Langit di pagi hari begitu cerah, awan putih mengelilingi langit biru yang luas, cahaya mentari kian beranjak naik ke atas memberikan kehangatan pada setiap orang yang mendapat sentuhannya. Mobil Rolls Royce berhenti di depan perusahaan DF benar-benar sangat mengesankan, plat nomor yang langka menunjukkan siapa orang yang memilikinya. Areum tidak suka pamer, tetapi Rayn selalu melakukan apa yang dia inginkan, Areum tidak dapat mengaturnya sama sekali. Setelah Areum masuk ke perusahaan, hal pertama yang dia lakukan adalah pergi mencari Aaron. Dia harus mencari tahu tentang masalah semalam. Namun, Aaron tidak berada di kantor, sekretaris bilang dia seharusnya berada di kantor ketua Direktur Areum langsung pergi ke kantor Leonhard. Dia berdiri di luar pintu, sebelum mengetuk pintu, dia mendengar suara pertengkaran dari dalam. Pada saat ini, dalam kantor sangat ramai, Aaron, Seika dan ibunya ada di sana. Aaron bersikeras ingin memecat Manager Sean , tapi Nyonya Briar menentang deng
“Areum...” Leonhard berbalik menatap Areum yang berwajah kosong.“Presdir, jika tidak ada yang harus dibicarakan lagi, aku undur diri.” tidak menunggu Leonhard bicara, Areum berbalik, keluar dari kantor. Kemudian, Aaron juga pergi.Leonhard duduk di kursi, mengambil ponsel di atas meja, menekan beberapa digit nomor meminta seseorang menyelidiki masalah yang menimpa Areum di masa lalu.Akhirnya, setelah menunggu sedikit lama, ia langsung mendapat kabar, hal yang membuatnya semakin terkejut dengan kenyataan yang ada. Masalah dulu, bukan tidak memiliki petunjuk, tapi Areum tidak pernah menyelidikinya. Saat itu, Areum kehilangan anaknya, juga kehilangan Rayn, hatinya hancur, ia jatuh ke dalam jurang keputusasaan yang tidak berdasar, ia bahkan mencoba memaksa untuk bertahan hidup.Hal lainnya sudah tidak penting baginya. Meskipun Seika dihukum, anaknya juga tidak dapat kembali. Tapi Leonhard tidak begitu sabar, dia sangat marah dan menampar Seika hingga sudut bibirnya mengeluarkan sedikit
Di sebuah sore yang cerah, Rayn menerima undangan dari Aaron untuk bertemu dengannya di satu bar milik Emilio. keduanya bertemu dan duduk bersama dalam satu ruangan yang sudah dipersiapkan oleh Rayn, dalam menyambut kedatangan Aaron. Di atas meja tangan Rayn mencengkeram erat gelas miliknya, raut wajah menunjukkan bagaimana kebingungannya dia. “Dia bukan tidak mencintaimu, dia menolak untuk menikah denganmu, sebagian alasannya karena dia berharap kamu bisa mempunyai keluarga yang utuh, ada seorang anak milik sendiri. Alasan sebagiannya, dia takut ke depannya kamu akan menyesal, dia tidak berharap masa depan kalian hanya mengulangi jalan hidup ibu kami yang tragis.” Rayn sedikit menundukkan kepalanya, seutas senyum tipis terukir di wajahnya yang sangat tampan. “Aaron, aku tidak ingin membohongimu kalau aku sama sekali tidak menyukai anak kecil. Sebenarnya, aku sangat menyukai anak kecil, tetapi kalau dibandingkan dengan Areum, aku lebih mencintai Areum.” Aaron mendengar
Areum menggelengkan kepalanya, mencoba menepis kenangan yang sedang terbayang di dalam kepalanya. Mungkin karena beberapa tahun ini terlalu kesepian, sehingga dia bahkan hampir lupa, rupanya mereka juga mempunyai masa-masa yang mesra dan bahagia ini. Dia berpikir, mungkin saja dirinya telah salah langkah. Seharusnya tidak berurusan dengan lelaki yang keras kepala seperti ini.. “Pada saat itu, memang lumayan bodoh.” Dia tersenyum ringan, nadanya penuh dengan kesan menyindir diri. “Sekarang sudah belajar menjadi pintar ya?” Rayn mengangkat alis dan bertanya. Ahyon mengerutkan bibir, perlahan-lahan menggeleng kepalanya. Seandainya dia sudah pintar, seharusnya sudah bersembunyi dengan sejauh mungkin, mana mungkin terseret lagi dengan Rayn. Areum sangat mengerti bahwa, seandainya mereka terus berhubungan lagi, ke depannya harus mengalami tantangan yang lebih besar lagi. Keluarganya pasti tidak akan setuju kalau mereka terus bersama, apalagi kalau menikah. Saat ini Rayn bertindak sesu
Malam yang hening, hujan gerimis yang melayang dari langit.Emilio masuk ke dalam rumah dengan tubuh basah, TV LCD di ruang tamu masih menyala,Elijah bersandar di sofa, dengan rambut coklatnya berantakan, matanya sedikit menyipit, sedikit mengantuk.Dia mendengar suara, tanpa sadar melihat ke arah pintu, melihat Emilio memasuki pintu, tiba-tiba wajahnya tersenyum.“Kamu sudah kembali.”Elijah melompat dari sofa, berjalan kearahnya sambil tersenyum, masuk ke pelukannya.Di tubuh Emilio memiliki aroma rokok dan alkohol, bukan berarti tidak enak dicium.“Stela sudah tidur?” Emilio menganti sepatu, bertanya kepadanya.“Uhm,” Elijah mengangguk.“Kenapa kamu belum tidur?” Emilio bertanya.“Aku sedang menunggu kamu, kamu tidak pulang, aku tidak bisa tidur.” Elijah mengangkat dagu, berkata sembari tersenyum lembut pada Emilio.“Aku sekarang sudah pulang, ingin aku bagaimana menemanimu tidur?” Emilio tersenyum lembut, telapak tangan memegang dagunya, dia menundukkan kepalanya dan menciumnya.
Disaat yang sama, Areum, Aaron, juga Reina sedang di bioskop.Layar bioskop yang lebar menayangkan film Korea, film ini menceritakan tentang seorang gadis SMA yang mencintai pria tampan di kelasnya, dia melakukan hal apa pun untuk menarik perhatiannya.Lalu karena kesalahpahaman keduanya melewatkan kesempatan untuk bersama, si gadis keluar negeri selama lima tahun, ketika kembali ia baru tahu kalau pria yang dicintainya itu terus menunggunya selama ini.‘Tak peduli berapa lama, aku yakin kita akan bersama, aku akan menunggumu. Hingga kita dipertemukan kembali.”Sepanjang jalan dilalui dengan pahit dan penuh derita, namun merupakan cerita tentang cinta pertama yang begitu indah.Didalam bioskop, ada yang memakan popcorn sambil meminum minumannya, ada yang memanfaatkan ruangan yang remang untuk berciuman, ada yang berbisik tentang jalan cerita filmnya, hanya Areum yang duduk seorang diri menangis di tempat duduknyaDia seolah menemukan dirinya yang dulu pada diri tokoh gadis dalam film
“Mereka sempat menanyakan pendapatku, aku tidak menolak. Tidak bisa mengatakan cinta atau tidak, bagaimana pun tidak semua orang memiliki cinta yang begitu dalam seperti kamu dan Rayn. Aku bersama dengannya, merasa sangat santai dan bebas, terkadang adu mulut cukup menyenangkan, aku juga menyukainya.”Setelah Areum mendengarnya, mengangguk, tidak lagi mengatakan apapun.Bagaimanapun Aaron sudah dewasa, meskipun dia adalah kakak kandungnya, ia juga tidak bisa ikut campur dalam hidup apalagi hubungan asmaranya. Keduanya melanjutkan perjalanan, tidak banyak bicara.Apartemen Areum tidak jauh dari bioskop, Aaron mengantarnya sampai lantai bawah apartemen. Lalu ia melihat ada mobil Maybach hitam yang terparkir di depan apartemen.Tubuh Rayn yang tinggi dan jenjang bersandar di mobil, tangannya memegang rokok, bara rokok menyala dan meredup ditengah gelapnya malam.Melihat punting rokok yang berserakan di bawah kakinya, sepertinya dia sudah menunggu cukup lama.Aaron menghentikan langkahnya
Areum sama sekali tidak merasa asing dengan tempat ini, hingga saat ini, setiap sudut di apartemen ini penuh dengan jejak kenangannya.Dilemari dipenuhi oleh pakaiannya, didalam kamar mandi masih terpajang produk perawatan kulit dan perlengkapan mandi yang biasa ia gunakan, setelah meletakkannya sampai kadarluwarsanya lewat, diganti dengan yang baru, setelah mengganti beberapa kali akhirnya berhasil menunggu dia kembali.“Kamu tidur di kamar utama, aku tidur di ruang kerja, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. “ Rayn melepas jaketnya sambil berjalan ke ruang kerja di lantai dua.Areum berada di kamar seorang diri, setelah mandi sesaat, ia sama sekali tidak merasa mengantuk, ia duduk termenung di depan jendela, lalu membuka laci meja rias dan mengeluarkan kertas juga pensil.Buku gambar dan juga pensil yang berada didalam laci meja rias ini dia yang meletakkannya. Sampai sekarang masih berada disana dan tidak berubah tempat.Areum membuka buku gambarnya, menggunakan tangan kiri