Sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai, menyentuh kulit pria yang telah terjaga lebih dulu. Zachary membuka matanya, dan hal pertama yang ia lihat adalah sosok Megan yang masih terlelap di sampingnya. Matanya melunak. Dengan penuh kasih, ia mencondongkan tubuh, mengecup lembut kening wanita itu.
Hari ini terasa istimewa. Dengan hati yang berbunga, Zachary bangkit dari tempat tidur, melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tangannya terampil mengaduk adonan pancake, sesekali menoleh ke arah kamar memastikan Megan masih tertidur. Saat aroma pancake mulai menguar, ponselnya berdering. Nama Edgar terpampang di layar. Zachary mendengus kecil, lalu mengangkat panggilan itu. "Ada apa?" "Kau masih di tempat Megan?" "Ya, kenapa?" "Tak ada alasan khusus. Hanya mengingatkan kalau siang ini ada rapat penting. Aku khawatir kau lupa. Bukankah orang yang sedang jatuh cinta biasanya jadi bodoh?" Zachary mendecak, setengah sebal setengah geli. "Itu kau, bukan aku. Aku akan datang nanti, tak perlu khawatir." Tanpa basa-basi lagi, ia memutus panggilan, lalu kembali fokus menyiapkan sarapan. Setelah semuanya siap, ia kembali ke kamar. Zachary duduk di tepi ranjang, menatap Megan yang masih terlelap. Ia mengusap lembut rambut wanita itu sebelum membungkuk, mencium puncak kepalanya. "Bangun, Baby. Aku sudah siapkan sarapan spesial untuk kita," bisiknya. Megan hanya menggeliat kecil, tetap memejamkan mata. Zachary terkekeh. "Ck, kau benar-benar ingin aku membangunkanmu dengan cara yang lebih ... nakal?" Suaranya terdengar menggoda. Jemarinya mulai mengusap pelan lengan Megan, turun ke pinggangnya, nyaris menyentuh batas kain selimut. Megan sontak membuka matanya. "Zachary!" Pria itu menaikkan sebelah alisnya, tampak tidak bersalah. "Apa?" Megan melirik dirinya sendiri, memastikan tubuhnya masih tertutup selimut. Ia menghela napas lega sebelum bangkit, menyibakkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Siapa tahu kau melakukan hal yang tidak-tidak saat aku tertidur," gumamnya, menatapnya curiga. Zachary menyeringai, menangkup dagunya. "Bahkan kalau aku ingin, aku bisa saja melakukannya, Baby. Tapi aku tidak akan menyentuhmu tanpa persetujuanmu." Ia menjilat bibirnya, tatapannya menggoda. "Lebih baik kita mandi sekarang. Aku sudah menyiapkan air hangat." Megan hendak menolak, namun sebelum sempat protes, tubuhnya sudah terangkat ke dalam gendongan Zachary. "Zachary! Aku bisa berjalan sendiri!" Pria itu hanya terkekeh, mengabaikannya. "Tapi aku lebih suka membawamu seperti ini." Di kamar mandi, momen mereka penuh dengan kehangatan, canda, dan sesekali tatapan yang membuat jantung Megan berdebar. Setelah mandi, mereka duduk di meja makan. Zachary dengan sengaja menarik kursinya lebih dekat, lalu memeluk pinggang Megan dari belakang. "Aku bisa duduk sendiri," protes Megan. Zachary terkekeh, mencuri kecupan di pipinya. "Tidak ada yang bisa kau lakukan sendiri kalau aku ada, Baby." Megan mendengus kecil, tapi pipinya sedikit merona saat ia menerima suapan pancake dari tangan Zachary. Rasa manis dari pancake bercampur dengan kehangatan yang pria itu berikan. Dalam hati, Megan membandingkan. Zachary yang selalu memperlakukannya seperti seorang ratu, sementara suaminya? Levi bahkan jarang menanyakan kabarnya, lebih memilih tenggelam dalam kesibukannya—dan mungkin juga wanita lain. Di samping Zachary, Megan merasa dihargai, dicintai. "Baby, kau ada rencana hari ini?" Zachary mengusap sudut bibir Megan dengan ibu jarinya, seolah tak ingin ada sisa makanan yang mengotori wajah wanita itu. Megan mengangguk. "Aku ada pemotretan nanti." "Kalau begitu, aku akan mengantarmu." Zachary menyuapkan sepotong pancake ke mulutnya sendiri, matanya tetap tertuju pada Megan. Wanita itu salah tingkah, mengalihkan tatapannya ke arah lain. Siang harinya, Zachary benar-benar mengantar Megan ke studio. Sebelum turun, pria itu membungkuk, membantu melepas seatbelt-nya. "Aku akan menjemputmu nanti malam. Tak ada protes, Baby," ucapnya sebelum mengecup bibir Megan dengan cepat. Megan menghela napas, berusaha mengabaikan debaran aneh di dadanya. Malam harinya. Megan baru saja menyelesaikan sesi pemotretan dan berjalan menuju parkiran yang mulai gelap. Saat hendak melangkah, ia merasakan tali sepatunya terlepas. Ketika ia membungkuk untuk membetulkannya, tiba-tiba sebuah bayangan tinggi berdiri di belakangnya. "Biarkan aku," suara Zachary terdengar lembut. Megan menatapnya, terkejut. Pria itu berlutut, membantu mengikat tali sepatunya. Tak ada pria yang pernah memperlakukannya seperti ini. Zachary berdiri kembali, merengkuh pinggang Megan, lalu mengecup keningnya. "How was your day, Baby?" Dada Megan bergemuruh. Tuhan, kapan terakhir kali seseorang bertanya seperti itu padanya? Ia mencoba menenangkan diri, mengalihkan pandangan. "Not bad. Ayo pulang, aku tidak mau ada yang melihat kita." Zachary tersenyum penuh arti. "Sure, tapi kita makan malam dulu." Dalam perjalanan, Zachary menggenggam tangan Megan, mengecupnya sesekali. Mereka memutuskan makan malam di restoran Italia. Saat berjalan menuju ruang VVIP, langkah Megan tiba-tiba terhenti. Matanya membelalak. Di sudut ruangan, Levi—suaminya—duduk dengan seorang wanita bergaun hitam. Mereka tertawa, bercakap mesra. Bahkan, pria itu dengan bebasnya mengecup pipi wanita itu. Hati Megan mencelos. Dadanya terasa sesak. Namun, sebelum kesedihannya bisa meledak, Zachary dengan cepat menariknya ke dalam pelukannya. Dan tanpa peringatan, pria itu menangkup wajah Megan, lalu mencium bibirnya. Ciuman yang dalam. Hangat. Menuntut. Megan terkejut, ingin melepaskan diri, tetapi Zachary menahannya, semakin memperdalam ciuman itu. Sampai akhirnya, tubuh Megan melemas, dan ia membalas. Ketika Zachary akhirnya melepaskan ciuman mereka, ia mengusap bibir Megan dengan ibu jarinya. "Jika dia bisa berselingkuh, bukankah kau juga bisa?" bisiknya dengan senyum miring. "Kau punya aku, Baby. Jadi, jangan lihat dia lagi—lihat aku saja." Megan terdiam, lalu tersenyum. "Ya," bisiknya. "Bukankah kita juga berselingkuh?" Zachary menyeringai, lalu mengecup bibirnya sekali lagi. "Persis, Baby. Lakukan apa pun yang kau mau. Aku akan selalu ada untukmu."Venesia, sebuah mansion megah Ignacio. "Dimana Levi, Noa?" Seorang wanita cantik, dan sexy berdiri di depan seorang maid bernama Noa. Noa menunduk hormat, dan menjawab. "Tuan Levi belum pulang, Nona Megan." Megan Victoria Lewis. 24 tahun, tubuhnya yang jenjang dan ramping tampak sempurna dalam balutan dress berwarna hitam. Rambut panjangnya yang berkilau tergerai indah hingga pinggang, menambah pesona pada kulitnya yang halus dan bercahaya. Mata coklatnya yang tajam, kontras dengan bulu matanya yang lentik. Wajahnya, yang memadukan kelembutan dan ketegasan, diperindah dengan makeup tipis yang menonjolkan fitur alaminya. Megan bekerja sebagai model internasional yang menikah dengan Levi Ignacio, seorang CEO perusahaan bergerak di bidang industri film. Pernikahan ini terjadi akibat perjodohan konyol dari kedua orang tua mereka. Selama dua tahun pernikahan mereka, Megan tidak pernah di sentuh oleh Levi. Bahkan hubungan keduanya terkesan dingin, tidak jarang Levi bersikap kasar kepa
Apartemen Zachary, Venesia.Bukankah Zachary gila? Pria itu membawa seorang wanita untuk pertama kalinya ke dalam apartemen pribadinya, pria itu membaringkan Megan di atas ranjangnya. Tatapan tajamnya mengarah pada Megan."Kau benar-benar memintaku melakukannya?"Megan beranjak bangun, kepalanya yang sedikit berat membuat tatapannya sedikit menyipit. Dengan suara serak, dia menjawab, "Ya, aku ingin kau memuaskanku. Aku sudah memberikan kartuku untukmu, jadi puaskan aku, dan buat aku hamil." Megan membuang napasnya kasar.Wanita itu menatap Zachary dengan sendu. "Setidaknya, aku ingin membungkam mulut mertuaku. Dia mengatakan jika aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku, padahal mereka tidak tahu—jika suamiku tidak pernah menyentuhku." Megan berdecak, ia menatap Zachary. "Kenapa kau tidak segera melakukannya?"Megan berdiri dengan susah payah, ketika berada di dekat Zachary. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Zachary. "Please, help me." Tatapan sayu itu tersirat denga
Saat di rasa Megan sudah tenang, Zachary mengambil makanan khusus Megan tadi, ia mneyuapi Megan. Namun, wanita itu menolaknya.Zachary menghela nafasnya. "Makanlah, aku tidak ingin kau mati karena tidak makan. Aku tahu jika kau lapar." Zachary kembali mengarahkan makanan pada pada Megan, mau tidak mau Megan menerima suapan Zachary.Suapan demi suapan Megan terima dari Zachary, hingga pada akhirnya makanan itu habis tak tersisa.Zachary menegakkan tubuhnya, ia membawa piring kosong itu ke meja, dan kembali lagi pada sisi Megan. Zachary ingin menggendong Megan, namun Megan menahannya."Apa yang akan kau lakukan? Jangan menyentuhku." Megan sedikit menjauh dengan susah payah.Zachary berdecak, pria itu menatap Megan dengan datar. "Aku hanya ingin membantumu untuk ke kamar mandi, aku tahu kau tidak bisa jalan sendiri. Masih sakit bukan?"Megan terdiam sejenak, lantas menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa sendiri. Pergilah, aku mohon." Tatapan wanita itu terlihat sangat memohon, yang mana memb
Megan membuka pintu kamarnya, lantas ia menutup dan tidak lupa menguncinya. Malam ini, hingga beberapa hari ke depan ia akan menginap. Sampai acara pesta selesai.Wanita itu membuang nafasnya kasar, lantas membalikkan badannya.Deg!Jantung Megan berdetak kencang, kedua matanya melebar saat melihat sosok Zachary di depannya. Dia berpikir—bagaimana bisa Zachary ada di sini? Wanita itu memundurkan langkahnya, sampai tubuhnya menabrak pintu."A-apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana bisa kau ada di sini?" Rasa khawatir berpendar di benaknya, tubuh wanita itu merinding saat melihat tatapan Zachary.Apalagi kini pria itu semakin mendekat ke arahnya, sial—Megan rasanya ingin lari. Bagaimana bisa Zachary berada di kamarnya."K-kau mau apa? Jangan maca—""Aku tidak akan macam-macam, aku hanya satu macam. Baby." Zachary menahan kedua tangan Megan di atas kepala wanita itu, sementara tubuh Megan benar-benar ia kunci pergerakannya."Lepaskan aku, Zachary. Kenapa kau ada di sini huh?"Zachary te
Beberapa hari kemudian,Setelah acara pesta di kapal pesiar tersebut selesai, Megan, dan Elise kembali ke mansion masing-masing.Kini Megan berada di mansionnya, wanita itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia melangkah keluar dari kamar, dan melihat Levi sedang bercumbu bersama kekasihnya.Megan membuang nafasnya kasar, ia kembali ke kamarnya sendiri. Lantas, menguncinya. Melihat suaminya, kedua matanya jadi sakit."Aku ingin sekali membuat video perselingkuhan mereka, untuk menjadi bukti ketika kami bercerai. Tapi mengingat jika kekayaan mendiang Daddy di tahan keluarga mereka, bagaimana bisa aku menceraikannya begitu saja?" Megan membaringkan tubuhnya, wanita itu memejamkan kedua matanya.Dia berpikir, bagaimana caranya untuk terbebas dari belenggu yang sangat menyakitkan ini? Dia ingin bebas, dan memulai segalanya dengan hal-hal baru. Namun, melihat bagaimana pengaruh besar keluarga Levi. Menjadikan Megan tidak bisa bercerai begitu saja.Tak lama kemudian, suara dering pons
Megan mengedipkan kedua matanya beberapa kali, yang mana nampak sangat lucu di mata Zachary. Wanita itu menatap Zachary dengan berani, dan bertanya, "Apa katamu tadi?" Megan ingin memastikan telinganya, ia ingin memastikan apa yang baru saja Zachary ucapkan. Zachary tersenyum, pria itu mengecup bibir Megan. Yang mana membuat wajah Megan merona. "Aku ingin memilikimu, Megan." Zachary menatap Megan dalam. "Jadikan aku selingkuhanmu." God Dammit! Apa-apaan ini? Apakah Megan tidak salah mendengar? Apa katanya tadi? Jadikan dia sebagai selingkuhannya? Bagaimana bisa. Oh sial! Rasanya Megan ingin tidak mempercayai ucapan Zachary, Namun mendengar Zachary berbicara seperti itu. Membuatnya benar-benar terpaku. "Megan?" Zachary mengusap pipi mulus Megan. Megan tersentak, wanita itu mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Jangan bercanda, Zachary. Lebih baik sekarang aku panggilkan dokter, aku tidak ingin lukamu semakin parah." Megan berdiri, wanita itu meninggalkan Zachary yang menatapny
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai, menyentuh kulit pria yang telah terjaga lebih dulu. Zachary membuka matanya, dan hal pertama yang ia lihat adalah sosok Megan yang masih terlelap di sampingnya. Matanya melunak. Dengan penuh kasih, ia mencondongkan tubuh, mengecup lembut kening wanita itu. Hari ini terasa istimewa. Dengan hati yang berbunga, Zachary bangkit dari tempat tidur, melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tangannya terampil mengaduk adonan pancake, sesekali menoleh ke arah kamar memastikan Megan masih tertidur. Saat aroma pancake mulai menguar, ponselnya berdering. Nama Edgar terpampang di layar. Zachary mendengus kecil, lalu mengangkat panggilan itu. "Ada apa?" "Kau masih di tempat Megan?" "Ya, kenapa?" "Tak ada alasan khusus. Hanya mengingatkan kalau siang ini ada rapat penting. Aku khawatir kau lupa. Bukankah orang yang sedang jatuh cinta biasanya jadi bodoh?" Zachary mendecak, setengah sebal setengah geli. "Itu kau, bukan aku. Aku akan data
Megan mengedipkan kedua matanya beberapa kali, yang mana nampak sangat lucu di mata Zachary. Wanita itu menatap Zachary dengan berani, dan bertanya, "Apa katamu tadi?" Megan ingin memastikan telinganya, ia ingin memastikan apa yang baru saja Zachary ucapkan. Zachary tersenyum, pria itu mengecup bibir Megan. Yang mana membuat wajah Megan merona. "Aku ingin memilikimu, Megan." Zachary menatap Megan dalam. "Jadikan aku selingkuhanmu." God Dammit! Apa-apaan ini? Apakah Megan tidak salah mendengar? Apa katanya tadi? Jadikan dia sebagai selingkuhannya? Bagaimana bisa. Oh sial! Rasanya Megan ingin tidak mempercayai ucapan Zachary, Namun mendengar Zachary berbicara seperti itu. Membuatnya benar-benar terpaku. "Megan?" Zachary mengusap pipi mulus Megan. Megan tersentak, wanita itu mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Jangan bercanda, Zachary. Lebih baik sekarang aku panggilkan dokter, aku tidak ingin lukamu semakin parah." Megan berdiri, wanita itu meninggalkan Zachary yang menatapny
Beberapa hari kemudian,Setelah acara pesta di kapal pesiar tersebut selesai, Megan, dan Elise kembali ke mansion masing-masing.Kini Megan berada di mansionnya, wanita itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia melangkah keluar dari kamar, dan melihat Levi sedang bercumbu bersama kekasihnya.Megan membuang nafasnya kasar, ia kembali ke kamarnya sendiri. Lantas, menguncinya. Melihat suaminya, kedua matanya jadi sakit."Aku ingin sekali membuat video perselingkuhan mereka, untuk menjadi bukti ketika kami bercerai. Tapi mengingat jika kekayaan mendiang Daddy di tahan keluarga mereka, bagaimana bisa aku menceraikannya begitu saja?" Megan membaringkan tubuhnya, wanita itu memejamkan kedua matanya.Dia berpikir, bagaimana caranya untuk terbebas dari belenggu yang sangat menyakitkan ini? Dia ingin bebas, dan memulai segalanya dengan hal-hal baru. Namun, melihat bagaimana pengaruh besar keluarga Levi. Menjadikan Megan tidak bisa bercerai begitu saja.Tak lama kemudian, suara dering pons
Megan membuka pintu kamarnya, lantas ia menutup dan tidak lupa menguncinya. Malam ini, hingga beberapa hari ke depan ia akan menginap. Sampai acara pesta selesai.Wanita itu membuang nafasnya kasar, lantas membalikkan badannya.Deg!Jantung Megan berdetak kencang, kedua matanya melebar saat melihat sosok Zachary di depannya. Dia berpikir—bagaimana bisa Zachary ada di sini? Wanita itu memundurkan langkahnya, sampai tubuhnya menabrak pintu."A-apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana bisa kau ada di sini?" Rasa khawatir berpendar di benaknya, tubuh wanita itu merinding saat melihat tatapan Zachary.Apalagi kini pria itu semakin mendekat ke arahnya, sial—Megan rasanya ingin lari. Bagaimana bisa Zachary berada di kamarnya."K-kau mau apa? Jangan maca—""Aku tidak akan macam-macam, aku hanya satu macam. Baby." Zachary menahan kedua tangan Megan di atas kepala wanita itu, sementara tubuh Megan benar-benar ia kunci pergerakannya."Lepaskan aku, Zachary. Kenapa kau ada di sini huh?"Zachary te
Saat di rasa Megan sudah tenang, Zachary mengambil makanan khusus Megan tadi, ia mneyuapi Megan. Namun, wanita itu menolaknya.Zachary menghela nafasnya. "Makanlah, aku tidak ingin kau mati karena tidak makan. Aku tahu jika kau lapar." Zachary kembali mengarahkan makanan pada pada Megan, mau tidak mau Megan menerima suapan Zachary.Suapan demi suapan Megan terima dari Zachary, hingga pada akhirnya makanan itu habis tak tersisa.Zachary menegakkan tubuhnya, ia membawa piring kosong itu ke meja, dan kembali lagi pada sisi Megan. Zachary ingin menggendong Megan, namun Megan menahannya."Apa yang akan kau lakukan? Jangan menyentuhku." Megan sedikit menjauh dengan susah payah.Zachary berdecak, pria itu menatap Megan dengan datar. "Aku hanya ingin membantumu untuk ke kamar mandi, aku tahu kau tidak bisa jalan sendiri. Masih sakit bukan?"Megan terdiam sejenak, lantas menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa sendiri. Pergilah, aku mohon." Tatapan wanita itu terlihat sangat memohon, yang mana memb
Apartemen Zachary, Venesia.Bukankah Zachary gila? Pria itu membawa seorang wanita untuk pertama kalinya ke dalam apartemen pribadinya, pria itu membaringkan Megan di atas ranjangnya. Tatapan tajamnya mengarah pada Megan."Kau benar-benar memintaku melakukannya?"Megan beranjak bangun, kepalanya yang sedikit berat membuat tatapannya sedikit menyipit. Dengan suara serak, dia menjawab, "Ya, aku ingin kau memuaskanku. Aku sudah memberikan kartuku untukmu, jadi puaskan aku, dan buat aku hamil." Megan membuang napasnya kasar.Wanita itu menatap Zachary dengan sendu. "Setidaknya, aku ingin membungkam mulut mertuaku. Dia mengatakan jika aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku, padahal mereka tidak tahu—jika suamiku tidak pernah menyentuhku." Megan berdecak, ia menatap Zachary. "Kenapa kau tidak segera melakukannya?"Megan berdiri dengan susah payah, ketika berada di dekat Zachary. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Zachary. "Please, help me." Tatapan sayu itu tersirat denga
Venesia, sebuah mansion megah Ignacio. "Dimana Levi, Noa?" Seorang wanita cantik, dan sexy berdiri di depan seorang maid bernama Noa. Noa menunduk hormat, dan menjawab. "Tuan Levi belum pulang, Nona Megan." Megan Victoria Lewis. 24 tahun, tubuhnya yang jenjang dan ramping tampak sempurna dalam balutan dress berwarna hitam. Rambut panjangnya yang berkilau tergerai indah hingga pinggang, menambah pesona pada kulitnya yang halus dan bercahaya. Mata coklatnya yang tajam, kontras dengan bulu matanya yang lentik. Wajahnya, yang memadukan kelembutan dan ketegasan, diperindah dengan makeup tipis yang menonjolkan fitur alaminya. Megan bekerja sebagai model internasional yang menikah dengan Levi Ignacio, seorang CEO perusahaan bergerak di bidang industri film. Pernikahan ini terjadi akibat perjodohan konyol dari kedua orang tua mereka. Selama dua tahun pernikahan mereka, Megan tidak pernah di sentuh oleh Levi. Bahkan hubungan keduanya terkesan dingin, tidak jarang Levi bersikap kasar kepa