Home / Romansa / Lelaki untuk Deline / Bab 6. Terlibat Kerja Sama

Share

Bab 6. Terlibat Kerja Sama

Author: Nona Trisia
last update Last Updated: 2021-07-14 13:10:27

Seluruh karyawan mendapat pesan dari Bos Lin King lewat grup W******p sejak semalam, hari ini kedai harus tutup. Mereka harus mempersiapkan perlengkapan kopi, bubuk kopi yang sudah dikemas ke dalam kemasan berlogo RC, serta memasukkan barang-barang yang diperlukan ke dalam mobil putih yang logonya sama.

"Detail, sempurna, tepat waktu. Kita harus punya semua itu! Anak-anak! Pastikan tidak ada yang kurang sedikitpun!" teriak Bos Lin King yang berdiri mengawasi karyawannya.

Pria itu melirik arlojinya. "Satu jam lagi kita harus berangkat!"

"El, kau sudah persiapkan semuanya? Celemek baru, baju yang cocok, semuanya. Kau harus terlihat rapi saat mempromosikan." Bos Lin King mendekat ke arah Deline.

"Sudah, Bos. Semuanya sudah di mobil."

Bos Lin King dengan yang lainnya satu mobil, menjadi pemandu tempat yang dituju. Sedangkan Deline bersama Kak Maxi yang menyetir mengikuti dari belakang menggunakan mobil Romantica Coffe.

***

Tibalah mereka di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Beberapa asisten dari gedung itu sudah menunggu kedatangan mereka sejak tadi ternyata, sebab saat kendaraan masuk halaman, orang-orang berseragam hitam tersebut langsung membantu menurunkan barang-barang dan membawanya ke lantai delapan belas, diiringi Bos Lin king serta yang lain.

Belum lama setelah dipersilahkan duduk di ruang tunggu, seorang pria berusia diperkirakan tiga puluh tahun ke atas, berkemeja merah maroon keluar dari balik pintu kaca dan langsung menyapa Bos Lin King.

"Anak-anak, dia Tom Fernandez, pemilik rumah produksi ini," ucap Bos Lin King memperkenalkan lelaki di sampingnya, dibalas sapaan kecil oleh Deline dan lainnya.

"Selamat datang semuanya. Oh, Deline! Putri Handrey seorang pembisnis besar. Senang bertemu denganmu."

Gadis bertubuh ramping itu sudah tidak terkejut lagi jika Tom Fernandez ini mengenal siapa dirinya. Semua pembisnis dalam bidang apa pun juga tahu daftar dan gambar keluarga Handrey. Nama keluarga Handrey sudah dikenal di mana-mana meskipun tidak memiliki nama belakang khusus.

Dari mulai kakek Deline, hingga keturunanya dari pihak ibu maupun ayah, semua piawai dalam berbisnis, itu lah alasannya keluarga mereka dikenal sebagai kelompok pemburu dolar. Deline punya kemampuan memimpin yang sama, bahkan sangat berbakat, tetapi gadis itu berbeda. Di saat semua keluarganya langsung berkecimpung di dunia bisnis sejak lulus perguruan tinggi, ia malah mengatakan bahwa dirinya belum mempunyai kesiapan.

"Selagi menunggu fhotografer terbaik andalan saya, mari bawa semua barang-barang itu ke ruangan yang sudah disiapkan." Tom lalu mengarahkan ke ruangan tidak jauh dari tempat mereka saat ini.

"Aku sudah memperhatikan dan mencari tahu tentang kafe-mu sejak beberapa bulan terakhir, salah satu fhotograferku juga bercerita bahwa tempat kalian memang selalu ramai, dia sering ke sana. Katanya, pelayanan dan suasana kafe kalian sangat menyenangkan. Kupikir berita itu sudah cukup untuk mengajak kerja sama," jelas Tom saat baru saja membuka pintu kaca ruangan tempat pemotretan.

"Ya ... kami mengutamakan kenyamanan pelanggan dan kualitas biji kopi serta bahan. Didukung pula dengan keahlian anak-anak ini, mereka sangat membanggakan," sahut Bos Lin King menanggapi.

"Tidak akan ada Romantica Coffe yang punya cita rasa unik tanpa mereka." 

Bertepatan setelah Bos Lin King melanjutkan ucapannya, seorang lelaki dengan jaket kulit putih, kaus hitam serta kacamata hitam masuk sambil memegang kotak perlengkapan kamera. Lelaki itu masih menunduk melihat barang-barang yang ia bawa.

"Maaf, Bos. Jalanan sangat padat," ujarnya.

Ketika wajah tanpa senyum itu terangkat, tentu kelima karyawan Bos Lin King terkejut. Apa lelaki tersebut juga terkejut? Tidak! Ia bahkan tidak menampakkan raut wajah apa pun. Datar dan tidak genap satu detik melihat salah satu gadis di ruangan itu.

Sayangnya tubuh Deline sudah bergetar, susah payah ia menyembunyikan, beruntung Katerin menyadari dan sigap menggenggam tangan sang sahabat untuk mengurangi gemetarnya. Katerin pun tak menyangka bahwa fhotografer yang sejak tadi Tuan Tom ceritakan adalah ... Arya, mantan kekasih Deline.

"Tidak masalah. Baik! Arya, kuharap kau dan Deline bisa bekerja sama dengan baik, sebab dia akan menjadi model iklannya."

"Arya ini sangat pandai mengambil gambar. Kami bertemu saat dia sedang mengambil potret di sebuah tempat festival sekitar tiga tahun yang lalu. Kalian akan senang mengenalnya." Tom merangkul bahu Arya seperti kakak beradik.

Beberapa saat kemudian, Bos Lin King dan Tom mulai meninggalkan ruang pemotretan, mungkin membahas masalah kerja sama ini selanjutnya. Tinggalah Deline beserta teman-temannya, juga Arya sejenak dalam keterdiaman.

Kak Maxi, Glen, dan Yuka tidak menyangka bahwa ternyata pelanggan beringas itu bekerja di tempat sebesar ini. Bahkan Yuka tak habis pikir, apa lelaki ugal-ugalan tersebut benar-benar bisa menghasilkan potret yang bagus?

"Yang akan menjadi modelnya, kurasa segerahlah bersiap-siap. Beberapa pekerja lain akan datang sepuluh menit lagi," ujar Arya tanpa menengok orang yang dirinya maksud.

Katerin mengambil barang yang tadi mereka siapkan, kemudian menarik Deline ke kamar mandi. Selain untuk bersiap, ia juga tahu bahwa hati sahabatnya itu kini tengah tak karuan.

"Kalau tahu begini, jujur, aku tidak akan pernah mau menjadi model. Biarkan saja karyawan lain. Kate! Aku sungguh tidak bisa jika harus dia yang memotret." Gadis yang sering dipanggil El itu berusaha mengecilkan suara agar keluhannya tak terdengar ke luar.

Mana mungkin dirinya harus terlibat kerja sama bersama lelaki yang seharusnya dihindari? Katakan itu berlebihan, tetapi ada kalanya seseorang menghindar dari apa yang membuatnya tidak nyaman, bukan? Untuk menyebut namanya saja rasanya lidah kelu.

"Sudahlah, El. Aku bahkan masih terkejut, tidak pernah terbayang. Huh ... Kau bisa, El. Ayo ganti pakaianmu, aku akan tunggu di luar."

Tak butuh waktu lama, Deline keluar dengan pakaian cokelat susu sedikit di atas lutut berserta celemek berlogo Romatica Coffe yang terbentuk rapi. Ikatan tali celemek pada pinggang rampingnya membuat tubuh gadis itu terlihat indah. Rambut digerai juga melengkapi gaya khas barista kekinian.

"Oh shit, El! You are beautiful!" Glen langsung berdiri dan mengelilingi temannya itu saking kagumnya.

"Kau tak kalah cantik dengan model-model lainnya, El," puji Yuka tersenyum bangga.

Saat El keluar setelah bersiap-siap, ternyata ruangan tersebut sudah diisi beberapa orang baru. Mungkin orang yang Arya maksud tadi, ada beberapa lelaki dan satu orang peremuan yang diperkirakan make up model. Mereka bahkan kagum padahal baru pertama kali melihat El.

Namun, alih-alih memuji. Arya malah menarik kain cokelat bermotif putih persegi empat yang sejak tadi tergantung di saku celananya, melipat menjadi persegi tiga. Tanpa izin langsung membentuknya rapi di kepala Deline dan diikat di belakang telinga.

Yuka mencubit lengan Katerin saking gemasnya melihat pemandangan di depannya.

"Ya Tuhan, Kate! Seperti sepasang kekasih!" bisiknya. Kate menanggapi dengan tatapan malas.

"Lebih bagus untuk tema iklan kopi," ujar Arya.

Seperti saat Arya mengelap lukanya di festival karena tertusuk duri malam itu, El merasakan perasaan tak karuan yang sama. Ia tak mengelak dan membantah saat lelaki dua puluh tujuh tahun itu mengikatkan kain di kepalanya. Embusan napas berat Arya sedikit terasa menerpa rambut El, membuat kegugupan sejenak menjadi.

"Kau bisa sedikit tersenyum? Perlihatkan kegembiraan saat berpose," cerca Arya. Memang sedikit kasar, tetapi begitulah gaya bicara seorang Arya Maurilion. Namun meski begitu, ia pernah berprilaku lembut.

"Aku bahkan bisa tersenyum dan tertawa pada saat hatiku hancur. Hal mudah bagiku." Jawaban Deline begitu tajam sehingga membuat Arya terdiam. Mungkin hanya Arya dan Katerin yang memahami maksud ucapan Deline barusan.

Pemoretan berjalan dengan baik, kecuali suasana hati dua orang di dalam ruangan itu. Perasaan canggung berada dalam satu ruangan, tetapi, di sisi lain Arya juga senang. Bersama-sama Deline adalah moment yang indah, walau tak saling bicara.

Related chapters

  • Lelaki untuk Deline    Bab 7. Bad Mood

    Semua orang sudah lebih dulu turun, tinggalah Deline yang baru saja ingin menyusul. Tiba-tiba sana tangannya dicekal dari belakang, langkahnya terhenti dan tentu terlihat terkejut. Tangan itu memegang pergelangan Deline dengan sedikit kuat."Kau gila? Lepaskan aku!""Aku akan lebih gila jika kau tetap memberontak," jawab Arya.Deline akhirnya diam, tidak mencoba melepaskan diri. Ia menunggu apa yang ingin lelaki di hadapannya ini bicarakan. Seandainya Arya tahu, saat ini hati Deline tengah tak karuan, ia bahkan tidak melihat lawan bicara.Merasakan tangan mulus gadis di hadapannya mulai melemah, Arya langsung saja bicara. Padahal, bila dipikirkan itu sudah tidak ada gunanya, kisah mereka sudah lama berlalu. Jadi, untuk apa ia mengungkitnya lagi? Namun, ia rasa hal tersebut perlu ditanyakan dari pada mati karena penasaran."Ingat apa yang pernah kutanyakan di kedaimu waktu itu?""Apa?" Mengenyeritkan dahi."Aku bertanya, bagaimana cara

    Last Updated : 2021-07-16
  • Lelaki untuk Deline   Bab 8. Sepasang Kekasih

    Sayangnya hati Deline begitu sulit mengeluarkan apa yang sudah terlanjur terpahat di dalamnya. Untuk menerima Bryan si baik hati itu pun sulit.Padahal, apa kurangnya Bryan? Sikap lembutnya pada perempuan, cara memperlakukan Deline dengan istimewa, Bryan seperti sang kakak, Diego. Senantiasa melindungi apa yang menurut mereka istimewa dan berharga.Namun, perasaan terhadap Bryan tetap hanya rasa nyaman dan tenang belaka, belum ada cinta. Arya seakan-akan menguasai sisi terdalam hatinya. Hanya dengan mendengar suara, sentuhan, tatapan, atmosfer di sekitar Deline langsung berubah. Dapat dirasakan tetapi sulit dijelaskan."Aku menyesal dahulu terlalu mencintainya, Kate. Sehingga sekarang tersiksa dengan hatiku sendiri," lirih Deline. Matanya sudah sembab."Kau akan bisa jika kau mau memberi sedikit ruang untuk orang lain, El. Bryan misalnya, dia lebih baik dari Arya," ujar Katerin.Terlalu lelah menangis, membuat Deline tertidur dan akhirnya menginap

    Last Updated : 2021-07-24
  • Lelaki untuk Deline   Bab 9. Pesta Dansa; Prince

    Di sebuah ruangan luas bernuansa Eropa, seorang lelaki baru saja selesai memakai kemeja putih, belum terkancing sama sekali. Memperlihatkan perut sixpack, serta rambut yang masih agak basah. Lelaki itu kemudian satu-persatu mengancing baju dari bawah. Lalu menyambar sebuah dasi hitam mengkilap yang sudah ia siapkan.Dengan senyum terbit sejak tadi di bibir merah mudanya, lelaki itu membayangkan betapa cantiknya gadis yang ia ajak berdansa kelak. Sudut bibir semakin terangkat, menandakan kebahagiaan malam ini.Tubuh tinggi itu menatap album putih yang terletak di atas nakas. Duduk di samping ranjang mengamati album bertuliskan 'love' tersebut. Saat dibuka, pada halaman pertama terdapat foto seorang gadis berusia kira-kira enam belas tahun tersenyum ke arah kamera, yang lebih menarik perhatian lagi jika orang lain melihatnya, pada setiap foto terdapat tahun di mana foto itu dibuat.Ya, itu potret masa-masa remaja Deline. Saat Bryan masih di Amerika Serikat, Cichag

    Last Updated : 2021-07-26
  • Lelaki untuk Deline   Bab 10. Pesta Dansa; Desiran Hangat

    Waktu yang ditunggu akhirnya tiba, masih dengan posisi tadi. Suara musik dansa mulai mengalun lembut dalam ruangan, semua pasangan terhanyut dengan nada-nada yang tercipta dari perpaduan biola dan piano. Mereka mengambil posisi masing-masing, saling berhadapan dengan pasangan."Kali pertama aku mengajak seorang gadis ke acara penting. Berdasalah denganku." Suara lembut itu begitu tenang didengar.Suasana romantis membuat Bryan diselimuti rasa gugup, tetapi beruntung bisa ia sembunyikan. Pengusaha muda pewaris Showroom mobil Gray itu memegang tangan Deline yang sudah terlepas dari pinggangnya, mengambil alih stem glass lalu meletakkannya di meja terdekat. Perlahan menarik lembut tangan gadis itu, menuntun pada bahu kirinya, sementara tangan kanannya ia ayunkan bersama.Sedangkan tangan sebelah kiri diletakkan pada pinggang ramping Deline. Gadis itu sedikit tersentak ketika tangan besar menyentuk pinggangnya. Posisi keduanya kini begitu dekat, hampir tak bercela.

    Last Updated : 2021-07-28
  • Lelaki untuk Deline   Bab 11. Kabar Kedekatan

    Dua hari setelah pesta dansa itu, dua hari pula Deline tidak melihat Arya datang ke kedai. Biasanya lelaki itu akan datang dan minum kopi di bangku nomor tujuh, jika tidak pagi, ya sore hari. Sedikitnya tentu ada rasa penasaran di benak Deline. Bukan ia saja, Yuka dan Katerin pun menyadari hal itu. Biasanya setiap hari Yuka akan berhadapan di kasir dengan si pelanggan sombong dan beringas."Aneh, apakah lelaki mesterius itu sudah punya kedai tempat nongkrong baru?" ujar Yuka.Kak Maxi dan Glen masih sibuk membersihkan mesin penggiling kopi. Membiarkan Yuka dengan rasa penasarannya."Apa kau menyukai dia?" tanya Glen dengan sindiran."You crazy? Aku ini masih waras, Bodoh! Ada banyak pria tampan di luar sana." Yuka memasang wajah tak suka ketika Glen memvonisnya menyukai si pria misterius. Mana mungkin ia mau?"Maka dari itu berhentilah membahas orang itu. Aku tidak ingin telingaku kesakitan mendengar kau dengan rasa penasaranmu yang tidak jelas," t

    Last Updated : 2021-08-04
  • Lelaki untuk Deline   Bab 12. Arya & Wanita Pelampiasan

    Arya menyerahkan semua jadwalnya pada rekan yang lain. Ia benar-benar tak akan fokus memotret saat ini. Beberapa wanita menarik tangannya, mengajak ke ruangan khusus untuk bercinta, tetapi lelaki itu menggeleng pelan, sembari masih mengelus bagian-bagian intim wanita di hadapannya.Namun, agaknya wanita seksi satu itu tidak putus asa untuk merasakan Arya. Terbukti sudah hampir dua jam ia tak beralih mencari mangsa lain. Ia tetap berusaha menggoda, sementara lelaki yang masih punya sedikit kesadaran itu berusaha tetap menolak meski masih memberi sedikit sentuhan."Masalahmu mungkin sangat berat, Sayang! Mari tenangkan bersamaku," bisik si wanita."Kau bisa mengangkat seluruh beban yang kini di pundakku?" balas Arya berbisik. Aroma alkohol menyeruak dari mulutnya, tetapi si gadis menyukai hal tersebut.Wanita itu tersenyum. "Tidak ... tetapi aku bisa membuatmu melupakannya sejenak."Arya memberi kode lewat tangannya pada bar tender untuk kembali meng

    Last Updated : 2021-08-08
  • Lelaki untuk Deline   Bab 13. Bertemu Elang

    Malam yang dingin menemani gadis yang baru saja pulang bekerja bersama motor hitam kesayangannya. Kali ini ia tak bersama Katerin, sebab gadis berambut pendek tadi pulang lebih dulu untuk urusan keluarga.Deline melewati sebuah toko perlengkapan kamera. Namun, bukan toko itu yang menjadi perhatian, melainkan seorang anak kecil dengan celana panjang dan jaket biru tengah menangis di dekat motor ninja. Ya, Deline kenal betul motor itu, sering ia lihat di parkiran Romantica Coffe.Ketika menuruni motor dan mengetahui siapa bocah manis itu, sebab mereka pernah bertemu di Mall bersama pembantu yang jelas dikenalnya. Deline seketika geram dengan si pemilik anak. Bisa-bisanya orang tersebut meninggalkan putranya sendirian di malam hari, kenapa tidak ikut dibawa masuk saja? Keterlaluan!"Hai, Nak. Di mana ayahmu?" sapa Deline.Anak itu menghentikan tangisnya. "Di dalam."Ia melihat arah telunjuk anak tersebut, mengarah pada toko perlengkapan kamera.

    Last Updated : 2021-08-20
  • Lelaki untuk Deline   Bab 1. Kopi Tanpa Gula

    Di saat hujan mengguyur bumi. Membasahi seluruh isinya bersamaan dengan suara deruh yang menenangkan, serta aroma khas tanah basah menjadi sebuah candu bagi beberapa insan di berbagai penjuru dunia.Suatu malam penetralisir lelah bagi seorang gadis yang pinggang rampingnya masih terikat kain cokelat bertuliskan 'Romantica Coffe'. Ia sedang disibukkan dengan beberapa gelas yang harus dilap."Seharusnya saat ini aku sedang menikmati sup hangat buatan ibuku di rumah, tetapi lihat, hujan ini menyebalkan. Kita terkurung di kafe untuk waktu yang cukup lama." Seorang gadis lainnya muncul dari balik ruangan paling belakang, tempat berganti pakaian."Jangan salahkan hujan untuk apa pun yang membuatmu marah."Mendengar ucapan rekannya, gadis tersebut menghampiri, tangan ia masukkan ke saku celemek. Membelakangi meja sambil mendengkus. Nampaknya malam ini hujan begitu bersalah, sebab menghalangnya pulang."Kau bisa bayangkan, El. Ini sudah jam seb

    Last Updated : 2021-06-30

Latest chapter

  • Lelaki untuk Deline   Bab 13. Bertemu Elang

    Malam yang dingin menemani gadis yang baru saja pulang bekerja bersama motor hitam kesayangannya. Kali ini ia tak bersama Katerin, sebab gadis berambut pendek tadi pulang lebih dulu untuk urusan keluarga.Deline melewati sebuah toko perlengkapan kamera. Namun, bukan toko itu yang menjadi perhatian, melainkan seorang anak kecil dengan celana panjang dan jaket biru tengah menangis di dekat motor ninja. Ya, Deline kenal betul motor itu, sering ia lihat di parkiran Romantica Coffe.Ketika menuruni motor dan mengetahui siapa bocah manis itu, sebab mereka pernah bertemu di Mall bersama pembantu yang jelas dikenalnya. Deline seketika geram dengan si pemilik anak. Bisa-bisanya orang tersebut meninggalkan putranya sendirian di malam hari, kenapa tidak ikut dibawa masuk saja? Keterlaluan!"Hai, Nak. Di mana ayahmu?" sapa Deline.Anak itu menghentikan tangisnya. "Di dalam."Ia melihat arah telunjuk anak tersebut, mengarah pada toko perlengkapan kamera.

  • Lelaki untuk Deline   Bab 12. Arya & Wanita Pelampiasan

    Arya menyerahkan semua jadwalnya pada rekan yang lain. Ia benar-benar tak akan fokus memotret saat ini. Beberapa wanita menarik tangannya, mengajak ke ruangan khusus untuk bercinta, tetapi lelaki itu menggeleng pelan, sembari masih mengelus bagian-bagian intim wanita di hadapannya.Namun, agaknya wanita seksi satu itu tidak putus asa untuk merasakan Arya. Terbukti sudah hampir dua jam ia tak beralih mencari mangsa lain. Ia tetap berusaha menggoda, sementara lelaki yang masih punya sedikit kesadaran itu berusaha tetap menolak meski masih memberi sedikit sentuhan."Masalahmu mungkin sangat berat, Sayang! Mari tenangkan bersamaku," bisik si wanita."Kau bisa mengangkat seluruh beban yang kini di pundakku?" balas Arya berbisik. Aroma alkohol menyeruak dari mulutnya, tetapi si gadis menyukai hal tersebut.Wanita itu tersenyum. "Tidak ... tetapi aku bisa membuatmu melupakannya sejenak."Arya memberi kode lewat tangannya pada bar tender untuk kembali meng

  • Lelaki untuk Deline   Bab 11. Kabar Kedekatan

    Dua hari setelah pesta dansa itu, dua hari pula Deline tidak melihat Arya datang ke kedai. Biasanya lelaki itu akan datang dan minum kopi di bangku nomor tujuh, jika tidak pagi, ya sore hari. Sedikitnya tentu ada rasa penasaran di benak Deline. Bukan ia saja, Yuka dan Katerin pun menyadari hal itu. Biasanya setiap hari Yuka akan berhadapan di kasir dengan si pelanggan sombong dan beringas."Aneh, apakah lelaki mesterius itu sudah punya kedai tempat nongkrong baru?" ujar Yuka.Kak Maxi dan Glen masih sibuk membersihkan mesin penggiling kopi. Membiarkan Yuka dengan rasa penasarannya."Apa kau menyukai dia?" tanya Glen dengan sindiran."You crazy? Aku ini masih waras, Bodoh! Ada banyak pria tampan di luar sana." Yuka memasang wajah tak suka ketika Glen memvonisnya menyukai si pria misterius. Mana mungkin ia mau?"Maka dari itu berhentilah membahas orang itu. Aku tidak ingin telingaku kesakitan mendengar kau dengan rasa penasaranmu yang tidak jelas," t

  • Lelaki untuk Deline   Bab 10. Pesta Dansa; Desiran Hangat

    Waktu yang ditunggu akhirnya tiba, masih dengan posisi tadi. Suara musik dansa mulai mengalun lembut dalam ruangan, semua pasangan terhanyut dengan nada-nada yang tercipta dari perpaduan biola dan piano. Mereka mengambil posisi masing-masing, saling berhadapan dengan pasangan."Kali pertama aku mengajak seorang gadis ke acara penting. Berdasalah denganku." Suara lembut itu begitu tenang didengar.Suasana romantis membuat Bryan diselimuti rasa gugup, tetapi beruntung bisa ia sembunyikan. Pengusaha muda pewaris Showroom mobil Gray itu memegang tangan Deline yang sudah terlepas dari pinggangnya, mengambil alih stem glass lalu meletakkannya di meja terdekat. Perlahan menarik lembut tangan gadis itu, menuntun pada bahu kirinya, sementara tangan kanannya ia ayunkan bersama.Sedangkan tangan sebelah kiri diletakkan pada pinggang ramping Deline. Gadis itu sedikit tersentak ketika tangan besar menyentuk pinggangnya. Posisi keduanya kini begitu dekat, hampir tak bercela.

  • Lelaki untuk Deline   Bab 9. Pesta Dansa; Prince

    Di sebuah ruangan luas bernuansa Eropa, seorang lelaki baru saja selesai memakai kemeja putih, belum terkancing sama sekali. Memperlihatkan perut sixpack, serta rambut yang masih agak basah. Lelaki itu kemudian satu-persatu mengancing baju dari bawah. Lalu menyambar sebuah dasi hitam mengkilap yang sudah ia siapkan.Dengan senyum terbit sejak tadi di bibir merah mudanya, lelaki itu membayangkan betapa cantiknya gadis yang ia ajak berdansa kelak. Sudut bibir semakin terangkat, menandakan kebahagiaan malam ini.Tubuh tinggi itu menatap album putih yang terletak di atas nakas. Duduk di samping ranjang mengamati album bertuliskan 'love' tersebut. Saat dibuka, pada halaman pertama terdapat foto seorang gadis berusia kira-kira enam belas tahun tersenyum ke arah kamera, yang lebih menarik perhatian lagi jika orang lain melihatnya, pada setiap foto terdapat tahun di mana foto itu dibuat.Ya, itu potret masa-masa remaja Deline. Saat Bryan masih di Amerika Serikat, Cichag

  • Lelaki untuk Deline   Bab 8. Sepasang Kekasih

    Sayangnya hati Deline begitu sulit mengeluarkan apa yang sudah terlanjur terpahat di dalamnya. Untuk menerima Bryan si baik hati itu pun sulit.Padahal, apa kurangnya Bryan? Sikap lembutnya pada perempuan, cara memperlakukan Deline dengan istimewa, Bryan seperti sang kakak, Diego. Senantiasa melindungi apa yang menurut mereka istimewa dan berharga.Namun, perasaan terhadap Bryan tetap hanya rasa nyaman dan tenang belaka, belum ada cinta. Arya seakan-akan menguasai sisi terdalam hatinya. Hanya dengan mendengar suara, sentuhan, tatapan, atmosfer di sekitar Deline langsung berubah. Dapat dirasakan tetapi sulit dijelaskan."Aku menyesal dahulu terlalu mencintainya, Kate. Sehingga sekarang tersiksa dengan hatiku sendiri," lirih Deline. Matanya sudah sembab."Kau akan bisa jika kau mau memberi sedikit ruang untuk orang lain, El. Bryan misalnya, dia lebih baik dari Arya," ujar Katerin.Terlalu lelah menangis, membuat Deline tertidur dan akhirnya menginap

  • Lelaki untuk Deline    Bab 7. Bad Mood

    Semua orang sudah lebih dulu turun, tinggalah Deline yang baru saja ingin menyusul. Tiba-tiba sana tangannya dicekal dari belakang, langkahnya terhenti dan tentu terlihat terkejut. Tangan itu memegang pergelangan Deline dengan sedikit kuat."Kau gila? Lepaskan aku!""Aku akan lebih gila jika kau tetap memberontak," jawab Arya.Deline akhirnya diam, tidak mencoba melepaskan diri. Ia menunggu apa yang ingin lelaki di hadapannya ini bicarakan. Seandainya Arya tahu, saat ini hati Deline tengah tak karuan, ia bahkan tidak melihat lawan bicara.Merasakan tangan mulus gadis di hadapannya mulai melemah, Arya langsung saja bicara. Padahal, bila dipikirkan itu sudah tidak ada gunanya, kisah mereka sudah lama berlalu. Jadi, untuk apa ia mengungkitnya lagi? Namun, ia rasa hal tersebut perlu ditanyakan dari pada mati karena penasaran."Ingat apa yang pernah kutanyakan di kedaimu waktu itu?""Apa?" Mengenyeritkan dahi."Aku bertanya, bagaimana cara

  • Lelaki untuk Deline   Bab 6. Terlibat Kerja Sama

    Seluruh karyawan mendapat pesan dari Bos Lin King lewat grup Whatsapp sejak semalam, hari ini kedai harus tutup. Mereka harus mempersiapkan perlengkapan kopi, bubuk kopi yang sudah dikemas ke dalam kemasan berlogo RC, serta memasukkan barang-barang yang diperlukan ke dalam mobil putih yang logonya sama."Detail, sempurna, tepat waktu. Kita harus punya semua itu! Anak-anak! Pastikan tidak ada yang kurang sedikitpun!" teriak Bos Lin King yang berdiri mengawasi karyawannya.Pria itu melirik arlojinya. "Satu jam lagi kita harus berangkat!""El, kau sudah persiapkan semuanya? Celemek baru, baju yang cocok, semuanya. Kau harus terlihat rapi saat mempromosikan." Bos Lin King mendekat ke arah Deline."Sudah, Bos. Semuanya sudah di mobil."Bos Lin King dengan yang lainnya satu mobil, menjadi pemandu tempat yang dituju. Sedangkan Deline bersama Kak Maxi yang menyetir mengikuti dari belakang menggunakan mobil Romantica Coffe.***Tibalah mereka

  • Lelaki untuk Deline   Bab 5. Masih mencintai?

    Bryan meneguk jus lemon yang sedari tadi ia genggam, sebelum bercerita. Kebiasaan kecil yang masih dan akan selalu Deline ingat. Setiap kali lelaki itu hendak memulai percakapan, jika ada minuman ia akan minum terlebih dulu."Banyak. Mereka sangat seksi dan gila!"Deline yang mendengar permulaan cerita itu pun tertawa kecil. Deline dikenal sebagai gadis yang tenang, tetapi apa jadinya julukan itu jika dirinya sudah didekatkan dengan Bryan? Keduanya tampak tak ragu-ragu untuk saling bertukar cerita, tawa, dan kesedihan. Rasa canggung dengan cepat hilang."Kau mengerjai mereka? I mean, kudengar di sana sangat bebas.""Yang benar saja?! Aku tidak mencintai satu pun dari mereka. Ayolah, El, kalau kau berpikir aku melakukan sesuatu dengan gadis-gadis Amerika itu, kau salah," bantah Bryan sambil memasang wajah jengkel. El berhasil membuatnya malu."Benarkah?"Bryan mengalihkan pandangan menatap wajah El. "Y-ya, just kissing."Gadis manis it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status