Share

16. Persimpangan

Penulis: Hanana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-18 21:37:46

Hujan turun dengan cukup deras, dan mata Gavin terus terpaku pada jendela. Tetesan air yang mengalir di kaca membentuk pola acak. Namun, benak Gavin justru melihatnya seperti gambaran wajah seseorang.

"Azura," lirih Gavin lemah.

Gavin telah berani menyebut perasaan ini sebagai luapan rindu. Secara sadar, dia sedang begitu mengharapkan untuk bisa bertemu. Sialnya, hari ini dia masih belum bisa mendatangi wanita itu.

Baru genap dua hari Gavin tidak melihat senyum Azura. Bukan karena terlalu sibuk, tapi saat ini Gavin hanya ingin menjaga perasaan Laura. Belakangan ini, Laura memang cenderung lebih posesif dan selalu ingin ditemani.

"Babe." Suara Laura tiba-tiba memecah gelembung lamunan.

Gavin menoleh. "Hm?"

"Besok aku ada undangan dinner sama teman kerjaku. Dia ulang tahun. Kamu ikut, ok?"

Gavin tampak berpikir. Matanya menyipit dengan napas yang tertahan. Setelah sedikit membuka rahang, dia lantas menggeleng.

"Why?" tanya Laura.

"Kamu saja ya. I hope you have a wonderful time."

"Kamu a
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   17. Persimpangan

    "Aku belum mandi," ucap Azura yang kepalanya menyembul dari balik pintu.Gavin terkekeh. Pagi ini, dia memang sengaja datang tanpa memberi tahu. Untungnya, kemunculannya tidak lantas membuat Azura marah. Wanita itu tetap mempersilakan Gavin masuk meski wajahnya masih sedikit menyiratkan ekspresi malu."Aku sedang membersihkan kamarku," ucap Azura. "Tunggu sebentar.""Take your time."Sambil duduk di atas sofa, Gavin tak henti memandangi wajah teduh yang rambutnya masih sedikit berantakan. Melalui bajunya yang tanpa lengan, Gavin bisa melihat bentuk pundak yang ternyata sangat indah. Tak ada maksud lain, kali ini Gavin benar-benar murni mengagumi.Sejenak, Gavin mengukur wanita di hadapannya dari bawah ke kepala. Dia cantik. Warna kulitnya cantik, matanya cantik, dan bahkan dia tetap terlihat cantik dengan kesederhanaan dan penampilan yang apa adanya.Tak bisa disangkal, Laura juga tak kalah cantik. Namun, Azura berbeda. Entah apa yang membuatnya memiliki nilai lebih, yang jelas, Gavin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   18. Separuh Jiwa

    Azura menatap lurus layar laptop yang Gavin pinjamkan kepadanya. Meski pandangan matanya hanya menuju ke satu titik, tapi fokusnya terbagi ke beberapa hal. Mulai dari menyesap rasa kehilangan atas kematian kedua orang tuanya, rasa lelah atas pelariannya dari Riki, dan kini harus kuat berdiri di atas kakinya sendiri.Ada banyak hal yang cukup mengacaukan pikirannya. Meski begitu, Azura terus berucap pada dirinya sendiri kalau dia harus kembali menjalani hidup. Bagaimanapun kondisinya, Azura tetap harus bekerja."Berurusan dengan hukum membutuhkan uang yang nggak sedikit," monolog Azura.Azura memutuskan untuk menjadi freelancer. Meski tak kemana-mana, Azura masih bisa menjadi translator, copy writer, content writer, dan penulis lepas di beberapa platform fiksi dan non-fiksi. Jadi, walaupun dua puluh empat jam terkurung di ruangan seluas 6x6, Azura tetap bisa memiliki pendapatan.Huruf demi huruf, Azura rangkai satu per satu. Jari-jarinya menari di atas keyboard, menciptakan dunia baru

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   19. Malam yang Panjang

    Azura bukan wanita yang kebal dengan godaan cinta dan perasaan sejenisnya. Terlebih lagi, itu datang dari lelaki yang sejak dulu dia impikan dan dambakan. Sekuat hati dia mencoba untuk tidak semudah itu luluh. Namun, wanita mana yang tidak melunak saat terus-menerus disuguhkan pada kebaikan, kasih sayang, perhatian, dan kelembutan."Makan dulu," ucap Gavin yang lantas duduk di sisi samping meja."Kamu benar-benar memasaknya sendiri?" tanya Azura yang masih ragu."Sejak satu jam yang lalu, aku udah berdiri di dapurmu. Dan kamu masih nggak percaya?"Azura tertawa. Sedikit aneh rasanya saat mendapati lelaki maskulin sepertinya ternyata cukup ramah dengan peralatan memasak. Bahkan, Azura masih terperangah saat melihat dua piring makanan yang tertata dengan cukup indah.Sebenarnya ini hanya hidangan sederhana. Ada beberapa slices beef yang dipadukan dengan telur, dua jamur utuh, toast, dan tomat. Namun, Azura harus mengakui kalau hidangan ini cukup menggugah."Well, aku nggak bisa masak ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   20. Remuk

    "Ra, apa Gavin sama kamu?"Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Laura, tepat saat Azura mengangkat telepon. Biasanya, Laura mengawali perbincangan dengan sapaan ringan atau tentang informasi penting mengenai kasus yang sedang dia kerjakan. Namun, kali ini berbeda. Laura justru langsung menanyakan keberadaan Gavin."Iya, dia ada di sini," jawab Azura."Sejak kapan?""Sejak pagi tadi," jawab Azura. "Perlu aku bangunkan? Dia sedang tidur.""Tidur?"Mendengar perubahan nada suara Laura, napas Azura lantas terhenti. Dia baru sadar kalau ucapannya seolah menjurus ke hal yang tidak-tidak. Padahal, Azura berani bersumpah tak ada yang terjadi di antara mereka.Maksudnya, pagi ini. Maksudnya, bukan hari hari kemarin, dan bukan pula malam malam kemarin. Pagi ini, memang tidak ada yang terjadi di antara Gavin dan Azura. Lelaki itu hanya sekedar tidur. Itu saja. "Jangan salah paham dulu. Tadi Gavin nggak sengaja tertidur di sofaku. Katanya, semalam dia harus mengerjakan draft untuk client

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   21. Saling Menginginkan

    Sebenarnya, ini adalah hari yang indah. Azura mendapat kabar tentang kemajuan kasus hukumnya, lalu dia juga baru saja menerima bayaran cukup besar dari hasil kerjanya selama beberapa bulan. Meski begitu, hatinya tetap saja diliputi kegundahan.Segala hal tentang Gavin menjadi kian rumit. Azura sudah mulai bergerak mundur. Namun, Gavin justru semakin mendekatinya. Sialnya, terlalu sulit bagi Azura untuk menolak semua yang Gavin suguhkan."Hello, my sunset," sapa Gavin dari arah pintu.Azura menoleh, lalu tersenyum tipis. Belakangan ini, Gavin memang sering memanggilnya dengan sebutan-sebutan aneh, tapi manis. Azura sudah meminta Gavin agar lebih baik menggunakan namanya saja. Namun, lelaki keras kepala itu selalu punya alasan untuk mempertahankan sesuatu yang dia mau.Seperti halnya saat ini. Gavin menyamakan keindahan matahari tenggelam dengan sosok Azura yang menurutnya sama-sama bernuansa jingga. Azura tidak paham betul mengapa Gavin menyebutnya sewarna jingga. Lelaki itu hanya menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   22. Dilema

    "Sepertinya kamu mulai dicurigai oleh Riki," ucap Laura kepada Gavin."Mungkin.""Dan kamu masih mau menemui Azura?" Suara Laura terdengar penuh dengan kekhawatiran. "Kamu harus menjauh dari Azura, setidaknya untuk sementara waktu."Gavin mengerti kekhawatiran Laura. Namun, dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Azura sendirian. Ibarat kata, Azura sedang menghadapi badai, dan Gavin berpikir kalau Azura akan menjadi lebih kuat kalau ada seseorang yang menggenggam tangannya.Selain itu, Gavin juga sudah terbiasa mengisi hari-harinya dengan kebersamaan mereka. Rasanya tak rela jika waktunya harus dihabiskan tanpa melihat wajah Azura. Meski hanya beberapa jam dalam satu hari, tapi bagi Gavin, itu sangat berarti.Lalu, ada satu lagi alasan terbesar yang tidak mungkin Gavin katakan pada Laura. Ini tentang perasaan yang diam-diam mulai tumbuh, bahkan telah berkembang. Orang bilang, hati manusia tidak mungkin bisa mencintai dua orang sekaligus. Namun, Gavin tidak menemukan kata lain yang bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   23. Ancaman

    Di sebuah ruangan besar dengan jendela-jendela lebar, Riki sedang berdiri memandangi jalanan kota. Dia tahu bahwa waktunya tidak banyak. Investigasi yang dipimpin Laura semakin menekan, dan bukti-bukti mulai terkuak ke permukaan. Dengan marah, dia memukul meja, membuat beberapa berkas terjatuh."Kita harus segera menemukan Azura." Riki berbicara dengan nada tegas kepada anak buahnya yang berkumpul di ruangan itu. "Jika dia berhasil bersaksi, kita semua akan habis."Dengan wajah tegang dan penuh rasa takut, anak buah Riki mengangguk. Mereka tahu bahwa bos mereka tidak main-main. Setiap perintah harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat."Saya sudah menyebar orang-orang di beberapa tempat yang mungkin dia datangi," kata salah satu dari mereka. "Kami juga memantau setiap pergerakan yang mencurigakan.""Apa hasilnya?""Masih belum kami temukan." Dia menjawab seraya menundukkan kepala.Riki spontan melempar lembar kertas di hadapannya. Berkas laporan lokasi tidaklah berarti. Riki tak butuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   24. Penyerangan

    'Aku ingin kamu jujur sama Azura kalau kita berdua sudah bertunangan.'Satu-satunya permintaan dari Laura terus terngiang di kepala. Gavin mengerti kalau pengakuan ini pasti akan sangat terasa berat. Namun, sepertinya memang sudah saatnya bagi Gavin untuk mengambil keputusan."I'm so sorry, Azura," lirih Gavin seorang diri.Gavin sudah tidak nyaman dengan hatinya yang terus dilanda kegelisahan. Ketidakjujuran nyatanya benar-benar membuat semuanya kacau. Tak bisa lebih lama lagi menutupi hubungannya dengan Laura, Gavin akhirnya bertekad membuka semua kepada Azura.Mempertahankan hubungannya dengan Laura adalah keputusan yang mau tak mau harus Gavin ambil. Meski rasa sayangnya kepada Azura semakin terasa nyata, tapi Gavin tidak mungkin sanggup menyakiti Laura lebih banyak lagi. Sudah saatnya Azura tahu kalau Laura sebenarnya adalah wanita yang akan menjadi istrinya.Aku telah berdosa karena sempat berpikir kalau Azura akan memiliki masa depan denganku, ucap Gavin dalam hati.Jalanan mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28

Bab terbaru

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   60. Mimpi yang Menjadi Nyata

    Azura berdiri di tengah lorong panjang yang suram. Dinding batu tua yang berlumut dan lembap mengapitnya. Cahaya remang menyorot ke arah jalanan licin. Bau tanah basah bercampur dengan bau sesuatu yang lebih tajam. Azura mengernyit sambil merapatkan jemari pada hidung. Ini seperti bau karat yang menyengat. Perutnya kemudian mendadak mual saat menyadari kalau yang dia cium adalah darah.Ingin menjerit, tapi suaranya tertahan. Azura tidak bisa berbicara, persis seperti seseorang yang sedang mengalami ketindihan. Alhasil, sambil menahan sesak, Azura hanya bisa mengamati sekitar.Matanya yang nanar berkedip beberapa kali demi menajamkan pandangan. Azura yakin belum pernah menginjak tempat ini. Dilihat dari bentuk bangunannya, ini bukanlah Yogyakarta, pun bukan Indonesia.Area sekitar yang semula buram, kini mulai tampak lebih jelas. Semakin lama mengamati, akhirnya Azura bisa mengenali tempat ini.Edinburgh.Sayangnya, ini bukan Edinburgh yang terang dengan kastil megah dan festival yang

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   59. Dia Berubah

    Gavin telah pergi. Benar-benar pergi. Dan ini bukan mimpi.Pagi tadi, di bandara, Azura masih bisa merasakan genggaman tangan Gavin. Namun, kini, dia hanya bisa menggenggam udara. Rindu ini terlalu dini. Kesepian ini terlalu tajam untuk dirasakan.Hening menjadi lebih menusuk dari biasanya. Tidak ada suara langkah kaki Gavin, tidak ada pula suara khasnya yang selalu memanggil dengan berbagai sebutan sayang. Azura hanya bisa mendengar kekosongan yang bergaung di pikirannya sendiri.'Aku akan mengabari kamu setiap hari, Sayang.' Itu kata terakhir dari Gavin yang Azura jadikan sebagai penguat.Sejak Gavin pergi, waktu berjalan lebih lambat. Azura sudah mencoba menyibukkan diri. Mulai dari menulis, membaca buku, menonton film, dan bekerja hingga dini hari. Namun, pikirannya selalu kembali pada satu nama, Gavin.Mereka tentu selalu saling bertukar kabar. Meski hanya hal sederhana seperti keluhan Gavin mengenai Edinburgh yang terasa jauh lebih dingin, tapi hal itu sudah sedikit membuat Azur

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   58. Perpisahan

    Suara announcer menggema di langit-langit bandara. Derap langkah tergesa berpadu dengan percakapan yang menyesakkan. Gavin terus menggenggam tangan Azura erat, seolah enggan melepaskan."Sayang." Suara Gavin lebih pelan dari biasanya, hampir tertelan dalam hiruk-pikuk sekitar. Tatapannya penuh dengan sesuatu yang tidak terucapkan. Jika ditelisik lebih dalam, sorot mata itu menggambarkan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar perpisahan singkat.Azura menelan ludah, mencoba mengabaikan benak yang penat. "Kamu yakin nggak bisa menundanya?" tanya Azura, meski sudah tahu jawaban yang akan diterima.Gavin menggeleng, menyesap napas dalam. "Aku ingin tetap di sini, Azura. Kamu tahu itu," gumamnya. "Tapi ini sesuatu yang nggak bisa aku tunda. Pekerjaan ini sangat mendesak."Azura mengangguk kecil. Dia tahu Gavin tidak akan pergi jika tidak ada alasan yang benar-benar penting. Namun, tetap saja ada sesuatu yang mengganjal. Azura masih memiliki sederet pertanyaan yang menggantung tanpa jaw

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   57. Pulang

    "Mars," lirih Azura pelan.Gavin mengernyit, hampir terkejut. "Kamu bilang apa?""Mars," ucap Azura lagi.Hujan turun perlahan, menari di atas dedaunan dan menciptakan simfoni lembut yang mengisi udara. Aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh yang mengepul di antara jemari Azura. Dia bersandar pada Gavin, merasakan kehangatan tubuhnya yang kontras dengan udara dingin di sekeliling mereka."Dulu, saat aku masih kuliah, aku sering bermimpi seperti ini," ujar Azura. Suaranya terdengar seperti bisikan yang hampir tenggelam dalam suara hujan.Gavin menoleh, menatapnya dengan penuh minat. "Seperti ini?"Azura mengangguk pelan, matanya menerawang jauh ke masa lalu. "Menikmati hujan di Edinburgh, bersama Mars."Gavin terdiam. Ada sesuatu yang menghangat di dalam dadanya. Nama itu, Mars, adalah dirinya. Sebuah nama yang dulu Azura berikan kepada lelaki dalam mimpi-mimpinya, jauh sebelum mereka bertemu di dunia nyata."Jadi, kamu pernah membayangkan kita seperti ini?" Gavin bertanya, suara

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   56. Wedding Proposal

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian Gavin. Langit di atas rumah kecil Azura tetap sama, burung gagak yang sempat datang juga tak lagi muncul di jendela. Tidak ada firasat buruk, tidak ada pula kabar mengejutkan.Dunia tetap berputar seperti biasa.Azura memandang ponselnya, jemarinya mengusap layar tanpa benar-benar mengetikkan pesan. Gavin sudah beberapa kali mengirim kabar, suara tenangnya di telepon pun selalu berhasil meredakan ketakutannya. Namun, tetap saja, ada sesuatu di dalam dirinya yang belum sepenuhnya percaya.Seakan mampu membaca kerisauan hati Azura, nama Gavin langsung tertera di layar.Azura tersenyum kecil sebelum mengangkatnya. “Hai.”“Kenapa suaramu seperti itu?” Gavin langsung bisa menebak. Suara Azura memang terdengar sedikit serak, tapi tetap penuh perhatian.“Seperti apa?”“Seperti seseorang yang nggak yakin kalau aku baik-baik saja.”Azura menghela napas. “Mungkin karena aku memang belum yakin.”Di seberang sana, Gavin tertawa kecil. “Maukah kamu percaya ka

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   55. Burung Gagak

    Seharusnya ini adalah pagi yang indah. Seharusnya Azura merasa damai dengan hidupnya yang nyaris sempurna. Namun, Azura justru membuka mata dalam keadaan gelisah.Azura menggerakkan tubuhnya perlahan, berusaha menghilangkan semua perasaan aneh. Namun, saat dia menoleh ke jendela, badannya justru kian menegang. Di sana, di balik kaca yang berembun, Azura melihat seekor burung yang biasa disebut sebagai simbol kematian."Ya Tuhan," ucap Azura dengan napas tertahan.Gagak yang ukurannya cukup besar sedang bertengger di ujung jendela. Matanya yang hitam pekat menatap lurus ke arahnya. Sorotnya tajam, menusuk, seolah membawa pesan yang tidak bisa diabaikan.Azura tetap duduk, diam di tempat. Sedangkan burung itu tidak bergerak, tidak pula mengeluarkan suara. Dia hanya diam, menatap, seakan sedang mengawasi setiap pergerakan Azura."Azura?" Suara serak Gavin membuyarkan lamunannya. Laki-laki itu mengerjap beberapa kali sebelum menoleh ke arahnya. "Kamu kenapa?"Azura menoleh kembali ke jend

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   54. Kota Asing

    Langit berwarna kelabu, seakan menyimpan sesuatu yang pilu. Udara di tempat itu menusuk, bukan hanya karena dingin, tapi juga karena kehampaan yang entah datang dari mana. Jalanan yang basah oleh hujan seolah tak pernah benar-benar kering, dan aroma tanah bercampur kabut menambah kesan muram. Bangunan-bangunan tua berjejer di sepanjang jalan, jendelanya gelap seperti mata yang mengamati tanpa ekspresi.Azura berdiri di tengahnya, napasnya menghangatkan udara dingin yang mengelilinginya. Dia tidak tahu di mana ini, tapi setiap sudut terasa menyesakkan dada. Angin berembus kencang, menyapu dedaunan yang jatuh dari pepohonan di tepi jalan. Suasana hening, nyaris tidak ada suara selain desau angin yang berbisik di antara bangunan tua.Lalu, tiba-tiba..."Azura..."Suara itu.Suara Gavin.Azura berbalik, matanya menyapu sekeliling, tapi yang dia lihat hanyalah bayangan-bayangan samar di balik kabut. Langkahnya ingin maju, tapi entah kenapa tubuhnya terasa kaku. Dia mencoba mencari arah sua

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   53. New Life

    Bukan dalam mimpi, bukan dalam ingatan yang samar, tapi malam ini Azura dan Gavin bisa benar-benar bersama dalam kenyataan. Keberadaan masing-masing tampak kasat mata dan lebih indah dari apa pun juga."Ra, aku masih nggak percaya akhirnya aku bisa ada di sini, bersama kamu."Azura menghela napas, mencoba menenangkan degup jantungnya yang masih belum terkendali. "Aku juga."Setelah sekian lama saling mencari, mereka akhirnya menemukan satu sama lain lagi. Tidak ada lagi kata-kata yang perlu diucapkan malam itu, hanya ada kebisuan yang nyaman dan kehangatan yang perlahan mengisi ruang. Dari sinilah kebahagiaan mereka perlahan mulai tumbuh kembali.Matahari terbit dan tenggelam, mengiringi hari-hari yang mereka jalani tanpa pernah benar-benar berpisah. Waktu berjalan tanpa terasa, berubah menjadi hari, lalu minggu. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bersama. Tak hanya salah satu, tapi keduanya sama-sama takut kehilangan untuk kedua kalinya.Rutinitas pagi Azura adalah duduk bersil

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   52. Masih Saling Mencintai

    "Vin, pelipismu berdarah," ucap Azura yang baru saja melepas pelukannya.Dahi Gavin sontak mengernyit. Dia sama sekali tidak menyadari ada luka di pelipisnya. Rasa sakit pun seolah tak pernah singgah. Sejak tadi, pikirannya hanya dipenuhi hal mendesak tentang Azura. Nyeri dan perih sama sekali tidak punya tempat untuk dirasakan."Apa yang terjadi?" Jemari tangan Azura menyentuh pelan luka yang tidak terlalu besar, tapi cukup kentara.Sisa darah yang telah mengering tampak samar di bawah lampu rumah. Cahaya tidak cukup terang, tapi memar membiru di dekat luka tetap berhasil menarik perhatian. Tatapan Azura yang semula sendu, seketika berubah menjadi penuh kekhawatiran.“Vin?” Suara Azura hampir bergetar. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Gavin mencoba tersenyum, meski terasa kaku. "Aku baik-baik saja."Azura memiringkan kepala, jelas tidak percaya. Wajahnya kembali mendekat, menyisakan jarak yang hanya beberapa inci. Tangannya kembali terangkat ragu, kemudian mengusap perlahan di sekitar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status