Areum dibuat tidak bisa mengatakan apapun olehnya, wajahnya sebentar merah sebentar pucat. Sundae sampai sudah meleleh sepenuhnya, dia tetap tidak menyentuhnya.Ketiganya berjalan keluar dari toko es, naik lift naik ke area pakaian wanita di lantai 3.Gadis usia belasan tahun seperti Claire sedang ingin berpenampilan cantik, begitu melihat gaun yang cantik langsung menghentikan langkah.Areum membantunya memilih beberapa gaun yang sesuai dengan usia juga statusnya yang masih murid sekolah, Claire senang sampai hampir menari-nari.Selain baju dan sepatu, Areum juga membelikan Claire tas tangan. Tas yang dibelikan merupakan tas limited edition yang cukup ternama, ketika di pajang di etalase toko, Claire langsung jatuh hati ketika melihatnya.Areum juga sangat memanjakan Claire, ketika membayar sama sekali tidak berkedip.Ketika wanita belanja tidak pernah punya batasan, begitu melihat sudah hampir jam 2 siang.Rayn pergi untuk menjawab panggilan ponselnya yang sedari tadi terus berderin
“Rayn, apakah kamu terluka?” Areum terlihat pucat, bertanya dengan wajah panik.Rayn menggeleng, ia mengangkat lengan baju yang sobek tergores pisau.Akhirnya jantung Areum yang hampir lepas bisa merasa tenang sekarang.“Jangan takut, aku tidak apa-apa.” Rayn merangkulnya sambil menelpon kantor polisi pusat kota.Kemudian mobil datang dan membekuk dua orang pencopet itu masuk ke dalam mobil polisi. Polisi yang bertugas mengangguk hormat pada Rayn dan berkata, “Dokter, berdasarkan prosedur, Anda perlu ikut ke kantor untuk memberikan keterangan.”“Hm, hari ini aku tidak sempat, besok pagi aku akan kesana.”Polisi segera mengangguk dan berkata dengan sopan, “Maaf merepotkan Anda.” Lalu pergi dengan mengendarai mobil polisi.Menghadapi kejadian seperti ini, mereka sudah tidak punya suasana hati untuk makan lagi, Claire juga cukup shock karena kejadian ini.Rayn mengantar Claire pulang, lalu mengingatkan, “Kejadian hari ini jangan beritahu kakek dan nenek, jangan buat mereka khawatir, meng
“Kalau bukan karena aku yang tiba-tiba datang, apakah kamu berencana untuk membiarkannya menginap di sini?” Aaron berkata dengan santai, namun tatapannya yang dalam dan tajam tertuju lurus kearah Areum.Areum tetap berdiri didepan jendela dan termenung, seolah sama sekali tidak mendengar apa yang ia katakan.Tiba-tiba Aaron menarik tirai gorden dan menutupi pandangan Areum.“Kalau kamu berencana rujuk kembali dengannya, tidak ada salahnya. Apa yang terjadi terdahulu sama sekali tidak perlu kamu anggap sebagai beban, kecelakaan yang terjadi padamu, bukan dia yang menyebabkannya langsung, tapi dia sudah seharusnya bertanggungjawab.”Setelah Areum mendengarnya, hanya meliriknya dengan datar, namun tetap tidak bicara.Alis Aaron agak mengkerut, mulai tidak sabar dengan sikapnya yang sama sekali tidak tergesa-gesa, “Rayn belakangan ini selalu memperhatikanmu, dia bahkan rela cuti untuk mencoba menghabiskan hari denganmu. Areum kecelakaan itu bukan kesalahannya, jika suatu saat nanti dia me
Pada saat yang sama, Emilio sedang mengadakan rapat darurat di perusahaan.Proyek pembangunan secara resmi sudah diluncurkan, dan masalah yang paling sulit untuk diselesaikan adalah masalah dengan warga yang tinggal disana. Emilio sudah berulang kali menekankan jangan sampai ada korban, bahkan menyuruh Sebastian untuk terus mengawasinya dengan ketat, tetapi tetap saja masih terjadi.Seorang kepala konstruksi yang bertanggung jawab atas pembongkaran menyalakan mesin eskafator dengan inisiatifnya sendiri, dengan paksa membongkar rumah warga. Di rumah itu, ada seorang nenek tua lumpuh yang tidak memiliki kemampuan untuk melarikan diri, ia langsung tertimpa di dalam rumahnya dan tewas.Jatuh korban jiwa, itu membuat masalah menjadi lebih besar. Ketika putra dan menantu di keluarga itu pulang, mereka menangis histeris dan begitu terpukul, di lokasi proyek itu dipenuhi oleh karangan bunga. Saat ini, proyek dihentikan sementara.“Zarco si berengsek itu cukup pandai, bisa-bisanya ia menyisipk
Malam sudah semakin larut, Emilio membawa Elijah masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua, Elijah tidak bersuara, raut wajahnya tampak sedih, entah apa yang dialami Elijah saat Emilio tengah berada di luar. Elijah duduk di tepi ranjang sembari menunduk. Emilio sadar akan hal itu sehingga dia berinisiatif untuk menghampirinya dan bertanya.“Ada apa?”Elijah masih menundukkan kepalanya ke bawah. Ia sedikit enggan menatap mata Emilio. “Tidak ada,” ia bicara dengan keadaan yang sama, masih tetap menundukkan kepalanya ke bawah.“Jika tidak ada, tidak mungkin kau murung seperti ini. apa mereka menggunjingmu lagi?” Emilio kembali bertanya.“Sungguh, tidak ada,” Elijah mengulas senyum pahit di bibirnya. Kedua manik itu tampak berkaca-kaca saat menatap Emilio.Emilio kaget, dia tidak menyangka jika Elijah berkaca-kaca, air di dalam rongga matanya itu seakan mau tumpah keluar. Emilio menelan salivanya, perlahan ia melepas dahi yang terpasang di lehernya lalu setengah berlutut di hadapan Elij
Jesslyn sadar dengan apa yang dikatakan oleh Earnest, merasa dirinya terancam dia berusaha bersikap polos seakan tidak tahu maksud dari perkataannya. ia mencoba mengelak. “Sayang, apa maksud perkataanmu itu? Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan barusan.” “Berhenti bersikap tolol di hadapanku.” “Sayang, sungguh aku tidak tahu maksudmu. Bagaimana bisa aku terlibat dalam usaha mengeluarkan Eito dari penjara? Sudah jelas dia bersalah untuk apa aku mengeluarkannya?” Jesslyn mendekati Earnest. “Aku bahkan tidak punya kuasa dalam hal itu bagaimana bisa aku berbuat seperti itu?” Earnest menatapnya jengkel, dia sangat meremehkan istrinya ini. dia berjalan, dia membuka laci nakas di samping tempat tidur, ia meraih sebuah map coklat dan melemparnya ke arah Jesslyn. Seketika dokumen serta foto-foto berserakan di depan matanya. Tubuh Jesslyn bergetar saat melihat lembaran foto di lantai kamar. Hening. Earnest berdiri membelakangi Jesslyn, ia menatap langit malam yang
Emilio memarkir mobilnya di depan pintu masuk, malam sudah sangat larut bahkan sudah masuk ke dini hari, Joseph dengan setia menunggu mereka di depan pintu. Raut wajah keduanya sudah tidak baik, sehingga saat Emilio maupun Elijah turun dari mobil ia tidak banyak bicara ataupun bertanya. Keduanya memasuki mansion, penerangan sudah sebagian dimatikan, Elijah dan juga Emilio menaiki anak tangga tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, keduanya tidak ingin jika suara mereka membuat orang yang tengah tidur terbangun karena hal sepele. Di dalam kamar Elijah duduk di depan cermin meja rias, tangannya terampil saat menghapus riasan tipis yang digunakan olehnya, wajahnya terlihat pucat dan tidak bergairah. Emilio melihat hal itu, tapi dia lebih memilih agar Elijah mendapatkan waktu untuk sendiri. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Elijah menatap cermin, wajahnya tampak pias, tak ada darah yang mengalir di sana. Ia sangat membenci hal ini. kenangan pahit yang selama ini dia c
Di samping jendela Elijah telah bangun, dia melihat kepergian Emilio. dia bergegas mandi, bersiap untuk pergi. Setelah selesai mandi, dia masuk ke dalam ruang ganti memilih gaun hitam selutut untuk dipakai hari ini. matahari perlahan sudah naik. Elijah turun dari kamarnya bersiap untuk pergi. Saat dia hendak keluar, kebetulan Joseph melihatnya dan bertanya. “Nyonya, Anda mau pergi ke mana?” “Aku ingin pergi mencari udara segar,” tersemat senyum tipis dari wajahnya yang pias. “Nona, wajah Anda begitu pucat. Apa Anda baik-baik saja?” Joseph sedikit cemas melihat Elijah. “Tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja. Tidak perlu khawatir.” “Sebelum pergi makan lebih dulu.” “Tidak perlu, aku akan makan di luar saja.” Elijah mengenakan sepatunya bersiap untuk keluar, Joseph cemas, ia bertanya sekali lagi padanya. “Nyonya, apa Anda butuh sopir?” “Ah, tidak. Aku akan pergi naik angkutan umum saja. Kalau begitu aku pergi dulu. Katakan pada Stela jika aku pergi dulu.” Elijah pun