak."
"Mah maafin Naya yah, bangun telat jadi gak bisa bantu mama masak," kata Naya merasa bersalah.
"Gak papa lah sayang. Kan lain kali masih bisa."
"Tapi kan yang seharusnya memasak itu Kanaya mah, bukan sebaliknya. Karena itu udah kewajiban Kanaya sebagai istri dan menantu di rumah ini."
"Kamu itu menantu mama, bukan maid yang melakukan pekerjaan rumah, tapi jika nanti kamu mau masak bareng, bilang aja sama mama," kata Karin.
"Makasih banyak mah, Naya gak pernah menyangka bisa mendapatkan mertua yang begitu baik."
"Mama yang beruntung punya menantu kayak kamu. Yuk turun papa udah nunggu di bawah."
Mereka pun menuju ruang makan untuk menikmati sarapan pagi ini.
"Sayang sini duduk dekat Alvin," kata Karin pada kursih kosong di samping Alvin.
Dengan kikuk, Naya menurut perkataan mama karin, ia duduk di samping Alvin. Saat duduk, Naya sempat melirik ke Alvin namun sama saja pria itu masih acuh seolah ia tak mengganggap kehadiran naya.
Sedangkan karin ia duduk berhadapan dengan Naya."Sebelum makan, mari kita berdoa dulu," ucap Bisma.
Selesai Berdoa.
Alvin yang baru saja akan mengambil makanan ke piring nya, di hentikan dengan pergerakan cepat Naya yang mengambil alih piring Alvin, meskipun masih agak takut, tapi ini adalah salah satu tugas nya sebagai istri.
"Biar aku ambilkan," ucap nya.
Hal itu, membuat bisma dan karin sama sama tersenyum dan terkekeh pelan melihat suami istri baru ini.
Namun senyuman nya luntur, ketika Alvin dengan kasar berucap."Gue bukan anak kecil yang makanan aja mesti di ambilkan sama orang asing. Lu gak usah sok baik, INGAT LO ITU CUMA ORANG ASING!" kata Alvin merebut kasar piring itu.
Sedangkan naya masih kaget dengan perkataan Alvin, jujur saja itu melukai hatinya.
"Tapi kan naya bukan orang asing, sekarang naya istrinya," batin naya. Iyah, hanya batin yang berucap, karena tidak mungkin ia bisa mengatakan nya secara langsung. Ia sadar dirinya memang orang asing.
"ALVIN! JAGA SIKAP KAMU!"bentak Bisma dengan marah.
Sedangkan yang di bentak hanya memutar bola mata nya malas, kehadiran Kanaya membuat hidup Alvin hancur. Orang tua nya berpaling menyayangi Kanaya.
"APA PERNAH PAPA NGAJARIN KAMU UNTUK BERSIKAP KASAR PADA WANITA, NAYA ITU ISTRI KAMU BUKAN ORANG ASING. HARGAI ISTRI KAMU," kata Bisma menatap tajam putra nya yang hanya diam.
"Sekarang kamu minta maaf sama Naya," kata bima.
"Papa udah pa, jangan marahi Alvin terus, Alvin gak salah. Kanaya yang salah," mohon Kanaya pada Bisma yang masih tampak marah.
"Gak usah cari muka," gumam Alvin lalu pergi dari meja makan.
Bisma menghela napas kasar, memandang punggung Alvin yang menjauh.
"Sayang jangan di pikirin apa yang di katakan alvin tadi, sikap nya memang kayak gitu, maafin Alvin ya nak," kata Karin meminta maaf atas kelakuan putra nya, yang sangat berbeda dengan dulu.
"Iya ma, gak papa, mama gak usah minta maaf. Naya ngerti kok, mungkin Alvin belum nerima naya," kata naya dengan tersenyum agar mereka yakin kalau ia tidak papa.
"Makasih ya nak," kata karin.
"Iya ma."
"Sekarang lanjutkan makan nya," ucap bisma.
Harapan karin pada naya, semoga aja dengan kehadiran kanaya dia bisa membuat Alvin kembali seperti dulu.
Karin sangat menginginkan Alvin yang dulu. Andaikan aja, ia tak pernah bertemu dengan gadis itu, mungkin saja Alvin gak akan seperti ini.****
Selesai sarapan, bisma dan karin pamit untuk ke kantor, dan Alvin pergi entah kemana.
Dan kini tinggallah Naya sendiri, sama seperti di rumah nya. Kanaya memilih untuk menonton setelah tadi ia usai mencuci piring. Maid katanya akan datang jam 10 nanti, sebenarnya ada maid yang tinggal di sini hanya saja ia sedang pulang kampung.
Di tengah acara menonton nya, tiba tiba ia kangen dengan sang ayah.
Karena sebelum nya Kanaya memang jarang sekali berjauhan dengan ayah nya, di tambah lagi ayah nya hanya sendirian di rumah."Ayah lagi ngapain? Ayah baik baik aja kan. Maaf Kanaya belum bisa pulang," gumam kanaya.
Drrrr
Bunyi ponsel Kanaya, buru buru ia mengambil nya dan menerima panggilan itu yang ternyata itu dari putri, sahabat nya.
"Hi nay," sapa putri, kali ini ia gak berteriak.
"Hi juga put," balas naya.
"Gue mau nanya dong," pinta putri.
"Tumben ngomong dulu, biasanya langsung serocos."
"Kan sekarang beda nay, lu udah punya suami. Entar suami lu marah lagi."
"Gak papa lah. Lagian gue juga lagi sendiri nih," kata Naya.
"Lu lagi dimana emang?"
"Di rumah mertua gue, tapi mereka pergi, jadi yah gue sendirian disini."
"Kok tega sih mereka ninggalin lo," kata putri.
"Mereka kerja, dan gue juga gak papa tinggal sendiri. Udah biasa," balas naya.
"Tunggu gue balik, entar gue yang akan nemanin lo. Eh tapi gak jadi deh."
"Kenapa?"
"Yah kan lo udah punya suami. Entar suami lo gak ngijinin lagi."
"Lu kan sahabat gue put."
"Kalo lo tinggal di situ, terus ayah lo sama siapa?" tanya putri.
"Sendiri. Sebenarnya gue pengen tinggal bareng ayah tapi gak enak ngomong nya," jawab putri dengan raut sedih.
"Sabar ya nay, yang penting lo gak di batasi buat ketemu sama ayah lo."
"Alhamdulillah mereka gak batasi naya buat ketemu ayah. Mereka baik."
"Syukurlah. Kalo boleh jujur gue masih gak nyangka lu udah nikah, ini tuh kayak mimpi nay. Lu bahkan mendahului gue. Meskipun gue bisa datang ke pernikahan lo."
"Lu gak nyangka, apa lagi gue. Tau sendiri kan gimana gue yang begitu tertutup sama cowok."
"Iya. Tapi gue senang akhirnya sahabat gue udah ada yang bisa jagain untuk seumur hidup. Gue doain pernikahan lo bertahan hingga punya anak, cucu, cicit pokok nya sampai mati deh."
"Thanks buat doa nya. Dan semoga juga lo bisa segera nyusul gue."
"Amin. Btw mertua lo gak galak kan?"
"Gak put, mereka bahkan sangat baik sama gue. Mereka memperlakukan gue kayak putri kandung mereka, pokok nya baik banget. Gue beruntung banget, dan semoga aja mereka akan terus seperti itu."
"Gue ikut senang dengar nya. Kalo suami lo?"
"Dia juga baik. Mungkin kalo soal canggung yah masih canggung soalnya kan kita gak saling mengenal," kata Naya.
"Yah begitulah. Gue sebenarnya sih belum pengen nikah tapi demi bunda dan ayah gue ngelakuin ini."
"Sabar ya naya. Bisa aja kan dia beneran jodoh lo. Gue akan selalu doain lo agar selalu bahagia. Kalo lo butuh teman curhat, jangan sungkan sama gue "
"Wahh gue terharu putri. Makasih banyak yah, gue udah nganggap lo kayak saudara sendiri, tau. L"
"Pokok nya lo harus janji sama gue, untuk selalu happy jangan ada air mata yang keluar dari mata lo lagi. Pokok nya lo harus bersikap mandiri dan dewasa. Gue yakin setiap rumah tangga pasti memiliki cobaan dan lo gak boleh menyerah, lu harus pertahankan pernikahan lo apa pun yang terjadi."
"Iya put, thanks banget buat semuanya. Gue bener benar sayang sama lu." kata kanaya terharu dengan mata yang berkaca kaca.
"Gue apa lagi nay. Lu dan ketiga sahabat kita lah yang membuat hidup gue lebih berwarna. Kalian yang udah membuat gue bahagia selama ini, thanks banget karena gue udah mengenal kalian." kata Putri yang meneteskan air matanya.
Sebenarnya dulu putri itu gak sebahagia ketika ia belum mengenal naya dan tiga lainnya.
"Jangan nangis dong. Gue kan jiga pengen ikutan," kata Naya.
"Gue terharu, lu jangan nangis kan lu udah janji tadi," kata Putri.
"Tapi lu sendiri yang nangis," balas putri.
"Gue nangis bahagia naya. Bahagia karena salah satu sahabat gue udah nikah," kata Putri sudah kembali happy.
Hal itu membuat Kanaya tertawa. Putri itu mudah terharu dan tersentuh dan mood nya juga mudah banget berubah bahkan hanya beberapa detik.
"Put, gue minta saran lo dong."
"Saran apa nay?"
"Gimana agar laki laki itu mau menerima kita."
"Emangnya suami lo gak nerima lo?"
"Gue juga gak tahu. Tapi dari yang gue lihat, dia kayak gak suka sama gue."
"Lo diapain sama dia, bilang sama gue nay."
"Gue gak diapa apain kok. Tadi cuma di bentak dikit aja, waktu sarapan."
"Di bentak? Karena?"
"Gue lancang ingin mengambilkan dia makanan ke piring nya, tapi dia nya gak suka."
"Masa cuma gitu aja, dia sampai membentak lo."
"Wajar sih put, gue kan orang asing yang masuk ke kehidupan nya, dan dia mungkin belum terbiasa."
"Tapi kan bukan cuma dia. Elu juga naya. Kalian kan sama sama di jodohkan, sama sama belum siap buat berumah tangga."
"Iya put, lagian gue juga gak papa kok. Kan menjadi istri harus sabar, dan berbakti pada suami."
"Iya sabar. Tapi kalau dia berani berbuat macam macam sama lo, nyakitin lo secara fisik. Lo pokok nya harus melawan," kata putri di seberang sana.
"Tapi kan kita gak bisa melawan suami, entar berdosa. Gue gak mau jadi istri durhaka."
"Kalo itu sih, gue gak tahu naya. Kan gue belum nikah, belum tahu rumit nya berumah tangga."
"Nanti juga lo bakalan merasakan nya."
"Doain ya, semoga gue bisa ketemu jodoh gue."
"Gue selalu doain lu putri. Asalkan lo gak salah milih pasangan, gue akan selalu dukung siapa pun yang jadi suami elu nanti."
"Ahh thanks you my sister," kata putri sambil bertingkah imut.
Kanaya terkekeh melihat tingkah sahabat nya itu. Putri itu memiliki visual yang begitu cantik, wajah nya yang imut dan selalu berponi layaknya gadis gadis remaja."
"Yaudah gue tutup dulu ya. Ada yang datang."
"Ok, bye naya."
Panggilan pun terputus. Naya segera membukakan pintu pada tamu yang tadi memencet bel.
Tepat jam 10, bi Ana datang, maid yang bertugas menggantikan posisi bi siti selama pulang kampung."Assalamualaikum," kata bi ana."Waalaikum salam," kata Naya membukakan pintu.Naya memerhatikan wanita muda itu,"Maaf nyari siapa?" tanya naya."Saya maid yang di suruh nyonya untuk menggantikan bi siti untuk sementara di rumah ini," kata bi ana sambil tersenyum ramah."Ohh, yaudah silahkan masuk bi," kata naya sambil membawa nya ke ruang tamu."Makasih non.""Bibi ini bi ana?" tanya Naya karena ini pertama kalinya mereka bertemu."Iya non, nama saya Ana," kata maid itu sopan."Panggil naya aja. Bibi kayak masih muda gitu deh," kata Naya yang memperhatikan bi Ana layak nya wanita berumur 20an."Iya non, saya berusia 26 tahun," jawab bi ana.Naya membolakan mata nya kaget. Bi ana ini ma
4 bulan berlalu.Sejak itu, hubungan alvin dan kanaya semakin dekat layak nya pasangan suami istri pada umum nya.Alvin yang dulunya cuek, tak menerima perjodohan itu kini ia mulai menunjukkan perhatiannya meskipun itu terbilang kecil, namun mampu membuat Naya merasa menjadi istri yang sesungguhnya meskipun tanpa ikatan cinta.Kanaya tidak mengerti perasaannya, apakah ia mulai mencintai Alvin apa enggak, namun saat berdekatan atau hanya sekedar berbicara dengan Alvin membuat ia merasa senang, dan ketika ia pulang larut membuat ia tidak tidur menunggu nya pulang, tak jarang, ia tidur di sofa.Ia pun tak tahu, apa yang membuat Alvin yang dulunya Tidak menyukai kehadirannya. kini, pria itu mulai menunjukkan perhatian nya, walau pun hanya sekedar menyapa ketika pulang kerja atau pun menemani nya menonton ketika ia sedang libur kerja. Dan janji nya untuk mengantar dan menjemput naya untuk mengajar benar benar d
Gabriel Ezra abraham Ialah nama dari pemuda tampan yang saat ini berusia 23 tahun, seumuran dengan putri. Pemuda yang bukan hanya memiliki wajah rupawan, kekayaan yang berlimpah namun ia juga memiliki hati yang begitu baik.Pemuda yang biasa di sapa gabriel itu, memiliki perasaan kepada Putri sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya, ia hanya menganggap putri sebagai sahabat nya, seperti yang lain. Namun, tiga tahun bersahabat, sejak kedatangan putri. Ia mulai memiliki perasaan hingga saat ini.Gabriel berbeda dari yang lain. Jika pemuda seusianya akan menghabiskan waktu di luar ketika malam, ia hanya akan tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga atau pun belajar di kamar nya hingga ia tertidur.Karena baginya masa muda bukan hanya untuk kesenangan dan kebebasan saja. Dan Gabriel tak ingin masa muda nya hanya sia sia saja.
Indonesia. Tak terasa satu minggu telah berlalu. Dan kini saatnya bagi Kanaya dan Alvin untuk kembali ke rumah ayah bisma. Saat telah sampai, mereka di sambut dengan hangat oleh bunda karin yang memang sedang di rumah, sengaja menunggu menantu kesayangannya. Selama mereka berdua pergi rumah mewah ini begitu sepi. Sama seperti dulu, ketika Alvin belum menikah. Alasan Alvin cepat menikah adalah untuk meramaikan rumah ini dan juga agar mereka cepat mendapatkan cucu, pewaris keluarga abraham, salah satu Orang terkaya di dunia. "Akhirnya menantu kesayangannya mama datang," ucap karin sambil merangkul naya ke dalam rumah. Sedangkan Alvin bertugas membawa barang barang. "Gimana sayang disana, naya bersenang senang kan?"tanya karin setelah duduk di sofa bersama naya. "Iya ma, makasih udah ijinin Kanaya menginap di sana," ucap Kanaya
Esok harinya, Kanaya bangun lebih lambat dari biasanya. Saat terbangun ternyata sudah pukul 08.00. Dan hari ini juga termasuk hari yang penting di sekolah, tempatnya mengajar.Ia dengan terburu buru masuk ke kamar mandi, melakukan rutinitas paginya. Jika biasanya ia mandi 45 menitan, namun saat ini ia hanya bisa 15 menit.Mengingat waktu yang mengejarnya, ia tak bisa se santai biasanya. Dengan cepat, Naya mengambil tas selempang nya dan keluar dari kamar untuk mencari mama karin ataupun Alvin jika belum berangkat ke kantor.Samar samar, ia mendengar suara obrolan."Ma, berapa kali aku bilang, dia gak akan pernah bisa mengganti yuna di hatiku.""Alvin, sekarang Naya yang menjadi istrimu, bukan wanita itu."Suaranya itu berasal dari ruang tamu, dengan langkah pelan, Naya menghampiri mereka. Bukan niat menguping, tapi hanya penasaran.&n
"Yuna? Siapa dia?"Ucap Naya pelan, bahkan hanya terdengar gumaman kecil.Naya perlahan mendekat ke ranjang, di mana Alvin tertidur dengan bekas air mata di kedua pipinya. Alvin mungkin tak sadar jika Kanaya masuk ke kamar dan mendengar semua ucapan nya.Tadi, Naya memang akan berangkat ke sekolah, namun karena sebuah panggilan dari sepupu nya, yang katanya akan mampir ke rumah mertuanya, jadi terpaksa Kanaya tak jadi ke sekolah.Dan sampai di kamar, dirinya mendengar semua perkataan Alvin tentang Yuna. Jujur saja, ia kecewa.Naya tidak tau apakah ini yang dinamakan cinta. Apakah ia sudah mencintai Alvin, suaminya sendiri.Dan jika hal itu benar terjadi, apa yang harus di lakukan nya.Ini adalah pertama kalinya ia merasakan cinta selama hidup nya. Namun ia harus merasakan kekecewaan dengan fakta Alvin memiliki kekasih.
Apakah Alvin sedang cemburu pada si cowok yang belum ia kenal itu. Ayolah, ia bahkan bersikap acuh pada Naya, namun sekarang pria itu terlihat sedang menahan emosi.Karena tak ingin terlalu lama melihat adegan terlalu romantis itu, Alvin memilih ke dapur untuk mengambil minum, tenggorokannya terasa kering.-----Jam 12 siang.Tak terasa, kini jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Naya maupun Raka tak sadar waktu, mereka terus mengobrol dan mengabaikan Alvin yang ternyata ikut bergabung bersama mereka.Setelah dari dapur, Karin memaksa Alvin untuk ke ruang tamu untuk menemani tamu itu dan menjelaskan siapa pria yang sedang bersama istrinya.Ada perasaan lega, mengetahui hal itu. Alvin tak bisa membayangkan jika itu adalah selingkuhan Naya yang ia bawa ke dalam rumah. Dan berniat ingin bercerai darinya, Kanaya tentu saja tidak ingin jadi duda mud
Hari hari berlalu. Ketika akan menapaki tangga tiba-tiba Kanaya merasakan pusing pada kepalanya, seperti diserang ribuan paku, menusuk hingga ke dalam. Ia mengaduh pelan sambil memegang kepala nya dengan tangan kiri dan memegang pegangan tangga di sebelah kanan, rasanya sakit sekali. Kanaya tidak bisa lagi menahannya. Matanya mengerjab pelan demi menghalau rasa pusing yang makin mendera, namun sayangnya ia tidak bisa lagi menahannya serangan di kepalanya makin menjadi seiring dengan mata Kanaya tertutup 1 sempurna. Bruk... Yang aku rasa terakhir kalinya tubuhku jatuh ke lantai marmer yang keras diiringi suara pekikan seseorang dari belakang. ---- Suasana dinding-dinding langit putih polos menyapu penglihatan Naya saat membuka mata pertama kalinya, ia mengerjabkan mata berapa kali sampai kesadaran nya kembali pulih. Pandangannya masih bergoyang akibat pusing yang mendera namun kepalanya tidak sesakit tadi, sepertinya ia baru saja
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba