Di dalam kamar, jam sudah menunjukkan pukul 19:00 malam, Elijah begitu lahap memakan bubur yang dimasak langsung oleh Emilio. raut wajah kebahagian terlukis dengan jelas di sana. Elijah meletakan mangkuk buburnya, menatap Emilio dengan tatapan tenang, lalu berkata, “Kenapa tidak makan?” “Aku?” Emilio menunjuk ke arahnya sendiri. “Aku bahkan sudah kenyang hanya dengan melihatmu makan.” “Seharusnya kamu juga makan,” Elijah sedikit menekuk kepalanya. Emilio langsung mengulurkan tangannya, lalu mengangkat dagu kecil itu hingga wajahnya menengadah. Melihat wajah tampan Emilio yang tampan dan berkarisma itu, matanya yang indah seakan menghipnotis Elijah tanpa bisa berkedip. Sejenak posisi keduanya begitu intim. Kepala Emilio kian mendekat seakan mendaratkan ciuman di bibir tipisnya yang merekah bagaikan bunga yang bermekaran. Elijah memejamkan matanya, bersiap menerima sentuhan Emilio. napasnya yang maskulin itu terkesan lembut kala menyentuh kulit pipinya. Seketika harapannya buyar ke
Di saat Elijah terbangun, ia mendapati Emilio tidak ada di sampingnya. Ia berusaha bangun dari tidurnya dan melangkah ke luar kamar, mencoba mencari sosok suaminya, Emilio. saat dia sudah berada di lantai bawah dia tidak melihat siapa pun.Joseph menghampirinya lalu bicara padanya. “Nyonya, Anda sudah bangun. Tuan muda sudah pergi ke kantor, tuan berpesan agar nyonya beristirahat di rumah.”Elijah berjalan malas ke sofa yang ada di ruang tamu. Wajah yang tadinya bersinar kini redup begitu saja. Elijah malas ia membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang. Sudah sejam sejak dia turun ke lantai bawah, diam di tempat hingga suara Stela membangunkannya.“Ibu,” suara ceria itu terdengar di telingannya. Elijah bangkit, melihat Stela telah berada di sampingnya.“Ibu, kenapa belum mandi? Padahal aku ingin ibu mengantarkan aku ke sekolah.” Stela bicara dengan nada memelas.“Baiklah, ibu akan mengantarmu.”“Nyonya makanan sudah siap silakan.” Joseph memanggilnya untuk sarapan pagi.Sebelum pergi
Eito menarik Emilio dengan buru-buru tapi sayangnya, Emilio menghindarinya melihatnya dengan pandangan sangat jijik.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu ribut seperti ini.”Pada saat ini, sebuah kilat bersinar begitu saja di langit di luar jendela. Suara guntur sudah bergemuruh dengan kerasnya. Seluruh kota sudah mendung terus sampai sekarang. Hujan pun mulai turun.Hujan deras mengguyur dan jatuh dari langit yang gelap.Elijah baru saja keluar dan tidak membawa payung. Hati Emilio terus memikirkan dan khawatir dengan keadaan Elijah apalagi dia tengah mengandung. Emilio tidak mengerti kenapa tiba-tiba Elijah tiba-tiba gemetar hebat saat bertemu dengan Eito. Padahal ini bukan kali pertama dia bertemu dengannya.Eito sengaja menghalangi Emilio dan tidak mau pergi dari hadapannya. Eito benar-benar minta dihajar dan dihancurkan.“Eito, aku tidak tahu apa tujuanmu. Tapi aku sarankan kamu berhenti sampai sini saja.Kamu sudah menginjakkan kaki di wilayahku. Jika kamu terus seperti ini
Nyonya Xavier, hilang selama tiga jam. Walaupun kabar ini telah disembunyikan sebaik-baiknya tapi setengah kota telah dikerahkan untuk mencari sosok Elijah.Seiring berlalunya waktu, Elijah masih belum ditemukan dan suasana hati presdir Xavier semakin dingin bahkan ketika Sebastian berbicara kepadanya, rasanya ada aura yang begitu dingin memancar. Karena gang itu sangat kotor dan berantakan jadi polisi itu berhasil menangkap sopir taksi itu setelah hampir tiga jam mencarinya. Kemudian, sopir taksi itu pun ditangkap dan dibawa masuk ke kantor polisi.Polisi kriminal paling berpengalaman di kota ini bertanggung jawab atas interogasi ini. Sementara Emilio dan Sebastian dan yang lainnya duduk di ruang pemantauan yang berada di sebelah. Kepala polisi kota terus menemani di samping Emilio."Ada banyak klub malam di bawah tanah di gang itu. Pria ini ditangkap ketika sedang di ranjang dengan seorang wanita muda.Kami juga membawa wanita muda itu untuk memberi kesaksian. Mereka berdua sudah ke
Pada saat yang bersamaan ini, di apartemen Areum.Jendela di ruang tamu terbuka lebar dan angin berhembus dari jendela dengan sedikit rintik hujan. Sebuah meja bundar besar ditempatkan di tengah ruang tamu dan panci hotpot bergerak degup-degup karena sudah panas.Tiga wanita kecil duduk di sekitar meja itu, Areum sedang memasukan bahan makanan di dalam panci, Gwen mengaduk bahan dalam panci hotpot dengan sumpitnya sedangkan Elijah menompang pipinya dengan kedua tangan menatap panci itu menunggu untuk makan."Makan hotpot di hari hujan, rasanya enak sekali dan tidak bisa lebih baik lagi dari ini." Ucap Gwen sambil meniup daging panas yang baru diambil dari panci."Akan lebih baik jika ada minuman alkohol." Sahut Elijah."Hey, kamu sedang hamil. Areum, apa di rumahmu ini ada minuman alkohol?" tanya Gwen.Areum mengarahkan jarinya ke arah lemari minuman alkoholnya, "Seharusnya ada, kamu bisa mengambilnya sendiri di sana."Setelah dia dan Rayn mendaftarkan pernikahan mereka, Rayn selalu s
Dulu, Gwen punya keluarga yang sangat bahagia. Ayahnya, Gabriel Thompson adalah orang yang berdedikasi untuk menjalankan karir medisnya sedangkan nyonya Thompson adalah seorang ibu rumah tangga yang lembut dan berhati baik.Gwen dan Sebastian bisa dibilang dari keluarga yang sama-sama berada. Karena pada dasarnya Sebastian hidup dan masuk dalam keluarga Xavier. Hubungan yang mereka miliki juga sangat mulus.Semua kebahagiaan ini perlahan-lahan hancur setelah dia memperkenalkan Nathalie kepada ayahnya.Pikiran Gwen sangat sederhana saat itu, dia berpikir kalau adik angkat pacarnya adalah adiknya sendiri.Jadi, ketika Nathalie lulus dari sekolah kedokteran dan mencari magang di mana-mana, Gwen memperkenalkannya kepada ayahnya.Kemudian, Gabriel Thompson pun mengatur Nathalie untuk magang di rumah sakitnya.Saat itu, hubungan dua keluarga ini sangat baik. Bahkan Nathalie sering datang ke rumah sebagai tamu dan meminta ayah untuk mengajarkan beberapa ilmu kedokteran.Gwen bahkan tidak tah
"Gwen, Elijah sepertinya demam." Areum setengah berteriak."Hah?" Gwen agak linglung. Dia berdiri dari kursinya dengan respon sedikit lambat lalu mengulurkan tangan dan menyentuh kening Elijah sebentar, benar-benar cukup demam.Cuma kehujanan sedikit saja sudah seperti udang rebus. Wanita yang begitu manja ini, memang hanya tuan muda kdua leluarga Xavier yang kuat membiayai dan merawatnya."Apa ada termometer dan obat penurun demam di rumahmu ini?""Ada." Areum mengambilkan termometer dan obat penurun panas.Gwen mengukur suhu tubuh Elijah, Suhu tubuh Elijah ada di 39 drajat tidak terlalu tinggi dan dia tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk saat ini.Elijah meminum obatnya dan minum setengah gelas air hangat lalu karena pusing, dia pun tertidur. Efek alkohol di diri Gwen juga mulai menghilang dan Gwen mulai cukup sadar. Dia dan Areum pun membereskan dan mencuci mangkok dan peralatan makan lainnya.Setelah mereka berdua membereskan dan membersihkan semuanya, mereka pun duduk dan mengo
Elijah yang tertidur nyenyak, langsung terbangun ketika disentuh olehnya. Dia menatapnya dengan mata setengah tertutup, bulu matanya yang lebat bergetar setiap kali berkedip, pandangan matanya sedikit bingung.“Aku tidak memliki energi, aku tidak ingin…” Kedua tangan Elijah menggenggam pakaian di tubuhnya, apa pun yang dikatakan tidak akan membiarkan dia melepasnya.“Tidak ingin melakukan apa?” Emilio menatap matanya yang penuh ketidakberdayaan, menjengkelkan tapi lucu.Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan dalam otak gadis kecil ini.“Kamu melepaskan bajuku bukankah ingin denganku... Intinya aku tidak mau.” Elijah mendengus, seperti anak kecil yang bermanja.“Kamu berpikir terlalu banyak, aku tidak akan menindasmu.” Emilio berkata sambil memegang tangannya, dengan paksa melepaskan rok yang ada ditubuhnya.Saat itu, Elijah masih tidak bisa bekerja sama, Emilio hanya bisa membantu dia menganti baju, dengan suara lembut membujuk, “Sayang, kamu berkeringat, semua bajumu sudah basah, jika