Disaat yang sama, Areum, Aaron, juga Reina sedang di bioskop.Layar bioskop yang lebar menayangkan film Korea, film ini menceritakan tentang seorang gadis SMA yang mencintai pria tampan di kelasnya, dia melakukan hal apa pun untuk menarik perhatiannya.Lalu karena kesalahpahaman keduanya melewatkan kesempatan untuk bersama, si gadis keluar negeri selama lima tahun, ketika kembali ia baru tahu kalau pria yang dicintainya itu terus menunggunya selama ini.‘Tak peduli berapa lama, aku yakin kita akan bersama, aku akan menunggumu. Hingga kita dipertemukan kembali.”Sepanjang jalan dilalui dengan pahit dan penuh derita, namun merupakan cerita tentang cinta pertama yang begitu indah.Didalam bioskop, ada yang memakan popcorn sambil meminum minumannya, ada yang memanfaatkan ruangan yang remang untuk berciuman, ada yang berbisik tentang jalan cerita filmnya, hanya Areum yang duduk seorang diri menangis di tempat duduknyaDia seolah menemukan dirinya yang dulu pada diri tokoh gadis dalam film
“Mereka sempat menanyakan pendapatku, aku tidak menolak. Tidak bisa mengatakan cinta atau tidak, bagaimana pun tidak semua orang memiliki cinta yang begitu dalam seperti kamu dan Rayn. Aku bersama dengannya, merasa sangat santai dan bebas, terkadang adu mulut cukup menyenangkan, aku juga menyukainya.”Setelah Areum mendengarnya, mengangguk, tidak lagi mengatakan apapun.Bagaimanapun Aaron sudah dewasa, meskipun dia adalah kakak kandungnya, ia juga tidak bisa ikut campur dalam hidup apalagi hubungan asmaranya. Keduanya melanjutkan perjalanan, tidak banyak bicara.Apartemen Areum tidak jauh dari bioskop, Aaron mengantarnya sampai lantai bawah apartemen. Lalu ia melihat ada mobil Maybach hitam yang terparkir di depan apartemen.Tubuh Rayn yang tinggi dan jenjang bersandar di mobil, tangannya memegang rokok, bara rokok menyala dan meredup ditengah gelapnya malam.Melihat punting rokok yang berserakan di bawah kakinya, sepertinya dia sudah menunggu cukup lama.Aaron menghentikan langkahnya
Areum sama sekali tidak merasa asing dengan tempat ini, hingga saat ini, setiap sudut di apartemen ini penuh dengan jejak kenangannya.Dilemari dipenuhi oleh pakaiannya, didalam kamar mandi masih terpajang produk perawatan kulit dan perlengkapan mandi yang biasa ia gunakan, setelah meletakkannya sampai kadarluwarsanya lewat, diganti dengan yang baru, setelah mengganti beberapa kali akhirnya berhasil menunggu dia kembali.“Kamu tidur di kamar utama, aku tidur di ruang kerja, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. “ Rayn melepas jaketnya sambil berjalan ke ruang kerja di lantai dua.Areum berada di kamar seorang diri, setelah mandi sesaat, ia sama sekali tidak merasa mengantuk, ia duduk termenung di depan jendela, lalu membuka laci meja rias dan mengeluarkan kertas juga pensil.Buku gambar dan juga pensil yang berada didalam laci meja rias ini dia yang meletakkannya. Sampai sekarang masih berada disana dan tidak berubah tempat.Areum membuka buku gambarnya, menggunakan tangan kiri
Putri ketua umum dewan menikah, seluruh orang-orang kelas atas di Kota akan ikut bergabung untuk merayakannya. Emilio dan Elijah juga masuk dalam list tamu yang diundang.Emilio mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, auranya terlihat tegas dan dingin.Sementara Elijah terlihat gemerlap dengan perhiasannya, tubuhnya mengenakan gaun merah panjang, desain sutra sebagai kerah, dengan bordilan di ujung gaun dan dihiasi dengan serpihan batu kristal.Rambutnya yang panjang disanggul, rambut coklatnya tidak mengenakan aksesoris tambahan, hanya anting-anting berlian yang berkilau terpasang di telinganya, membnuatnya terlihat elegan dan berkelas.Elijah bukan orang yang suka pamer, tetapi penampilan seorang istri mewakili harga diri suaminya, karena ia adalah seorang Istri Tuan muda Xavier, jika tidak berdandan sedikit lebih cantik, tidak tahu gosip apa yang akan dibuat oleh para awak media. Mungkin akan ada yang membuat gosip retaknya hubungan mereka.“Ayah dan ibuku ada di area VIP sana, ka
Setelah mabuk semalam, Emilio merasa tidak enak badan ketika bangun tidur. Ia duduk di tempat tidur, memijat dahinya dengan satu tangan. ia merasa agak sakit kepala. Dia sudah lama tidak mabuk. Untungnya, janji pagi ini telah dibatalkan, sehingga ia bisa beristirahat dengan baik. “Sudah bangun?” Elijah mendorong pintu dan masuk. “Hmm.” Emilio mengangkat wajah dan menatapnya sambil tersenyum hangat. “Apa kepalamu sakit?” Tanyanya lagi. “Sedikit.” Emilio menjawab dengan jujur, jarinya yang panjang masih memijat kepalanya yang sakit. Elijah menuangkan setengah gelas air hangat, dan kemudian menyerahkan sekotak obat padanya. “Obat pereda mabuk, setelah makan ini kamu akan merasa lebih baik.” “Begitu perhatiannya?” Emilio tersenyum tipis dan membuka kotak obat. Elijah duduk di samping tempat tidur dan menjawab dengan datar. “Aku hanya berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Tidak ingin ada wanita lain yang lebih perhatian padamu.” Emilio tersenyum, ia merentangkan lengannya dan
Langit sedikit mendung, jalanan juga sedikit berair, karena sebelumnya turun hujan. Maserati merah berhenti di area apartemen di mana Dira tinggal. Pintu dibuka, saat Elijah turun dari mobil selintas tercium aroma lembut angin yang melintas, setelah hujan reda. Di kursi penumpang Stela duduk dengan manis, ia tersenyum kegirangan saat Elijah turun dari mobil, seakan dia tahu jika tempat yang dituju telah sampai.Senyum lembut yang terpancar dari wajah kecil Stela membuatnya bahagia. Ia memangkunya, sementara sopir mengambilkan tas keperluan Stela, lalu mengantarnya sampai ke unit Dira. Elijah menekan bel beberapa kali, menatap sang sopir lalu berkata.“Pulanglah, aku bisa sendiri. Lagi pula saat pulang tuan akan menjemputku.” Elijah mengabil tas keperluan Stela, mendengar hal itu sang sopir pun pergi meninggalkan Elijah yang masih berdiri di depan pintu Dira.Setelah menunggu sedikit lama akhirnya Dira membukakan pintu untuk Elijah. saat pintu terbuka sontak Elijah kaget saat melihat
“Kamu mau yang ini?” Emilio menunjuk ke arah kue yang bertemakan Elsa Frozen, karakter kartun kesukaannya“Eng,” Stela mengangguk.“Baiklah.”kue tart dihias dengan sangat cantik, dan harganya juga cukup mahal.Emilio mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompet lalu memberikannya pada kasir. "Tolong bungkuskan kue ini.""Tuan, kue ini hanya contoh, kue di tempat kami dibuat langsung di sini. Jadi Tuan harus menunggu.” Kasir berkata sambil tersenyum."Kira-kira berapa lama?" Emilio bertanya."Tidak terlalu lama, kira-kira setengah jam saja." Kasir menjawab.Emilio mengangguk sambil melihat Putrinya, Stela berdiri di depan kaca etalase, mata juga hampir jatuh ke atas kue tart.Dia tersenyum hangat, mengulurkan tangan mengelus kepala wanita kecilnya. Kemudian, berkata pada kasir. “Baiklah.”Emilio sangat jarang tersenyum, terkadang senyum sekali, sungguh terasa sangat indah. Beberapa pengunjung wanita, dan pelayan wanita di dalam toko juga terpana melihatnya.“Tuan, kamu, kamu bisa duduk
Elijah merasa sedikit canggung, mengulurkan tangan mencubit hidung putrinya. “Dasar tukang makan.” Sekeluarga baru saja bersiap mau makan kue, ponsel Emilio langsung berdering. Dia memegang ponsel, berdiri di depan jendela Perancis untuk menjawab panggilan telepon. Wajah terdapat senyuman, juga sedikit tidak berdaya. Pandangannya terus tertuju pada ibu dan anak yang ada di ruang tamu. Tangan Stela penuh dengan krim. Ujung jari Elijah juga terkena krim kue, langsung digosokkan ke atas hidung Stela. Kemudian, ibu dan anak mulai membuat keributan lagi. Emilio selesai menjawab teleponnya dan kembali, duduk di sofa samping mereka. “Kenapa?” Elijah bertanya. “Telepon dari Paman Leonhard. Istrinya pergi mencari Areum. Paman Leonhard takut Rayn membuat keributan, ingin menyuruhku ke sana membujuknya.” “Lalu kenapa kamu masih belum pergi?” “Masalah keluarga orang lain, aku tidak nyaman ikut terlibat. Apalagi, Rayn sudah membulatkan tekad menikahi Areum. Ketika seorang pria tulus mencin