Apartemen Zachary, Venesia.
Bukankah Zachary gila? Pria itu membawa seorang wanita untuk pertama kalinya ke dalam apartemen pribadinya, pria itu membaringkan Megan di atas ranjangnya. Tatapan tajamnya mengarah pada Megan. "Kau benar-benar memintaku melakukannya?" Megan beranjak bangun, kepalanya yang sedikit berat membuat tatapannya sedikit menyipit. Dengan suara serak, dia menjawab, "Ya, aku ingin kau memuaskanku. Aku sudah memberikan kartuku untukmu, jadi puaskan aku, dan buat aku hamil." Megan membuang napasnya kasar. Wanita itu menatap Zachary dengan sendu. "Setidaknya, aku ingin membungkam mulut mertuaku. Dia mengatakan jika aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku, padahal mereka tidak tahu—jika suamiku tidak pernah menyentuhku." Megan berdecak, ia menatap Zachary. "Kenapa kau tidak segera melakukannya?" Megan berdiri dengan susah payah, ketika berada di dekat Zachary. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Zachary. "Please, help me." Tatapan sayu itu tersirat dengan tatapan permohonan. Oh sial! Zachary tergoda, pria itu menggeram. Dia tidak pernah tergoda oleh wanita manapun, meskipun wanita itu melemparkan diri ke arahnya. Ia tidak akan tergoda sama sekali, namun dengan wanita di depannya ini. Tubuhnya terasa panas dingin. "Aku mohon, bukankah tugas gigolo seper—" Megan tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika Zachary memangut bibirnya, tangan kiri pria itu merengkuh pinggang Megan. Menyentuh punggungnya, dan memberikan usapan lembut. Sementara tangan kanannya menahan tengkuk wanita itu. Zachary memangutnya dengan menuntut, membuat Megan yang awalnya terkejut pun menjadi kewalahan. Wanita itu berusaha untuk mengimbangi Zachary, namun tidak bisa. Lama Zachary memangut bibir ranum Megan, sampai akhirnya pria itu melepaskannya terlebih dahulu. Ia menatap Megan dengan sayu. "Aku akan memuaskanmu, dan membuatmu hamil." Holy Shit! Suara bariton yang terdengar sangat sexy, berat, dan serak itu membuat tubuh Megan merinding. Ia bergidik mendengarnya, ada desiran aneh pada tubuhnya. Belum sempat Megan menjawab, Zachary terlebih dahulu membaringkannya. Kini, Zachary mengungkung tu-buh Megan. Pria itu menatap Megan dengan dalam, sebelum akhirnya pria itu kembali memangut bibir Megan. Sementara tangannya sudah merayap membe-l4i tu-buh Megan. Megan menggeliat, wanita itu merasakan gelisah mendapatkan sentuhan pertama kali dari seorang pria. Apalagi kini tangan besar Zachary sudah menelusup ke dalam pakaiannya, menyentuh perut ratanya. Rasa hangat menjalar pada tubuhnya, ia tersentak dengan sentuhan itu. Sementara Zachary, lembut mencium bibir Megan. Pria itu menatap Megan dengan penuh perhatian, sebelum berbisik, "Apakah suamimu pernah membuatmu merasa istimewa? Jika belum, aku selalu ada untukmu kapanpun kau butuhkan." God Dammit! Apa-apaaan ini? Bagaimana bisa Zachary berbisik seperti itu? Bukankah itu artinya Zachary tidak hanya memberikan satu kali? Namun, berkali-kali jika Megan mau. Gila, Zachary sangat gila. Zachary menegakkan tubuhnya, membantu Megan melepaskan pakaian wanita itu dengan lembut. Saat melihat Megan, Zachary terpana, menelan ludahnya dengan susah payah, tanda kekagumannya yang mendalam. Megan benar-benar membuatnya tergoda, Zachary kembali mengungkung Megan. Pria itu kembali mencium bibir Megan, dan menyentuh setiap inci yang ada pada Megan. Suara lembut Megan terdengar oleh Zachary, membangkitkan perasaan dalam diri pria itu. Zachary dengan lembut menyentuh Megan, semakin membuatnya merasa nyaman dan tenang. Kedekatan mereka semakin meningkat seiring dengan sentuhan yang penuh perhatian dari Zachary. "Ouh," Mendengar lenguhan Megan. Zachary mendongak. "Call me Zachary, Baby." Sebuah perintah yang terdengar di telinga Megan, meskipun ia dalam kondisi setengah sadar. Namun, Megan menangkap jelas segala perintah atau ucapan Zachary yang mendominasi. "Z-zachary." Oh tidak! Zachary memejamkan kedua matanya, tubuhnya semakin terasa hangat mendengar panggilan Megan yang terdengar sangat indah di telinganya. "Kau benar-benar membuatku terpesona." Zachary mencium wanita itu, ia tidak ingin berlama-lama. Zachary dengan lembut menyentuh Megan, membuatnya merasakan sensasi yang mendalam. Dengan perlahan, ia mendekatkan diri, memahami bahwa ini adalah pengalaman baru bagi Megan. Dengan lembut dan penuh perhatian, Zachary mendekatkan dirinya, merasakan momen yang mendalam bersama Megan. Napas Megan terdengar lebih berat, matanya berkaca-kaca menahan berbagai emosi yang bercampur aduk. Zachary merunduk, ia mengusap air mata Megan. Mengecup kedua mata wanita itu. "Maaf.. maafkan aku, setelah ini tidak akan sakit. Percayalah padaku." Zachary melumat bibir Megan sejenak, sebelum menggerakkan pinggulnya. Zachary terus mendekatkan diri pada Megan, suara rintihan yang tadi terdengar pun kini terganti dengan suara napas yang semakin berat. Setiap sentuhan Zachary pada Megan membuatnya merasakan gelombang emosi yang mendalam. Sampai, Megan benar-benar merasakan kepuasan yang tak terhingga. Bahkan mereka terus berada dalam keintiman tersebut, hingga Megan merasa lelah dan hampir kehilangan kesadaran. Setelah menghabiskan waktu bersama, Zachary menatap Megan dengan penuh perhatian. Ia menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Megan, sambil berkata, "Bagaimana bisa suamimu tidak melihat keindahan ini? Apa dia tidak melihat?" Zachary mengelus lembut pipi Megan, matanya terpaku pada wajah cantik itu. Hingga akhirnya, Zachary terlelap dengan damai. Keesokan paginya, Zachary terbangun terlebih dahulu, ia menunduk. Melihat Megan terlelap dengan kepala yang berada di atas dada bidangnya. Pria itu terkekeh, tangannya terulur mengusap puncak kepala Megan. "Bangunlah, sudah pagi. Aku akan membuatkanmu sarapan." "Hei, Nona. Apa kau tidak ingin bangun? Apa perutmu tidak lapar?" Zachary berdecak. Pria itu terus berusaha membangunkan Megan, namun Megan tidak kunjung bangun. Pada akhirnya, Zachary menggeser tubuh Megan. Lalu, ia turun dan menuju kamar mandi. Setelahnya, Zachary menuju dapur. dengan terampil dia bergerak lincah di dapur mengolah bahan-bahan untuk sarapan mereka. Aroma omelet dan kopi menyebar menyeluruh, memberi nuansa hangat yang berusaha mencairkan suasana pagi itu. Sedangkan di sisi Megan, ia duduk di ujung ranjang dengan mata sembab, rasa malu dan kecewa menyelimuti hatinya. Bagaimana mungkin, pikirnya, dia telah membiarkan dirinya terbawa dalam gairah semalam bersama Zachary. Seorang pria yang ia anggap gigolo, saat pernikahannya dengan Levi berada di ujung tanduk. Hinaan yang sering dilontarkan mertuanya, dan perselingkuhan Levi membuat Megan terpuruk dalam kesedihan dan frustasi. Megan menunduk, sesekali ia memukul kepalanya. "Bodoh, kau bodoh. Megan! Bagaimana bisa kau menyerahkan dirimu pada pria asing? Bahkan dia seorang gigilo! Kau benar-benar bodoh! Kau membuat masalah, Megan." "Bagaimana jika semua orang tahu kau baru saja bermalam dengan pria asing? Reputasimu akan hancur, Megan. Dan mereka semua akan menghinamu lagi." Megan memukul dadanya yang sesak, ia terlalu bingung harus bagaimana. Rasa frustasinya menghantarkan dia pada permasalahan yang sejatinya Megan sendiri yang menciptakan. Wanita itu terisak, ia berusaha menyakiti dirinya sendiri. Hingga Zachary datang, dan langsung menahannya. Pria itu memeluk Megan. "Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila?" Suara Zachary yang sedikit meninggi, mengejutkan Megan. Megan tersentak, wanita dalam pelukan Zachary itu mendongak. "Ya, aku memang sudah gila. Bagaimana bisa aku menghabiskan malam panas bersamamu? Tidak seharusnya ak—" "Bisa diam? Kau sudah membayarku, dan sudah tugasku untuk menjalankannya. Lagi pula semuanya sudah terjadi, jadi untuk apa kau menyesalinya?" Zachary membuang napasnya kasar, pria itu mengurai pelukannya, dan menatap datar Megan. "Lagi pula suamimu tidak pernah menyentuhmu ‘kan? Jadi untuk apa kau menyalahkan dirimu sendiri? Apa yang sudah kau lakukan sangat benar, kau bisa datang padaku kapan saja jika kau membutuhkanku." Gila, Zachary memang sudah gila. Ntah mengapa ia justru mengatakan hal seperti itu pada Megan. Megan dengan rasa malunya menggeleng. "Aku tidak akan mungkin melakukannya lagi, cukup semalam aku melakukannya bersamamu." "Aku tidak memaksa, uang yang kau berikan sangat lebih. Jadi kau masih bisa menggunakanku lagi, itupun jika kau mau." Zachary menggedikkan kedua bahunya acuh, ia berdiri dan menyiapkan makanan untuk Megan di atas nakas kecil. "Makanlah, aku sudah menyiapkan untukmu." Zachary menatap Megan sejenak, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan wanita itu. Sebab, ia tahu jika Megan merasa malu. Seperginya Zachary, Megan menunduk. Pikirannya berkecamuk, bagaimana mungkin ia melakukannya kembali—jika dia saja berstatus istri orang. Saat Megan tengah berperang dengan segala pikirannya, ponselnya berbunyi. Megan meraihnya di atas nakas, dan melihat mertuanya menelfon. Megan segera menggeser tombol hijau, dan mendekatkan kepada telinganya. "Ya, Mom?" "Kau dimana Megan? Mommy sudah mengatakan, jangan terlalu sibuk. Bahkan kau sampai tidak pulang ke mansion, jika begini bagaimana kalian akan memiliki anak?" Suara tinggi itu terdengar di telinga Megan, membuat Megan tersentak, dan hatinya tercubit. "Jika kau begini terus, kesuburanmu akan terganggu. Megan! Kau tidak akan bisa hamil, dan memberikan kami cucu. Lalu apa gunanya kau menjadi istri selama ini jika tidak bisa memberikan Levi anak hah?" Emma membentak Megan dari sebrang sana. Megan meremas ponselnya, hatinya kembali sakit mendengar hinaan mertuanya. Kenapa harus dia? Kenapa harus dia saja yang di hina? Seharusnya sebagai orang tua, mereka tahu jika Levi yang tidak pernah menyentuhnya. Bahkan Levi berselingkuh darinya. Dengan suara bergetar, Megan menjawab, "M-maafkan aku, Mom. Ak—" "Setidaknya, jadilah berguna sebagai seorang istri. Pantas saja Levi jarang pulang, istrinya saja tidak pernah becus memuaskan, dan merawatnya." "Tidak seperti itu, Mom. Meg—" Megan kembali tidak dapat melanjutkan ucapannya, kali ini di sebabkan oleh Zachary yang membungkam bibirnya dengan ciuman. Sementara, ponselnya di rebut oleh Zachary. Pria itu mematikan sambungan telefonnya bersama mertuanya, lantas. Zachary menariknya duduk du atas pangkuannya, tanpa melepaskan ciuman keduanya. Zachary terus mencium bibir Megan, mengusap punggung wanita itu. Menghantarkan rasa hangat, dan nyaman. Yang mana membuat Megan semakin menangis. Air matanya terus luruh membasahi pipinya, hatinya terasa tercabik-cabik. Perasaannya tidak menentu. Hingga setelahnya, Zachary menyudahi aktifitasnya. Ia menempelkan keningnya dengan kening Megan, napasnya terdengar menderu. Begitu juga dengan Megan, selain napasnya yang menderu. Isaknya pun terdengar. Zachary menjauhkan wajahnya, ia mengusap air mata Megan dengan lembut. "Berhentilah memikirkan mereka, kau memiliki aku sebagai lelaki bayaranmu."Saat di rasa Megan sudah tenang, Zachary mengambil makanan khusus Megan tadi, ia mneyuapi Megan. Namun, wanita itu menolaknya.Zachary menghela nafasnya. "Makanlah, aku tidak ingin kau mati karena tidak makan. Aku tahu jika kau lapar." Zachary kembali mengarahkan makanan pada pada Megan, mau tidak mau Megan menerima suapan Zachary.Suapan demi suapan Megan terima dari Zachary, hingga pada akhirnya makanan itu habis tak tersisa.Zachary menegakkan tubuhnya, ia membawa piring kosong itu ke meja, dan kembali lagi pada sisi Megan. Zachary ingin menggendong Megan, namun Megan menahannya."Apa yang akan kau lakukan? Jangan menyentuhku." Megan sedikit menjauh dengan susah payah.Zachary berdecak, pria itu menatap Megan dengan datar. "Aku hanya ingin membantumu untuk ke kamar mandi, aku tahu kau tidak bisa jalan sendiri. Masih sakit bukan?"Megan terdiam sejenak, lantas menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa sendiri. Pergilah, aku mohon." Tatapan wanita itu terlihat sangat memohon, yang mana memb
Megan membuka pintu kamarnya, lantas ia menutup dan tidak lupa menguncinya. Malam ini, hingga beberapa hari ke depan ia akan menginap. Sampai acara pesta selesai.Wanita itu membuang nafasnya kasar, lantas membalikkan badannya.Deg!Jantung Megan berdetak kencang, kedua matanya melebar saat melihat sosok Zachary di depannya. Dia berpikir—bagaimana bisa Zachary ada di sini? Wanita itu memundurkan langkahnya, sampai tubuhnya menabrak pintu."A-apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana bisa kau ada di sini?" Rasa khawatir berpendar di benaknya, tubuh wanita itu merinding saat melihat tatapan Zachary.Apalagi kini pria itu semakin mendekat ke arahnya, sial—Megan rasanya ingin lari. Bagaimana bisa Zachary berada di kamarnya."K-kau mau apa? Jangan maca—""Aku tidak akan macam-macam, aku hanya satu macam. Baby." Zachary menahan kedua tangan Megan di atas kepala wanita itu, sementara tubuh Megan benar-benar ia kunci pergerakannya."Lepaskan aku, Zachary. Kenapa kau ada di sini huh?"Zachary te
Beberapa hari kemudian,Setelah acara pesta di kapal pesiar tersebut selesai, Megan, dan Elise kembali ke mansion masing-masing.Kini Megan berada di mansionnya, wanita itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia melangkah keluar dari kamar, dan melihat Levi sedang bercumbu bersama kekasihnya.Megan membuang nafasnya kasar, ia kembali ke kamarnya sendiri. Lantas, menguncinya. Melihat suaminya, kedua matanya jadi sakit."Aku ingin sekali membuat video perselingkuhan mereka, untuk menjadi bukti ketika kami bercerai. Tapi mengingat jika kekayaan mendiang Daddy di tahan keluarga mereka, bagaimana bisa aku menceraikannya begitu saja?" Megan membaringkan tubuhnya, wanita itu memejamkan kedua matanya.Dia berpikir, bagaimana caranya untuk terbebas dari belenggu yang sangat menyakitkan ini? Dia ingin bebas, dan memulai segalanya dengan hal-hal baru. Namun, melihat bagaimana pengaruh besar keluarga Levi. Menjadikan Megan tidak bisa bercerai begitu saja.Tak lama kemudian, suara dering pons
Megan mengedipkan kedua matanya beberapa kali, yang mana nampak sangat lucu di mata Zachary. Wanita itu menatap Zachary dengan berani, dan bertanya, "Apa katamu tadi?" Megan ingin memastikan telinganya, ia ingin memastikan apa yang baru saja Zachary ucapkan. Zachary tersenyum, pria itu mengecup bibir Megan. Yang mana membuat wajah Megan merona. "Aku ingin memilikimu, Megan." Zachary menatap Megan dalam. "Jadikan aku selingkuhanmu." God Dammit! Apa-apaan ini? Apakah Megan tidak salah mendengar? Apa katanya tadi? Jadikan dia sebagai selingkuhannya? Bagaimana bisa. Oh sial! Rasanya Megan ingin tidak mempercayai ucapan Zachary, Namun mendengar Zachary berbicara seperti itu. Membuatnya benar-benar terpaku. "Megan?" Zachary mengusap pipi mulus Megan. Megan tersentak, wanita itu mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Jangan bercanda, Zachary. Lebih baik sekarang aku panggilkan dokter, aku tidak ingin lukamu semakin parah." Megan berdiri, wanita itu meninggalkan Zachary yang menatapny
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai, menyentuh kulit pria yang telah terjaga lebih dulu. Zachary membuka matanya, dan hal pertama yang ia lihat adalah sosok Megan yang masih terlelap di sampingnya. Matanya melunak. Dengan penuh kasih, ia mencondongkan tubuh, mengecup lembut kening wanita itu. Hari ini terasa istimewa. Dengan hati yang berbunga, Zachary bangkit dari tempat tidur, melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tangannya terampil mengaduk adonan pancake, sesekali menoleh ke arah kamar memastikan Megan masih tertidur. Saat aroma pancake mulai menguar, ponselnya berdering. Nama Edgar terpampang di layar. Zachary mendengus kecil, lalu mengangkat panggilan itu. "Ada apa?" "Kau masih di tempat Megan?" "Ya, kenapa?" "Tak ada alasan khusus. Hanya mengingatkan kalau siang ini ada rapat penting. Aku khawatir kau lupa. Bukankah orang yang sedang jatuh cinta biasanya jadi bodoh?" Zachary mendecak, setengah sebal setengah geli. "Itu kau, bukan aku. Aku akan data
Venesia, sebuah mansion megah Ignacio. "Dimana Levi, Noa?" Seorang wanita cantik, dan sexy berdiri di depan seorang maid bernama Noa. Noa menunduk hormat, dan menjawab. "Tuan Levi belum pulang, Nona Megan." Megan Victoria Lewis. 24 tahun, tubuhnya yang jenjang dan ramping tampak sempurna dalam balutan dress berwarna hitam. Rambut panjangnya yang berkilau tergerai indah hingga pinggang, menambah pesona pada kulitnya yang halus dan bercahaya. Mata coklatnya yang tajam, kontras dengan bulu matanya yang lentik. Wajahnya, yang memadukan kelembutan dan ketegasan, diperindah dengan makeup tipis yang menonjolkan fitur alaminya. Megan bekerja sebagai model internasional yang menikah dengan Levi Ignacio, seorang CEO perusahaan bergerak di bidang industri film. Pernikahan ini terjadi akibat perjodohan konyol dari kedua orang tua mereka. Selama dua tahun pernikahan mereka, Megan tidak pernah di sentuh oleh Levi. Bahkan hubungan keduanya terkesan dingin, tidak jarang Levi bersikap kasar kepa
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai, menyentuh kulit pria yang telah terjaga lebih dulu. Zachary membuka matanya, dan hal pertama yang ia lihat adalah sosok Megan yang masih terlelap di sampingnya. Matanya melunak. Dengan penuh kasih, ia mencondongkan tubuh, mengecup lembut kening wanita itu. Hari ini terasa istimewa. Dengan hati yang berbunga, Zachary bangkit dari tempat tidur, melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tangannya terampil mengaduk adonan pancake, sesekali menoleh ke arah kamar memastikan Megan masih tertidur. Saat aroma pancake mulai menguar, ponselnya berdering. Nama Edgar terpampang di layar. Zachary mendengus kecil, lalu mengangkat panggilan itu. "Ada apa?" "Kau masih di tempat Megan?" "Ya, kenapa?" "Tak ada alasan khusus. Hanya mengingatkan kalau siang ini ada rapat penting. Aku khawatir kau lupa. Bukankah orang yang sedang jatuh cinta biasanya jadi bodoh?" Zachary mendecak, setengah sebal setengah geli. "Itu kau, bukan aku. Aku akan data
Megan mengedipkan kedua matanya beberapa kali, yang mana nampak sangat lucu di mata Zachary. Wanita itu menatap Zachary dengan berani, dan bertanya, "Apa katamu tadi?" Megan ingin memastikan telinganya, ia ingin memastikan apa yang baru saja Zachary ucapkan. Zachary tersenyum, pria itu mengecup bibir Megan. Yang mana membuat wajah Megan merona. "Aku ingin memilikimu, Megan." Zachary menatap Megan dalam. "Jadikan aku selingkuhanmu." God Dammit! Apa-apaan ini? Apakah Megan tidak salah mendengar? Apa katanya tadi? Jadikan dia sebagai selingkuhannya? Bagaimana bisa. Oh sial! Rasanya Megan ingin tidak mempercayai ucapan Zachary, Namun mendengar Zachary berbicara seperti itu. Membuatnya benar-benar terpaku. "Megan?" Zachary mengusap pipi mulus Megan. Megan tersentak, wanita itu mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Jangan bercanda, Zachary. Lebih baik sekarang aku panggilkan dokter, aku tidak ingin lukamu semakin parah." Megan berdiri, wanita itu meninggalkan Zachary yang menatapny
Beberapa hari kemudian,Setelah acara pesta di kapal pesiar tersebut selesai, Megan, dan Elise kembali ke mansion masing-masing.Kini Megan berada di mansionnya, wanita itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia melangkah keluar dari kamar, dan melihat Levi sedang bercumbu bersama kekasihnya.Megan membuang nafasnya kasar, ia kembali ke kamarnya sendiri. Lantas, menguncinya. Melihat suaminya, kedua matanya jadi sakit."Aku ingin sekali membuat video perselingkuhan mereka, untuk menjadi bukti ketika kami bercerai. Tapi mengingat jika kekayaan mendiang Daddy di tahan keluarga mereka, bagaimana bisa aku menceraikannya begitu saja?" Megan membaringkan tubuhnya, wanita itu memejamkan kedua matanya.Dia berpikir, bagaimana caranya untuk terbebas dari belenggu yang sangat menyakitkan ini? Dia ingin bebas, dan memulai segalanya dengan hal-hal baru. Namun, melihat bagaimana pengaruh besar keluarga Levi. Menjadikan Megan tidak bisa bercerai begitu saja.Tak lama kemudian, suara dering pons
Megan membuka pintu kamarnya, lantas ia menutup dan tidak lupa menguncinya. Malam ini, hingga beberapa hari ke depan ia akan menginap. Sampai acara pesta selesai.Wanita itu membuang nafasnya kasar, lantas membalikkan badannya.Deg!Jantung Megan berdetak kencang, kedua matanya melebar saat melihat sosok Zachary di depannya. Dia berpikir—bagaimana bisa Zachary ada di sini? Wanita itu memundurkan langkahnya, sampai tubuhnya menabrak pintu."A-apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana bisa kau ada di sini?" Rasa khawatir berpendar di benaknya, tubuh wanita itu merinding saat melihat tatapan Zachary.Apalagi kini pria itu semakin mendekat ke arahnya, sial—Megan rasanya ingin lari. Bagaimana bisa Zachary berada di kamarnya."K-kau mau apa? Jangan maca—""Aku tidak akan macam-macam, aku hanya satu macam. Baby." Zachary menahan kedua tangan Megan di atas kepala wanita itu, sementara tubuh Megan benar-benar ia kunci pergerakannya."Lepaskan aku, Zachary. Kenapa kau ada di sini huh?"Zachary te
Saat di rasa Megan sudah tenang, Zachary mengambil makanan khusus Megan tadi, ia mneyuapi Megan. Namun, wanita itu menolaknya.Zachary menghela nafasnya. "Makanlah, aku tidak ingin kau mati karena tidak makan. Aku tahu jika kau lapar." Zachary kembali mengarahkan makanan pada pada Megan, mau tidak mau Megan menerima suapan Zachary.Suapan demi suapan Megan terima dari Zachary, hingga pada akhirnya makanan itu habis tak tersisa.Zachary menegakkan tubuhnya, ia membawa piring kosong itu ke meja, dan kembali lagi pada sisi Megan. Zachary ingin menggendong Megan, namun Megan menahannya."Apa yang akan kau lakukan? Jangan menyentuhku." Megan sedikit menjauh dengan susah payah.Zachary berdecak, pria itu menatap Megan dengan datar. "Aku hanya ingin membantumu untuk ke kamar mandi, aku tahu kau tidak bisa jalan sendiri. Masih sakit bukan?"Megan terdiam sejenak, lantas menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa sendiri. Pergilah, aku mohon." Tatapan wanita itu terlihat sangat memohon, yang mana memb
Apartemen Zachary, Venesia.Bukankah Zachary gila? Pria itu membawa seorang wanita untuk pertama kalinya ke dalam apartemen pribadinya, pria itu membaringkan Megan di atas ranjangnya. Tatapan tajamnya mengarah pada Megan."Kau benar-benar memintaku melakukannya?"Megan beranjak bangun, kepalanya yang sedikit berat membuat tatapannya sedikit menyipit. Dengan suara serak, dia menjawab, "Ya, aku ingin kau memuaskanku. Aku sudah memberikan kartuku untukmu, jadi puaskan aku, dan buat aku hamil." Megan membuang napasnya kasar.Wanita itu menatap Zachary dengan sendu. "Setidaknya, aku ingin membungkam mulut mertuaku. Dia mengatakan jika aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku, padahal mereka tidak tahu—jika suamiku tidak pernah menyentuhku." Megan berdecak, ia menatap Zachary. "Kenapa kau tidak segera melakukannya?"Megan berdiri dengan susah payah, ketika berada di dekat Zachary. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Zachary. "Please, help me." Tatapan sayu itu tersirat denga
Venesia, sebuah mansion megah Ignacio. "Dimana Levi, Noa?" Seorang wanita cantik, dan sexy berdiri di depan seorang maid bernama Noa. Noa menunduk hormat, dan menjawab. "Tuan Levi belum pulang, Nona Megan." Megan Victoria Lewis. 24 tahun, tubuhnya yang jenjang dan ramping tampak sempurna dalam balutan dress berwarna hitam. Rambut panjangnya yang berkilau tergerai indah hingga pinggang, menambah pesona pada kulitnya yang halus dan bercahaya. Mata coklatnya yang tajam, kontras dengan bulu matanya yang lentik. Wajahnya, yang memadukan kelembutan dan ketegasan, diperindah dengan makeup tipis yang menonjolkan fitur alaminya. Megan bekerja sebagai model internasional yang menikah dengan Levi Ignacio, seorang CEO perusahaan bergerak di bidang industri film. Pernikahan ini terjadi akibat perjodohan konyol dari kedua orang tua mereka. Selama dua tahun pernikahan mereka, Megan tidak pernah di sentuh oleh Levi. Bahkan hubungan keduanya terkesan dingin, tidak jarang Levi bersikap kasar kepa