Share

15. I love You As Always

Author: Hanana
last update Last Updated: 2024-08-16 10:24:56

"Babe?" panggil Laura.

Gavin yang masih duduk di ruang kerja lantas mendongak. Meski belum sempat menjelaskan apa-apa, tapi Gavin bisa membaca aura cemas di wajah Laura. Gavin yakin, Laura akan membicarakan hal yang penting.

"Kamu kenapa?" tanya Gavin seraya menarik tangan Laura.

Setelah terlebih dahulu mengusap wajah Laura, Gavin lantas meraih bagian pinggang. Dengan sedikit tarikan, dia lantas membiarkan Laura duduk di pangkuannya. Tak lupa, sebelah lengan Gavin juga terulur melingkari perut.

"Senyum dulu." Gavin berucap seraya mengusap pipi Laura.

Sambil sedikit memundurkan kepala, Laura kemudian menggeleng. Ekspresi wajahnya masih teguh menyiratkan rasa serius. Cara Laura menatap mengisyaratkan kalau dia sedang tidak ingin diajak bercanda.

"Ok, sorry," ucap Gavin menyadari kesalahannya. "Ada apa? Ada sesuatu?"

"Aku barusan telepon Azura."

"Lalu?"

"Aku agak ragu."

Dahi Gavin mengernyit. "Why? Bukannya kemenangan kasus ini mendekati 90%?"

"Bukan soal itu," balas Laura. "Aku memikirk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   16. Persimpangan

    Hujan turun dengan cukup deras, dan mata Gavin terus terpaku pada jendela. Tetesan air yang mengalir di kaca membentuk pola acak. Namun, benak Gavin justru melihatnya seperti gambaran wajah seseorang."Azura," lirih Gavin lemah.Gavin telah berani menyebut perasaan ini sebagai luapan rindu. Secara sadar, dia sedang begitu mengharapkan untuk bisa bertemu. Sialnya, hari ini dia masih belum bisa mendatangi wanita itu.Baru genap dua hari Gavin tidak melihat senyum Azura. Bukan karena terlalu sibuk, tapi saat ini Gavin hanya ingin menjaga perasaan Laura. Belakangan ini, Laura memang cenderung lebih posesif dan selalu ingin ditemani."Babe." Suara Laura tiba-tiba memecah gelembung lamunan.Gavin menoleh. "Hm?""Besok aku ada undangan dinner sama teman kerjaku. Dia ulang tahun. Kamu ikut, ok?"Gavin tampak berpikir. Matanya menyipit dengan napas yang tertahan. Setelah sedikit membuka rahang, dia lantas menggeleng."Why?" tanya Laura."Kamu saja ya. I hope you have a wonderful time.""Kamu a

    Last Updated : 2024-08-18
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   17. Persimpangan

    "Aku belum mandi," ucap Azura yang kepalanya menyembul dari balik pintu.Gavin terkekeh. Pagi ini, dia memang sengaja datang tanpa memberi tahu. Untungnya, kemunculannya tidak lantas membuat Azura marah. Wanita itu tetap mempersilakan Gavin masuk meski wajahnya masih sedikit menyiratkan ekspresi malu."Aku sedang membersihkan kamarku," ucap Azura. "Tunggu sebentar.""Take your time."Sambil duduk di atas sofa, Gavin tak henti memandangi wajah teduh yang rambutnya masih sedikit berantakan. Melalui bajunya yang tanpa lengan, Gavin bisa melihat bentuk pundak yang ternyata sangat indah. Tak ada maksud lain, kali ini Gavin benar-benar murni mengagumi.Sejenak, Gavin mengukur wanita di hadapannya dari bawah ke kepala. Dia cantik. Warna kulitnya cantik, matanya cantik, dan bahkan dia tetap terlihat cantik dengan kesederhanaan dan penampilan yang apa adanya.Tak bisa disangkal, Laura juga tak kalah cantik. Namun, Azura berbeda. Entah apa yang membuatnya memiliki nilai lebih, yang jelas, Gavin

    Last Updated : 2024-08-20
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   18. Separuh Jiwa

    Azura menatap lurus layar laptop yang Gavin pinjamkan kepadanya. Meski pandangan matanya hanya menuju ke satu titik, tapi fokusnya terbagi ke beberapa hal. Mulai dari menyesap rasa kehilangan atas kematian kedua orang tuanya, rasa lelah atas pelariannya dari Riki, dan kini harus kuat berdiri di atas kakinya sendiri.Ada banyak hal yang cukup mengacaukan pikirannya. Meski begitu, Azura terus berucap pada dirinya sendiri kalau dia harus kembali menjalani hidup. Bagaimanapun kondisinya, Azura tetap harus bekerja."Berurusan dengan hukum membutuhkan uang yang nggak sedikit," monolog Azura.Azura memutuskan untuk menjadi freelancer. Meski tak kemana-mana, Azura masih bisa menjadi translator, copy writer, content writer, dan penulis lepas di beberapa platform fiksi dan non-fiksi. Jadi, walaupun dua puluh empat jam terkurung di ruangan seluas 6x6, Azura tetap bisa memiliki pendapatan.Huruf demi huruf, Azura rangkai satu per satu. Jari-jarinya menari di atas keyboard, menciptakan dunia baru

    Last Updated : 2024-08-20
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   19. Malam yang Panjang

    Azura bukan wanita yang kebal dengan godaan cinta dan perasaan sejenisnya. Terlebih lagi, itu datang dari lelaki yang sejak dulu dia impikan dan dambakan. Sekuat hati dia mencoba untuk tidak semudah itu luluh. Namun, wanita mana yang tidak melunak saat terus-menerus disuguhkan pada kebaikan, kasih sayang, perhatian, dan kelembutan."Makan dulu," ucap Gavin yang lantas duduk di sisi samping meja."Kamu benar-benar memasaknya sendiri?" tanya Azura yang masih ragu."Sejak satu jam yang lalu, aku udah berdiri di dapurmu. Dan kamu masih nggak percaya?"Azura tertawa. Sedikit aneh rasanya saat mendapati lelaki maskulin sepertinya ternyata cukup ramah dengan peralatan memasak. Bahkan, Azura masih terperangah saat melihat dua piring makanan yang tertata dengan cukup indah.Sebenarnya ini hanya hidangan sederhana. Ada beberapa slices beef yang dipadukan dengan telur, dua jamur utuh, toast, dan tomat. Namun, Azura harus mengakui kalau hidangan ini cukup menggugah."Well, aku nggak bisa masak ma

    Last Updated : 2024-08-21
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   20. Remuk

    "Ra, apa Gavin sama kamu?"Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Laura, tepat saat Azura mengangkat telepon. Biasanya, Laura mengawali perbincangan dengan sapaan ringan atau tentang informasi penting mengenai kasus yang sedang dia kerjakan. Namun, kali ini berbeda. Laura justru langsung menanyakan keberadaan Gavin."Iya, dia ada di sini," jawab Azura."Sejak kapan?""Sejak pagi tadi," jawab Azura. "Perlu aku bangunkan? Dia sedang tidur.""Tidur?"Mendengar perubahan nada suara Laura, napas Azura lantas terhenti. Dia baru sadar kalau ucapannya seolah menjurus ke hal yang tidak-tidak. Padahal, Azura berani bersumpah tak ada yang terjadi di antara mereka.Maksudnya, pagi ini. Maksudnya, bukan hari hari kemarin, dan bukan pula malam malam kemarin. Pagi ini, memang tidak ada yang terjadi di antara Gavin dan Azura. Lelaki itu hanya sekedar tidur. Itu saja. "Jangan salah paham dulu. Tadi Gavin nggak sengaja tertidur di sofaku. Katanya, semalam dia harus mengerjakan draft untuk client

    Last Updated : 2024-08-24
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   21. Saling Menginginkan

    Sebenarnya, ini adalah hari yang indah. Azura mendapat kabar tentang kemajuan kasus hukumnya, lalu dia juga baru saja menerima bayaran cukup besar dari hasil kerjanya selama beberapa bulan. Meski begitu, hatinya tetap saja diliputi kegundahan.Segala hal tentang Gavin menjadi kian rumit. Azura sudah mulai bergerak mundur. Namun, Gavin justru semakin mendekatinya. Sialnya, terlalu sulit bagi Azura untuk menolak semua yang Gavin suguhkan."Hello, my sunset," sapa Gavin dari arah pintu.Azura menoleh, lalu tersenyum tipis. Belakangan ini, Gavin memang sering memanggilnya dengan sebutan-sebutan aneh, tapi manis. Azura sudah meminta Gavin agar lebih baik menggunakan namanya saja. Namun, lelaki keras kepala itu selalu punya alasan untuk mempertahankan sesuatu yang dia mau.Seperti halnya saat ini. Gavin menyamakan keindahan matahari tenggelam dengan sosok Azura yang menurutnya sama-sama bernuansa jingga. Azura tidak paham betul mengapa Gavin menyebutnya sewarna jingga. Lelaki itu hanya menj

    Last Updated : 2024-08-24
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   22. Dilema

    "Sepertinya kamu mulai dicurigai oleh Riki," ucap Laura kepada Gavin."Mungkin.""Dan kamu masih mau menemui Azura?" Suara Laura terdengar penuh dengan kekhawatiran. "Kamu harus menjauh dari Azura, setidaknya untuk sementara waktu."Gavin mengerti kekhawatiran Laura. Namun, dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Azura sendirian. Ibarat kata, Azura sedang menghadapi badai, dan Gavin berpikir kalau Azura akan menjadi lebih kuat kalau ada seseorang yang menggenggam tangannya.Selain itu, Gavin juga sudah terbiasa mengisi hari-harinya dengan kebersamaan mereka. Rasanya tak rela jika waktunya harus dihabiskan tanpa melihat wajah Azura. Meski hanya beberapa jam dalam satu hari, tapi bagi Gavin, itu sangat berarti.Lalu, ada satu lagi alasan terbesar yang tidak mungkin Gavin katakan pada Laura. Ini tentang perasaan yang diam-diam mulai tumbuh, bahkan telah berkembang. Orang bilang, hati manusia tidak mungkin bisa mencintai dua orang sekaligus. Namun, Gavin tidak menemukan kata lain yang bis

    Last Updated : 2024-08-25
  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   23. Ancaman

    Di sebuah ruangan besar dengan jendela-jendela lebar, Riki sedang berdiri memandangi jalanan kota. Dia tahu bahwa waktunya tidak banyak. Investigasi yang dipimpin Laura semakin menekan, dan bukti-bukti mulai terkuak ke permukaan. Dengan marah, dia memukul meja, membuat beberapa berkas terjatuh."Kita harus segera menemukan Azura." Riki berbicara dengan nada tegas kepada anak buahnya yang berkumpul di ruangan itu. "Jika dia berhasil bersaksi, kita semua akan habis."Dengan wajah tegang dan penuh rasa takut, anak buah Riki mengangguk. Mereka tahu bahwa bos mereka tidak main-main. Setiap perintah harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat."Saya sudah menyebar orang-orang di beberapa tempat yang mungkin dia datangi," kata salah satu dari mereka. "Kami juga memantau setiap pergerakan yang mencurigakan.""Apa hasilnya?""Masih belum kami temukan." Dia menjawab seraya menundukkan kepala.Riki spontan melempar lembar kertas di hadapannya. Berkas laporan lokasi tidaklah berarti. Riki tak butuh

    Last Updated : 2024-08-25

Latest chapter

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   69. Di Balik Tirai Rumah Sakit

    Azura memeluk dirinya sendiri. Penolakan tegas dari Darren cukup menampar dan bisa membuatnya sadar. Dia sudah terlalu gegabah.Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan membuat Azura terlalu ingin cepat menemukan Gavin. Dia terkesan terlalu memaksakan diri. Sampai-sampai, dia lupa kalau dirinya mulai menjadi egois dan tidak rasional."Maaf," ucap Azura lirih. "Aku yang seharusnya minta maaf."Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan ketika menyadari bahwa setiap langkah yang dia ambil mungkin akan menyeret Darren dan Laura ke jurang yang tak seharusnya. Ini salah. Ini terlalu jauh.Azura tidak ingin membuat siapa pun masuk ke dalam luka yang pada awalnya hanya miliknya sendiri.“Aku….” Suara Azura pelan, hampir tak terdengar. “Aku nggak ingin ada yang dirugikan karena aku. Termasuk kalian berdua.”“Azura—”Suara dari ponsel kembali terdengar. Darren belum menutup sambungan. Nada bicaranya masih terdengar berat, tapi juga tidak sekeras sebelumnya.“Aku bisa mengerti posisimu,” kata Da

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   68. Antara Hidup dan Mati

    Cahaya.Begitu silau, tapi tak menghangatkan.Begitu dekat, tapi tak bisa digapai.Gavin mencoba mengangkat kelopak matanya, tapi tubuhnya tak merespons. Raganya seolah masih tertinggal di tempat yang gelap, jauh di kedalaman yang tak bernama.Lamat-lamat, dia lantas mendengar suara. Pelan. Samar. Namun, jelas menusuk ke dalam kesadarannya yang rapuh.“Tingkatkan dosisnya. Dia belum boleh sadar. Belum sekarang.”Ada desis perintah. Ada langkah-langkah yang tergesa.Suara alat medis berdenting halus, monoton, seperti detak waktu yang terus berbunyi tanpa empati.Gavin ingin bertanya. Dia ingin tahu di mana dia, kenapa dia di sini, dan siapa yang sedang berbicara. Namun, semua pertanyaan itu hanya menggema di dalam pikirannya sendiri.Satu-satunya hal yang bisa dia rasakan hanyalah dingin. Dingin yang menjalari tulang, memeluk nyawanya erat-erat. Dalam kegelapan yang kembali menelannya, satu nama lantas melintas.Azura.Nama itu muncul seperti bisikan paling jujur di tengah kekacauan. M

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   67. Kehabisan Waktu

    Warna senja sudah menjilat tepian cakrawala saat Laura mengulirkan jari di layar ponselnya. Dia sedang mencari sebuah nama di daftar kontak yang saat ini mungkin bisa membawanya ke jalan keluar. Rowan Stewart, kakak laki-laki Gavin.“Aku nggak tahu dia masih pakai nomor ini atau nggak,” gumam Laura pelan, nyaris seperti minta izin untuk merasa gugup.David mengangguk. “Coba saja. Kita nggak punya banyak pilihan.”Azura tak ikut berkomentar. Namun, tatapan penuh harap darinya sudah cukup untuk memberikan Laura dukungan, atau bisa disebut juga dengan permohonan. Sungguh, wajahnya senada dengan langit mendung yang hanya sedikit disiram dengan rona jingga yang murung."Semoga tersambung," ucap Laura kemudian.Setelah mengembuskan napas panjang, Laura menekan tombol hijau. Tak lupa, dia juga membiarkan telepon berada pada mode loud speaker. Hanya butuh jeda satu detik hingga suara nada sambung berhasil mempercepat laju detak jantung.Sekali.Dua kali.Tiga kali.Lalu terdengar jawaban lela

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   66. Keluarga Gavin

    Azura tak ingat kapan terakhir kali dirinya merasa begitu lelah. Bukan sekadar kelelahan fisik, tapi sesuatu yang lebih dalam. Seperti tersesat di tempat yang seharusnya familiar, mencari seseorang yang seharusnya mudah ditemukan, tapi semakin dikejar, semakin jauh bayangannya.Tentu ada seberkas rasa ingin menyerah. Hari-hari yang selama ini Azura lewati bukanlah masa yang mudah. Untungnya, Azura masih menemukan satu nama yang mungkin bisa membantunya bangun dari kubangan lumpur.Laura datang. Langkahnya mantap dan cepat. Mantel panjangnya berkibar tertiup angin, menampakkan tubuh yang tampak lebih berisi. Di sebelahnya, David berjalan lebih pelan sambil mendorong stroller bayi."Azura." Suara Laura pelan, nyaris tenggelam dalam kebisuan.Sejenak, mereka hanya berdiri berhadapan. Dua orang yang dulu saling terikat dalam simpul yang rumit, kini kembali bertemu dalam keadaan yang sama sekali berbeda."Kamu baik-baik saja?" tanya Laura. Dia sadar kalau itu adalah pertanyaan bodoh yang t

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   65. Telepon Laura

    "Azura? Itu kamu, 'kan?"Tidak ada sapaan terburu-buru. Nada suara Laura memang terdengar terkejut. Mungkin dia tidak menyangka kalau Azura tiba-tiba menghubunginya. Namun, kalimat kedua darinya sudah meluncur dengan lebih tenang."Ra? Are you there?""Iya, ini aku," timpal Azura. "Hai, Laura."Azura menutup mata sejenak, meresapi kenyataan bahwa akhirnya mereka berbicara lagi setelah sekian lama tidak ada kontak. Ada perasaan aneh di dadanya. Bukan hanya canggung, tapi juga sedikit rindu.Laura pernah menjadi cahaya di tengah kegelapan yang hampir menelan Azura. Sebagai seorang pengacara, Laura tidak hanya menyelamatkan hidupnya dalam arti hukum, tapi juga dalam makna yang lebih dalam. Wanita itu pernah berhasil membebaskan Azura dari jerat yang hampir membunuh dirinya. Azura mengingat hari itu dengan jelas, bagaimana Laura berdiri di depan, berani melawan badai yang nyaris meruntuhkan.Hubungan mereka pun tidak sesederhana itu. Selain interaksi profesional antara klien dan pengacara

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   64. Menyusuri Setiap Sudut Barnton

    Azura masih diam pada pijak yang sama.Ada sesuatu.Bahu dan tengkuknya menegang. Bukan karena lelah, tapi lebih seperti ada sesuatu yang menariknya. Kepalanya seolah dipaksa untuk tetap menoleh ke lantai dua.Sejak beberapa detik yang lalu, ruangan itu sudah gelap. Cahaya dari luar hanya menyisakan kilasan samar di balik kaca besar. Semua kosong. Tak ada siapa pun.Namun, … tunggu dulu. Masih ada seseorang di atas sana.Azura menajamkan pandangan, tapi gelap di sana terlalu pekat. Sosok lelaki itu terbungkus dalam siluet yang buram. Namun, meski samar, Azura tetap bisa mengenalinya. Cara lelaki itu berdiri, garis bahunya yang kokoh, kemiringan kepalanya, dan satu tangannya yang diselipkan ke dalam saku, semua terasa begitu akrab."Gavin?" Azura berbisik pada dirinya sendiri.Udara yang semula bisa Azura hirup dengan bebas, kini berubah jadi beban yang menghimpit. Sebelum dia bisa mencari kepastian, sebelum otaknya mampu memproses lebih jauh, sosok itu lantas bergerak. Tak sampai tiga

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   63. Petunjuk Kecil

    Lobi kantor terlihat luas dengan pencahayaan hangat, kontras dengan area luar yang dingin dan cenderung abu-abu. Lantainya mengkilap, memantulkan bayangan tubuh Azura yang tampak kecil dan semakin kerdil. Udara di ruangan itu sejuk, tapi bukannya menenangkan, malah terasa asing dan tak bersahabat.Suara sepatu hak tinggi yang berdetak pelan di lantai marmer, suara ponsel yang bergetar, dan dentingan keyboard dari meja resepsionis membentuk simfoni kesibukan yang tidak berkesudahan. Tidak ada yang memedulikan Azura. Tidak ada yang memperhatikannya. Azura benar-benar hanyalah seorang pendatang tanpa identitas.Tenggorokannya terasa kering, kakinya sedikit gemetar, tapi tekad memaksa Azura untuk tetap tegak. Jemarinya mencengkeram tas, seolah mencari pegangan di tengah lautan ketidakpastian. Napasnya berat, tapi dia menolaknya menjadi tanda kelemahan. Dia sudah terlalu jauh untuk berbalik. Entah apa yang menantinya di depan, satu-satunya pilihan adalah melangkah."Permisi, saya mencari G

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   62. Stockbridge

    Warna langit begitu pekat, tanpa bintang, pun tanpa bulan. Hanya sayap pesawat yang sesekali berkilat terkena cahaya dari dalam kabin. Azura duduk diam, mencoba berpikir. Sialnya, dia seolah tidak diizinkan untuk memutar otak.Pesawat terus berguncang. Bahkan, lebih kencang dari sebelumnya. Azura menutup rapat kedua mata karena baru pertama kali mengalami turbulensi semengerikan ini. Napasnya tertahan di tenggorokan. Getaran itu merayap dari sandaran kursi hingga ke tulang belakang. Setiap gerak seolah sedang mengingatkan bahwa Azura sedang melayang di udara, menggantung di antara negara yang dia tinggalkan dan negara yang belum tentu menyambutnya.'Gila! Apa aku benar-benar sedang melakukan ini?' batin Azura dalan hati.Azura tidak tahu apakah kepergiannya ini merupakan keberanian atau kebodohan. Tidak ada yang bisa memastikan apakah Gavin masih di sana, apakah dia baik-baik saja, atau apakah dia benar-benar menginginkan Azura datang.Layar ponsel menampakkan itinerary yang dulu Gav

  • Lelaki yang Datang di Mimpiku Setiap Malam   61. Keputusan Azura

    Langit tampak kelabu, tapi hati Azura jauh lebih suram dari warna di luar jendela. Dia duduk di tepi ranjang, meremas selimut dengan tangan gemetar. Dadanya terasa sesak, seakan ada sesuatu yang mendesak, menekannya untuk bertindak. Namun, harus ke mana? Azura bahkan tidak tahu akan memulai dari mana.Gavin masih menghilang. Sudah berapa lama? Azura tidak lagi bisa menghitung. Pesan-pesan yang dia kirim tetap tanpa balasan. Panggilan teleponnya selalu berujung pada nada sambung yang menyebalkan.Azura mencoba mencari tahu tentang Edinburgh, kota yang bahkan belum pernah dia injak. Namun, nihil. Dia tidak mengenal siapa pun di sana. Tidak ada satu pun nama atau alamat yang bisa membantunya menemukan Gavin."How did it come to this?" monolog Azura Matanya memanas, tapi dia berusaha menahan diri. Ini bukan saatnya untuk menangis. Dia harus melakukan sesuatu, apa pun itu.Memesan tiket ke Edinburgh tanpa tujuan jelas, lalu mencari Gavin tanpa petunjuk sama sekali, mungkin itu akan terden

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status