Emilio memarkir mobilnya di depan pintu masuk, malam sudah sangat larut bahkan sudah masuk ke dini hari, Joseph dengan setia menunggu mereka di depan pintu. Raut wajah keduanya sudah tidak baik, sehingga saat Emilio maupun Elijah turun dari mobil ia tidak banyak bicara ataupun bertanya. Keduanya memasuki mansion, penerangan sudah sebagian dimatikan, Elijah dan juga Emilio menaiki anak tangga tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, keduanya tidak ingin jika suara mereka membuat orang yang tengah tidur terbangun karena hal sepele. Di dalam kamar Elijah duduk di depan cermin meja rias, tangannya terampil saat menghapus riasan tipis yang digunakan olehnya, wajahnya terlihat pucat dan tidak bergairah. Emilio melihat hal itu, tapi dia lebih memilih agar Elijah mendapatkan waktu untuk sendiri. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Elijah menatap cermin, wajahnya tampak pias, tak ada darah yang mengalir di sana. Ia sangat membenci hal ini. kenangan pahit yang selama ini dia c
Di samping jendela Elijah telah bangun, dia melihat kepergian Emilio. dia bergegas mandi, bersiap untuk pergi. Setelah selesai mandi, dia masuk ke dalam ruang ganti memilih gaun hitam selutut untuk dipakai hari ini. matahari perlahan sudah naik. Elijah turun dari kamarnya bersiap untuk pergi. Saat dia hendak keluar, kebetulan Joseph melihatnya dan bertanya. “Nyonya, Anda mau pergi ke mana?” “Aku ingin pergi mencari udara segar,” tersemat senyum tipis dari wajahnya yang pias. “Nona, wajah Anda begitu pucat. Apa Anda baik-baik saja?” Joseph sedikit cemas melihat Elijah. “Tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja. Tidak perlu khawatir.” “Sebelum pergi makan lebih dulu.” “Tidak perlu, aku akan makan di luar saja.” Elijah mengenakan sepatunya bersiap untuk keluar, Joseph cemas, ia bertanya sekali lagi padanya. “Nyonya, apa Anda butuh sopir?” “Ah, tidak. Aku akan pergi naik angkutan umum saja. Kalau begitu aku pergi dulu. Katakan pada Stela jika aku pergi dulu.” Elijah pun
Di kota hujan telah berhenti, menimbulkan aroma lembut angin melintasi kota setelah hujan. Seorang wanita muda tengah duduk di sebuah gajebo yang berada di taman tengah pusat kota. Ia duduk sembari memegang gelas kopi hangat di tangannya. Asap dari kopi menandakan dia baru saja membelinya. Pandangannya tertuju ke arah danau buatan yang begitu gemerincik terkena tetesan air hujang yang turun dari daun serta ranting pohon. ia memejamkan matanya mencoba merasakan embusan angin melintasi kulitnya yang tipis. Dari arah belakang, suara langkah kaki terhenti. Dia berbalik mendapati seorang pria yang tak asing baginya. Pria itu berdiri tegak di belakangnya mengenakan setelan jas warna hitam senada dengan sepatu kulitnya yang mengkilap. Ia menurunkan payungnya dan terlihatlah siapa sosok di belakangnya itu. Areum hanya duduk diam, tidak bicara saat Aaron datang. Ia hanya meliriknya sebentar lalu berpaling berusaha tidak melakukan kontak mata dengannya.
Daisy kebingungan lumayan lama tidak dapat mengungkapkan sebuah alasan yang masuk akal yang harus dijelaskan pada Rayn yang sedang menunggu penjelasan masuk akal. Dia memang tidak pandai berbohong. Jayden duduk di sebelahnya, dan memegang tangannya, berwajah suram berkata pada Rayn. “Orang tua menolak tentu memiliki alasan tertentu. Meskipun dia adalah putri Leonhard, tapi dia tidak memiliki status yang sah, jadi tidak cocok denganmu. menikahi seorang istri seperti ini, kalau terbongkar latar belakangnya, akan menjadi lelucon.” “Lelucon apa? Meskipun sebagai lelucon, itu juga karena Leonhard yang selingkuh. Areum bukan anak haram, bukan seseorang yang memalukan!” Rayn membantah, sangat jelas tidak begitu mudah ditipu. “Ayah, kalau dulu kamu menggunakan alasan ini menolakku, mungkin aku akan percaya. Tapi dulu ketika aku Areum menjadi kekasihku, sikap kalian sangat senang. Mengapa dulu bisa, sekarang malah tidak bisa terima?” Rayn mulai berkaca-kaca. Sorot matanya begitu tegas. “Ra
Dua bulan setelah Areum bergabung, Aaron memecat direktur desain yang sebelumnya untuk membantu Areum mengambil alih. Ketika Areum pertama kali duduk di posisi direktur desain, banyak orang yang tidak yakin padanya, mereka bahkan meremehkannya, dan menganggapnya tidak kompeten. Tapi Areum menggunakan kekuatan dan bakatnya untuk menekan semua orang, dan mereka pun mulai meliriknya. Setelah seharian bekerja di luar perusahaanAreum kembali. Manager Sean dari Departemen Bisnis mengetuk pintu dan masuk. Areum duduk di kursi, jari-jarinya yang ramping berhenti pada keyboard komputer, dan menatap pria paruh baya yang masuk. Dia bertanya dengan acuh tak acuh. “Apa ada perlu denganku?” "Begini, ada pertemuan bisnis malam ini, aku membutuhkan seseorang dari departemen desain untuk pergi bersamaku." Manager Sean berkata, tatapannya sedikit membuat Areum risih tapi dirinya juga tidak berdaya. Areum mengangguk. "Aku akan memberitahu Zoy.” Zoy adalah anggota departemen desain yang m
“Apakah Direktur Areum sedang membicarakan tentang hukum denganku? Apakah anda tahu di mana pintu pengadilan? Aku sudah sering bertemu dengan wanita sepertimu. Kamu bersikap seperti ini hanya untuk meminta bayaran yang tinggi. Ini juga bukan pertama kalinya aku bermain dengan wanita. Aku selalu sangat murah hati terhadap wanita, katakan saja harganya.” Pada saat ini, Pimpinan Harry menunjukkan wajahnya yang ganas dan tidak memperdulikan Areum. Hanya sedikit orang yang tahu tentang identitas asli Areum. Kebanyakan orang di DF Grup berpikir bahwa dia adalah simpanan Aaron. Dalam pandangan pimpinan Harry , karena dia bisa menjadi simpanan Aaron, maka dia juga bisa menjadi simpanannya selama dia dapat memberikan bayaran yang tinggi. Ekspresi Areum langsung pucat dan tidak bisa berkata apa-apa. Lalu, dia memasukkan tangannya ke dalam tas secara perlahan. Di dalam tasnya berisi pisau belati militer dan sebuah alat sengat listrik. Areum memiliki wajah yang sombong, sehingga keamanan prib
Rayn tiba-tiba mengulurkan tangan mencubit dagunya, pandangannya tertuju padanya. "Meski sedang marah kamu tetap saja cantik, tidak heran begitu banyak orang menginginkanmu." Areum menggigit bibirnya dan memutar kepala melepaskan pegangannya, dia berkata dengan ekspresi kosong: "kecantikan itu hanya sementara, tidak akan terlihat indah selamanya. Umur seseorang tidak bisa dibohongi." Setelah mendengarnya, Rayn mengangkat alisnya, tersenyum acuh tak acuh padanya. "Pergi mengambil obat pengar." Areum berjalan diam-diam ke dapur, mengambil obat pengar di dalam laci lemari. Rayn memiliki kebiasaan hidup yang sangat baik, semua barang ditempatkan pada posisinya, tidak berubah selama bertahun-tahun. Tidak lama kemudian, Areum membawa segelas obat pereda mabuk. Rayn mengulurkan tangan, meminum dengan santai, dan berkata, “Perutku lapar, bisakah kamu memasak kan sedikit makanan untukku? ” Nadanya begitu tegas. Tapi ada sedikit permohonan di dalam perkataannya. Areum berdiri di depannya,
Langit di pagi hari begitu cerah, awan putih mengelilingi langit biru yang luas, cahaya mentari kian beranjak naik ke atas memberikan kehangatan pada setiap orang yang mendapat sentuhannya. Mobil Rolls Royce berhenti di depan perusahaan DF benar-benar sangat mengesankan, plat nomor yang langka menunjukkan siapa orang yang memilikinya. Areum tidak suka pamer, tetapi Rayn selalu melakukan apa yang dia inginkan, Areum tidak dapat mengaturnya sama sekali. Setelah Areum masuk ke perusahaan, hal pertama yang dia lakukan adalah pergi mencari Aaron. Dia harus mencari tahu tentang masalah semalam. Namun, Aaron tidak berada di kantor, sekretaris bilang dia seharusnya berada di kantor ketua Direktur Areum langsung pergi ke kantor Leonhard. Dia berdiri di luar pintu, sebelum mengetuk pintu, dia mendengar suara pertengkaran dari dalam. Pada saat ini, dalam kantor sangat ramai, Aaron, Seika dan ibunya ada di sana. Aaron bersikeras ingin memecat Manager Sean , tapi Nyonya Briar menentang deng