Liu Feng berdiri di atas puncak tebing, memandangi hutan belantara yang terhampar di bawahnya. Angin kencang berhembus, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Meski tubuhnya lelah setelah perjalanan panjang, semangatnya tetap menyala. Ia menggenggam erat pedang yang telah menemani perjalanannya sejauh ini, merasakan kekuatan baru yang mengalir perlahan di tubuhnya.
“Liu Feng, fokuslah!” suara Shen Tao menggema, membuyarkan lamunannya. Mentor barunya itu berdiri tak jauh di belakangnya, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsanya. “Jika kau tak bisa mengendalikan energi itu, kau akan menghancurkan dirimu sendiri sebelum menghadapi lawan.” Liu Feng mengangguk tegas. Pelatihan bersama Shen Tao baru saja dimulai, tetapi ia sudah merasakan tekanannya. Tidak ada kelonggaran dalam metode Shen Tao. Setiap gerakan salah dihukum dengan keras, setiap keraguan dianggap kelemahan. Namun, Liu Feng tahu bahwa semua itu dilakukan demi mengasahnya menjadi lebih kuat. Hari itu, Shen Tao membawa Liu Feng ke sebuah lembah yang tersembunyi. Kabut tebal menyelimuti tempat itu, menciptakan suasana misterius yang membuat Liu Feng bergidik. Suara gemerisik angin di antara dedaunan terdengar seperti bisikan, seolah tempat itu memiliki kesadaran sendiri. “Di sinilah kau akan memulai pelatihanmu yang sebenarnya,” kata Shen Tao, menunjuk sebuah altar kuno yang berdiri di tengah lembah. Altar itu dihiasi dengan ukiran-ukiran aneh yang sepertinya bukan berasal dari dunia ini. Di atasnya, terdapat kristal merah menyala yang memancarkan cahaya lemah. Meski kecil, aura dari kristal itu terasa menekan, seolah melampaui batas kekuatan manusia biasa. “Kau akan belajar menguasai energi Roh Api,” lanjut Shen Tao. “Tetapi ingat, energi ini tidak bisa dianggap remeh. Jika kau gagal, ia akan menghancurkanmu dari dalam.” Liu Feng menelan ludah, mencoba mengabaikan rasa takut yang mulai merayapi pikirannya. Ia melangkah mendekati altar, mengikuti perintah Shen Tao untuk duduk bersila di depannya. Ketika ia menutup matanya, Shen Tao mulai melantunkan mantra kuno. Suaranya rendah dan penuh wibawa, bergema di antara dinding lembah. Tiba-tiba, kristal itu mulai bergetar. Cahaya merahnya semakin terang, memancarkan panas yang terasa membakar kulit Liu Feng. Keringat mengalir deras di wajahnya, tetapi ia tetap bertahan. Di dalam pikirannya, muncul bayangan seorang pria dengan pedang besar berdiri di tengah lautan api. Sosok itu tidak bergerak, hanya menatap Liu Feng dengan mata yang penuh wibawa. “Siapa dia?” pikir Liu Feng, tetapi sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, sosok itu menghilang. Ketika Liu Feng membuka matanya, tubuhnya terasa berbeda. Energi yang kuat mengalir di dalam dirinya, tetapi sulit dikendalikan. Rasanya seperti mencoba menahan gelombang laut yang ganas dengan kedua tangan kosong. Shen Tao tersenyum tipis melihat ekspresi Liu Feng. “Itu adalah energi Roh Api. Kau berhasil melewati tahap pertama, tetapi pelatihan ini belum selesai.” Shen Tao kemudian meminta Liu Feng untuk tinggal semalam di lembah itu. Ia harus menghadapi kegelapan, rasa takut, dan bayangannya sendiri. “Di sini, kau akan belajar bahwa musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri,” kata Shen Tao sebelum pergi meninggalkan Liu Feng sendirian. Malam itu, kabut semakin tebal, menutupi lembah seperti tirai yang tak dapat ditembus. Suara-suara aneh mulai terdengar, membuat Liu Feng merasa tidak nyaman. Ia mencoba memejamkan mata dan beristirahat, tetapi bayangan-bayangan melintas di antara pepohonan, seolah mengawasinya dari kejauhan. Tiba-tiba, sebuah makhluk besar muncul dari kabut. Makhluk itu memiliki tubuh seperti singa dengan tanduk melingkar di kepalanya dan mata merah menyala. Liu Feng langsung berdiri, menggenggam pedangnya dengan erat. Jantungnya berdegup kencang, tetapi ia berusaha tetap tenang. Makhluk itu mengaum, suaranya menggetarkan tanah di bawah kaki Liu Feng. Tanpa berpikir panjang, Liu Feng menyerang. Pertarungan berlangsung sengit. Makhluk itu memiliki kekuatan yang luar biasa, dan setiap serangannya nyaris membuat Liu Feng kehilangan keseimbangan. Tetapi, entah bagaimana, Liu Feng berhasil mengakses energi Roh Api di dalam dirinya. Serangan pedangnya menjadi lebih cepat dan lebih kuat, hingga akhirnya ia berhasil mengalahkan makhluk itu dengan tebasan terakhir yang penuh tenaga. Tubuhnya gemetar karena kelelahan. Napasnya terengah-engah, tetapi ia merasa puas. Untuk pertama kalinya, ia merasakan dorongan energi baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ketika pagi tiba, kabut perlahan menghilang. Lembah itu tampak lebih terang, seolah memberikan penghargaan atas keberanian Liu Feng. Shen Tao muncul dari balik pepohonan, menatap Liu Feng dengan penuh kebanggaan. “Kau telah lulus ujian ini, tetapi ingatlah, ini baru permulaan. Jalan di depanmu masih panjang dan penuh rintangan.” Namun, bagi Liu Feng, ini hanyalah awal. Ia tahu bahwa jalan di depannya akan semakin sulit, tetapi ia juga tahu bahwa ia siap menghadapi apa pun yang datang.Liu Feng melangkah meninggalkan lembah dengan tubuh yang masih terasa berat. Pertarungan melawan makhluk besar semalam masih membekas di pikirannya. Luka-luka kecil di lengannya terasa perih, tetapi ia tidak mengeluh. Baginya, rasa sakit itu adalah bukti bahwa ia telah melewati ujian pertamanya."Langkah pertamamu sudah berhasil," ujar Shen Tao sambil berjalan di depan, tangannya menggenggam tongkat kayu yang digunakan untuk menyingkirkan ranting dan dedaunan. "Namun, kau harus ingat, ini baru awal dari pelatihanmu. Energi Roh Api itu tidak stabil. Jika kau tidak mempelajari cara mengendalikannya, maka energi itu bisa menghancurkanmu kapan saja."Liu Feng hanya mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang mulai tumbuh—sebuah keyakinan bahwa ia bisa mengatasi apa pun yang datang.Mereka akhirnya tiba di sebuah hutan bambu yang lebat. Suara gemerisik angin di antara batang bambu menciptakan harmoni yang menenangkan, tetapi Shen Tao tidak
Hutan bambu yang awalnya terasa menenangkan kini berubah menjadi tempat yang penuh misteri. Suara angin yang sebelumnya lembut kini berubah menjadi jeritan halus yang menggema di telinga Liu Feng. Malam semakin larut, dan kegelapan mulai melingkupi tempat itu. Liu Feng duduk di depan rumah tua, matanya menatap lurus ke arah pepohonan yang bergoyang tertiup angin."Apa yang kau pikirkan?" suara Shen Tao tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Pria itu berdiri di depan pintu, membawa lentera kecil yang memancarkan cahaya redup. Wajahnya terlihat serius, seolah ia merasakan sesuatu yang tidak biasa."Aku merasa... ada sesuatu yang salah," jawab Liu Feng. "Hutan ini terasa berbeda, seperti sedang memperhatikan kita."Shen Tao menghela napas panjang. "Kau tidak salah. Hutan ini memang memiliki kehidupan sendiri. Namun, yang membuatku khawatir adalah kehadiran energi asing yang aku rasakan sejak tadi sore.""Energi asing?" Liu Feng mengerutkan kening. "Apa itu berarti ada seseorang atau sesuatu d
Fajar mulai menyingsing, menyingkirkan sisa-sisa kegelapan malam. Sinar matahari pertama memantul di dedaunan hutan bambu, menciptakan kilauan yang indah namun tidak cukup untuk mengusir perasaan gelisah di hati Liu Feng. Ia terus memandangi tanda hitam yang kini menghiasi lengannya, merasakan denyutan aneh yang seolah memiliki kehidupan sendiri. "Shen Tao," panggil Liu Feng dengan suara pelan, namun penuh kecemasan. "Apa sebenarnya tanda ini? Mengapa aku bisa merasakannya seperti darah yang mengalir di nadiku?" Shen Tao tidak langsung menjawab. Pria itu duduk di sebuah batu besar, matanya menatap kosong ke arah pepohonan. Sepertinya ia tengah bergulat dengan pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berbicara. "Tanda itu bukan hal yang seharusnya muncul begitu saja," ucap Shen Tao dengan nada serius. "Hanya mereka yang telah bersentuhan dengan energi kegelapan terdalam yang bisa memiliki tanda seperti itu." Liu Feng terkejut mendengarnya. "Energi kegelapan? Tapi aku
Langit yang gelap bergetar ketika Yue Lan menyentuh tanda hitam di lengan Liu Feng. Energi misterius menyebar, seperti gelombang pasang yang menguasai setiap inci ruang di sekitarnya. Dalam sekejap, dunia mereka berubah. Hutan yang sunyi kini berganti dengan tanah tandus yang diselimuti kabut pekat. Di kejauhan, terdengar suara langkah berat, diselingi gemuruh suara seperti makhluk raksasa yang sedang mendekat. "Di mana kita?" tanya Liu Feng, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup cepat. "Ini adalah dunia dalam tanda itu," jawab Yue Lan, suaranya tegas namun penuh ketenangan. "Hanya mereka yang terhubung dengan energi kegelapan yang bisa masuk ke sini." Shen Tao memandang sekeliling, wajahnya penuh kewaspadaan. "Apa tujuanmu membawa kami ke sini? Dunia ini bukan tempat untuk bermain-main." Yue Lan menghela napas. "Aku tidak membawa kalian ke sini untuk bermain-main. Dunia ini adalah cerminan dari kekuatan tanda hitam. Jika Liu Feng ingin menguasainya, ia harus menghada
Langit mulai memerah ketika suara ledakan mengguncang hutan bambu. Rerumputan hijau yang sebelumnya tenang kini berubah menjadi arena kekacauan. Liu Feng, Shen Tao, dan Yue Lan berdiri di tengah kepanikan, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi."Liu Feng, cepat! Kita harus pergi!" teriak Yue Lan, menarik lengan Liu Feng.Namun, langkah mereka terhenti ketika bayangan besar muncul dari balik pepohonan. Sosok itu berbentuk seperti manusia, namun tubuhnya terbungkus kabut hitam yang terus bergerak seperti makhluk hidup. Matanya memancarkan cahaya merah, penuh dengan kebencian."Dia sudah menemukan kita," gumam Yue Lan dengan suara gemetar.Liu Feng mengepalkan pedangnya lebih erat, mencoba menahan rasa takut yang mulai menjalari tubuhnya. "Siapa dia?""Makhluk bayangan. Salah satu utusan dari Penguasa Kegelapan," jawab Yue Lan. "Tanda hitam di lenganmu menarik perhatian mereka. Mereka datang untuk mengambilnya darimu."Shen Tao melangkah maju, berdiri di depan Liu Feng dan Yue Lan
Kabut itu bukan sekadar udara tebal. Setiap hembusannya membawa bisikan, cerita masa lalu yang kelam, dan janji kematian bagi mereka yang lemah. Liu Feng, Shen Tao, dan Yue Lan melangkah perlahan, dikelilingi oleh kegelapan yang seolah hidup. “Jangan terlalu jauh dariku,” kata Shen Tao dengan nada tegas. “Kabut ini tidak hanya menghalangi penglihatan, tetapi juga memanipulasi pikiran.” Liu Feng merasakan tanda di lengannya mulai panas. Semakin dalam mereka melangkah, semakin berat langkahnya. Seolah-olah sesuatu di dalam kabut itu memanggilnya, menariknya untuk maju. “Feng, kau baik-baik saja?” tanya Yue Lan, nada suaranya cemas. Liu Feng mengangguk singkat. “Aku baik. Tapi... ada sesuatu yang aneh di sini.” Bisikan dalam kabut semakin keras, membuat suasana semakin mencekam. Shen Tao berhenti di depan mereka, menatap sesuatu yang tersembunyi dalam kegelapan. “Siapkan senjatamu,” perintahnya. Dari kegelapan, sosok mulai muncul. Itu adalah bayangan humanoid dengan tubuh yang tam
Liu Feng berdiri mematung di depan gerbang raksasa itu, merasa seolah-olah waktu berhenti. Ukiran naga hitam pada gerbang tersebut tampak hidup, dengan mata merahnya yang bersinar menatap tajam, seolah-olah menembus jiwanya. Aura dingin dan gelap mengalir dari gerbang itu, membuat udara di sekitar terasa berat. “Feng, mundur!” teriak Shen Tao, menariknya kembali ke kenyataan. Namun, sebelum Liu Feng bisa bergerak, tanda di lengannya kembali bersinar, kali ini lebih terang dari sebelumnya. Cahaya itu seolah-olah beresonansi dengan gerbang di depannya, memancarkan denyut energi yang menggema di udara. “Ini bukan pertanda baik,” gumam Shen Tao. Yue Lan menggenggam busurnya erat-erat, matanya memindai bayangan yang bergerak di sekitar mereka. “Apa ini jebakan?” tanyanya. Shen Tao menggeleng. “Ini bukan jebakan. Ini adalah ujian.” Tiba-tiba, gerbang itu mulai terbuka perlahan, mengeluarkan suara gemuruh yang mengguncang tanah di bawah mereka. Dari celah gerbang yang terbuka, angin di
Ketika Liu Feng melangkah ke arena berikutnya, suasana seketika berubah. Dinding batu yang semula dingin dan tenang kini tampak berdenyut, seolah memiliki kehidupan sendiri. Udara terasa berat dengan energi yang tidak kasat mata, membuat setiap tarikan napasnya terasa seperti perjuangan.Di hadapannya, berdiri sebuah patung raksasa yang menggambarkan sosok prajurit kuno. Patung itu memegang pedang yang panjangnya hampir tiga kali tinggi Liu Feng, dan matanya yang terbuat dari batu permata merah menyala seperti bara api. Rasanya seperti patung itu bisa hidup kapan saja, dan itu membuat Liu Feng merasakan tekanan yang luar biasa.Namun, ia tidak mundur. Ia tahu bahwa ini adalah bagian dari ujian kedua yang harus dilaluinya. Sambil mengatur napas, ia berjalan mendekati altar yang terletak di depan patung tersebut. Di atas altar itu, ada sebuah gulungan tua yang memancarkan cahaya lembut. Tapi saat Liu Feng mengulurkan tangannya untuk mengambil gulungan itu, suara keras bergema di seluruh
Kegelapan menyelimuti ruang itu, membuat Liu Feng sulit membedakan mana realitas dan mana bayangan. Dinding-dinding batu di sekitarnya memantulkan gema langkah kakinya, seolah-olah setiap langkahnya dihantui oleh makhluk tak kasat mata. Shen Tao berjalan di depannya dengan penuh kewaspadaan, sementara Hong Mei menjaga bagian belakang, matanya tajam memindai setiap sudut.“Ini bukan hanya gua biasa,” kata Shen Tao sambil mengerutkan kening. “Energi yang mengalir di sini berbeda... ada sesuatu yang sangat tua dan berbahaya.”Liu Feng tidak menanggapi, tetapi ia bisa merasakan udara yang semakin berat. Setiap tarikan napas seperti menghirup beban yang menekan dadanya. Ia tahu bahwa mereka telah melewati batas aman dan memasuki wilayah yang penuh bahaya. Dalam pikirannya, suara-suara samar mulai terdengar—bisikan-bisikan yang menyebut namanya, memanggilnya ke arah yang tidak diketahui.Hong Mei tiba-tiba berhenti, tangannya terangkat memberi tanda bahaya. “Diam,” bisiknya tajam.Liu Feng
Cahaya rembulan menyinari lembah yang tenang, tetapi di balik ketenangan itu, gejolak besar tengah berlangsung. Liu Feng berdiri di atas puncak tebing, mengamati lembah yang dipenuhi kabut tipis. Aura ancaman terasa di udara, membuat napasnya terasa berat.“Liu Feng, kau yakin ingin turun ke sana?” suara Su Mei memecah keheningan. Gadis itu berdiri di belakangnya dengan wajah cemas. Dia tahu bahwa lembah ini bukan tempat sembarangan—legenda tentang makhluk penjaga bayangan sudah sering ia dengar sejak kecil.Liu Feng menoleh, senyum tipis di wajahnya. “Aku tidak punya pilihan, Su Mei. Jawaban atas misteri ini ada di bawah sana. Jika aku tidak mencoba, semuanya akan sia-sia.”Su Mei menggigit bibirnya, merasa tidak berdaya. “Kalau begitu, aku akan ikut denganmu.”“Tidak,” jawab Liu Feng tegas. “Ini adalah tugas yang harus aku selesaikan sendiri. Kau sudah cukup banyak membantuku. Aku tidak ingin kau terluka.”Su Mei ingin membantah, tetapi sorot mata Liu Feng yang penuh tekad membuatny
Getaran yang mengguncang ruangan itu semakin hebat, menyebabkan serpihan-serpihan kristal jatuh dari langit-langit. Liu Feng menarik tangan Wu Lan, memaksanya untuk berlari menuju pintu keluar. Shen Tao, yang masih lemah, dibantu berdiri oleh Liu Feng.“Cepat! Kita harus keluar dari sini sebelum tempat ini benar-benar runtuh!” seru Liu Feng dengan nada mendesak.Ketiganya berlari melewati tangga yang sebelumnya mereka lalui, namun jalan itu sekarang penuh dengan retakan besar dan tumpukan batu yang menghalangi. Energi merah yang sebelumnya berasal dari kolam kini menjalar melalui dinding, menciptakan ledakan kecil yang membuat perjalanan mereka semakin berbahaya.Wu Lan, dengan nafas terengah-engah, berteriak, “Apa yang terjadi, Feng? Apa sebenarnya yang kita hancurkan?”Liu Feng menggelengkan kepala, wajahnya penuh kekhawatiran. “Aku tidak tahu! Tapi energi ini… terasa seperti sesuatu yang lebih kuat daripada yang bisa kita bayangkan.”Ketika mereka hampir mencapai pintu keluar, sebu
Tangga yang menurun ke kegelapan terasa seperti tak berujung. Setiap langkah yang diambil Liu Feng, Wu Lan, dan Shen Tao semakin memperdalam rasa tegang yang menyelimuti mereka. Udara di sekitar menjadi semakin berat, dan energi yang terasa seolah-olah menarik mereka ke bawah dengan paksa.Wu Lan menggenggam tombaknya erat-erat. “Tempat ini… sepertinya dibuat untuk menjebak siapa pun yang berani masuk.”Liu Feng menoleh ke arahnya, sorot matanya penuh dengan kewaspadaan. “Jika itu memang jebakan, maka kita harus memecahkannya. Jalan satu-satunya adalah maju.”Shen Tao, yang masih terlihat lemah meski sedikit membaik, berbicara pelan. “Tangga ini menuju ke tempat yang lebih tua dari yang kita duga. Aku bisa merasakan aura para leluhur kuno… tempat ini memiliki kekuatan yang tak bisa diremehkan.”Setelah perjalanan panjang, mereka tiba di sebuah ruangan lain. Ruangan itu berbeda dari yang sebelumnya. Dindingnya terbuat dari kristal berkilauan, dan di tengahnya terdapat sebuah kolam keci
Tubuh Liu Feng melayang di udara, terjatuh ke dalam kegelapan yang tampaknya tak berujung. Di sekelilingnya, bayangan-bayangan samar berputar seperti pusaran air, menyelimuti dirinya, Wu Lan, dan Shen Tao. Angin kencang menghantam wajahnya, membuatnya sulit bernapas.“Feng, hati-hati!” Wu Lan berteriak, tetapi suaranya hampir tak terdengar di tengah gemuruh yang menggelegar.Liu Feng mencoba menenangkan pikirannya. Ia memusatkan energi spiritualnya di telapak tangan, menciptakan pijakan energi untuk memperlambat kejatuhannya. “Wu Lan! Shen Tao! Gunakan energi kalian untuk mengurangi kecepatan jatuh!”Wu Lan merespons cepat, menciptakan lingkaran energi biru di sekeliling tubuhnya, melambatkannya. Namun, Shen Tao masih belum pulih sepenuhnya. Tubuhnya terus meluncur dengan kecepatan penuh ke bawah.“Shen Tao!” Liu Feng melompat ke arahnya, menangkap tubuh mentornya di udara. Dengan susah payah, ia menyalurkan energi ke dalam tubuh Shen Tao untuk melindunginya.Saat itu, sebuah cahaya r
Lorong itu dipenuhi tekanan yang menyiksa, seolah-olah udara itu sendiri ingin menghancurkan tubuh Liu Feng dan Wu Lan. Shen Tao, yang berdiri di depan mereka, memancarkan aura yang asing. Cahaya merah yang keluar dari matanya seperti bara api yang tak pernah padam, membakar tanpa henti.“Shen Tao, apa yang kau lakukan? Ini aku, Liu Feng!” seru Liu Feng sambil mengacungkan pedangnya, mencoba menahan aura mengerikan yang terpancar dari pria itu.Namun, Shen Tao tidak menjawab. Sebaliknya, ia menyerang dengan kecepatan yang tidak pernah Liu Feng duga sebelumnya. Wu Lan nyaris tidak sempat bereaksi ketika Shen Tao melompat ke arah mereka, pedangnya berkilau seperti darah.“Dia bukan Shen Tao yang kita kenal!” seru Wu Lan.Liu Feng menggertakkan giginya. Ia tahu ada yang salah. Gerakan Shen Tao terlalu agresif, terlalu... dingin. Bukan seperti pria yang dulu membimbingnya. Dengan refleks yang terlatih, ia mengangkat pedangnya, menangkis serangan mematikan yang hampir menebas lehernya.Ben
Liu Feng dan Wu Lan melangkah perlahan ke dalam lorong gelap yang baru saja mereka masuki. Udara di dalam terasa berat, seperti membawa kenangan yang terperangkap selama ribuan tahun. Dinding-dinding lorong itu dipenuhi ukiran-ukiran kuno yang memancarkan cahaya lembut, memberikan penerangan yang cukup untuk mereka bergerak maju."Ini tempat apa sebenarnya?" tanya Wu Lan dengan nada bingung. Ia mengamati ukiran-ukiran itu, mencoba memahami arti di balik simbol-simbol misterius tersebut."Entahlah," jawab Liu Feng sambil mengusap salah satu ukiran. "Tapi aku merasa... tempat ini bukan sekadar lorong biasa. Ada sesuatu yang hidup di sini."Wu Lan menelan ludah. "Hidup? Maksudmu apa?"Namun sebelum Liu Feng sempat menjawab, langkah kaki aneh yang mereka dengar sebelumnya semakin mendekat. Wu Lan langsung menggenggam gagang pedangnya dengan erat, bersiap menghadapi kemungkinan terburuk."Siap-siap," bisik Liu Feng, matanya menatap lurus ke depan.Dari kegelapan, sosok-sosok mulai muncul.
Liu Feng berdiri diam, matanya menatap tajam pada wanita berambut putih di hadapannya. Kehadirannya begitu mencolok di tengah kehancuran kota. Aura dingin yang memancar darinya membuat suasana di sekeliling semakin mencekam. Wu Lan di sisinya menggenggam pedangnya erat, bersiap untuk bertindak jika keadaan memaksa. "Siapa kau?" Liu Feng akhirnya angkat bicara. Suaranya tegas, meskipun hatinya diliputi rasa penasaran dan waspada. Wanita itu tersenyum tipis, tatapannya dingin namun tidak menunjukkan permusuhan langsung. "Namaku Xue Lian," katanya dengan suara lembut namun tegas. "Aku bukan musuhmu, tapi aku juga bukan sekutumu... belum." Kata-katanya membuat Liu Feng dan Wu Lan saling bertukar pandang. Situasi ini semakin membingungkan. Namun sebelum Liu Feng sempat bertanya lebih lanjut, suara langkah berat menggema di belakang mereka. Jenderal Bayangan yang memegang pedang besar bergerak maju, menatap Xue Lian dengan mata penuh kebencian. "Kau pengkhianat," desisnya, suaranya sepe
Liu Feng berjalan perlahan di jalan setapak yang hampir tertutup kabut tebal. Udara di sekitarnya dingin dan berat, seolah menekan paru-parunya dengan setiap langkah yang ia ambil. Di kejauhan, suara angin menderu seperti bisikan makhluk-makhluk yang mengintai dari balik bayangan. Tempat ini adalah perbatasan antara Lembah Kaisar Takdir dan wilayah kegelapan yang disebut "Batas Kegelapan."“Ini tempat yang menyeramkan,” gumam Wu Lan, sahabat setianya yang berjalan di samping. Ia menggenggam gagang pedangnya erat, matanya terus bergerak mencari tanda bahaya.“Berhati-hatilah,” ujar Shen Tao yang berjalan di depan mereka. Mantan pengelana legendaris itu tampak waspada, matanya menyipit seolah mencoba menembus kabut. "Tempat ini adalah daerah tak bertuan. Banyak yang memasuki Batas Kegelapan, tapi hampir tak ada yang kembali."Liu Feng mengangguk. Ia tahu betul bahwa tempat ini adalah ujian baru dalam perjalanannya. Batas Kegelapan tidak hanya dikenal karena bahayanya, tetapi juga karena