Teguh menatap Rina dengan bingung, lalu bertanya dengan penasaran, "Kenapa? Kamu nggak berencana balik ke sini?""Buat apa?"Rina menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya yang tampak mulai mabuk terlihat sangat memesona. "Mereka tahunya cuma membual dan bersikap menjilat, ngebosenin.""Oke!"Teguh mengiyakan permintaan Rina, lalu langsung membuka kunci dan naik ke dalam mobil.Rina duduk di sampingnya."Kamu mau ke mana?" tanya Teguh."Gunung Montis!" jawab Rina tanpa pikir panjang."Bruuuum ..."Teguh pun menginjak pedal gas, mobil itu seketika melaju kencang dan menghilang di ujung jalan.Gunung Montis terletak di pinggiran Barat Kota Senggigi, jaraknya puluhan kilometer dari pusat kota. Bahkan pergi dengan mobil pun membutuhkan waktu satu jam lebih."Sampai."Teguh memarkir mobilnya di pinggir jalan, lalu menurunkan kaca mobil dan berdecak dengan kagum.Yang terlihat di mana-mana adalah pepohonan yang hijau dan subur, serta bunga-bunga entah apa namanya yang harum. Udara di sini jug
"Pak Heru, pemilik hotel ini 'kan sangat menghormati Pak Heru! Begitu Pak Heru minta, pasti langsung dikasih!""Pak Heru ..."Semua orang langsung memuji dan menyanjung Heru.Heru yang gila pujian pun akhirnya mengangkat tangannya sambil berkata, "Oke, oke!""Karena kalian semua suka minum, akan kuminta pemilik hotel untuk mengantarkan dua botol tambahan. Dia nggak mungkin berani menolak permintaanku, si tuan muda dari keluarga Wijaya!"Ucapan Heru itu terdengar sangat sombong.Setelah apa yang terjadi, Heru memang merasa seperti berada di atas angin."Hebat, Pak Heru!""Keren banget, Pak Heru!""Kami bahkan bisa hidup enak hanya dengan mengikutimu, Pak Heru! Sebelumnya, kami bahkan nggak terpikir bisa menikmati semua ini!""Pak Heru ..."Semua orang dari Keluarga Yulianto pun langsung melemparkan pujian.Heru menjadi sangat senang. Dia berseru dengan lantang, "Pelayan!""Ya, Tuan, ada yang bisa saya bantu?"Sewaktu meninggalkan kamar, Faris sengaja menyuruh manajer hotel yang bernama
Faris merasa sangat marah.Itu sebabnya dia menampar dengan sekuat tenaga, sampai-sampai Zakir terjatuh ke atas lantai beserta dengan beberapa kursi. Dahinya langsung memar dan bekas tamparan tercetak dengan jelas di wajahnya.Semua orang sontak menjadi kebingungan.Apa-apaan ini?Bukannya tadi Faris habis menyebut mereka sebagai tamu kehormatannya sambil tersenyum?Kenapa sekarang Faris menghajar mereka?"Bos, apa-apaan ini ..."Walaupun tidak mengerti maksud dibalik tindakan Faris, Heru yang merasa menjadi tokoh utama hari ini pun bangkit berdiri dan bertanya, "Mungkin kamu salah paham terhadap mereka?""Salah paham?""Salah paham apanya, bangsat!" maki Faris tanpa memedulikan citranya sambil memelototi dengan marah.Setelah berkata seperti itu, Faris pun langsung mengambil dua botol anggurnya yang masih utuh dan hendak berjalan pergi."Bos!"Heru memanggil dengan kesal.Dia menunjuk dua botol anggur yang Faris bawa sambil bertanya, "Kalau kamu membawa pergi anggurnya, lalu kami minu
Saat melewati meja resepsionis.Pelayan yang mengikuti mereka pun langsung menghentikan Heru dan yang lainnya, "Tuan, kalian belum bayar!"Bayar?"Kamu buta, ya? Nggak lihat tadi bos kalian sendiri yang memberikan anggur mahal sebagai hadiah untukku? Masih berani-beraninya kamu menyuruhku bayar?" sahut Heru dengan agak kesal.Semua anggota Keluarga Yulianto lainnya pun langsung menimpali."Aduh, dasar kurang ajar!""Kamu ini pelayan yang nggak paham situasi!""Pak Heru itu tamu kehormatan bosmu, memangnya kamu pantas menerima uang darinya?""Iya, iya ..."Mereka semua saling menyalahkan si pelayan dengan sombong.Pelayan itu berusaha menahan diri untuk tidak berbicara dengan mikrofonnya, melainkan berkata dengan sopan, "Atasan saya tidak mengatakan gratis, jadi ...""Sudah, sudah."Heru yang sudah mabuk pujian merasa dia tidak perlu merendah dalam situasi ini, jadi dia berkata dengan angkuh, "Berapa harga makanan yang dipesan kamar 402? Sebut saja, langsung kubayar.""Tuan, totalnya ..
Penonton keramaian di sekitar menyadari gelagatnya dan mencemooh. "Masih saja ngaku-ngaku orang penting. Dasar berengsek!""Nggak kusangka ada pecundang di dekat kita!""Kaget, lo. Ternyata dia pecundang, ya!""Siapa sangka!""Hahaha!"Seketika Heru naik pitam.Wajah setiap anggota keluarga Yulianto juga merah padam.Heru tak layak menerima anggur merah?Lantas siapa yang layak?Mungkinkah Teguh?Hal itu sempat tebersit dalam pikiran orang-orang, tetapi langsung dibuang jauh-jauh.Pak Heru yang berasal dari keluarga tersohor di ibu kota provinsi, bahkan tak layak menerima anggur merah, apalagi Teguh yang merupakan bocah dari desa antah-berantah!Hanya satu kebenarannya!Bos itu punya niatan licik. Awalnya dia akan memberikan anggur merah, tetapi sebenarnya ingin membuat Pak Heru merugi dengan membuatnya membayar kedua botol anggur merah itu!Setelah memahami ini.Heru mencibir. "Aku tinggal di ibu kota provinsi, bahkan pernah belajar lama di luar negeri sebelum akhirnya sampai ke Kota
Tidak ada jawaban.Heru tiba-tiba merasa khawatir, dia melirik Faris yang tampak santai, lalu menelepon Rina.Meskipun sedikit memalukan, itu lebih baik daripada cacat.Namun, Rina sedang tidur dan ponselnya dalam mode hening. Tidak ada yang menjawab panggilan Heru!"Gimana, nih ..."Heru mengamati anggota keluarga Yulianto, kemudian pandangannya tertuju ke Faris, dahinya bercucuran keringat dingin.Terlalu memalukan.Benar-benar membuat malu.Anggota keluarga Yulianto yang lain juga terdiam.Tidak ada yang berani berbicara dalam situasi seperti itu."Ckckck ...""Kalau nggak punya uang jangan pesan, bikin geli aja!""Lagaknya songong banget, kukira kamu beneran tuan muda dari keluarga tersohor atau apalah itu!""Nyatanya bayar makanan aja nggak mampu!""Kamu kubiarin pura-pura hebat, tapi sekarang tampak bodoh, 'kan?"Penonton keramaian mulai heboh mencemooh lagi.Sementara itu, ekspresi Heru ....Ekspresinya tampak sangat rumit.Bisa gawat jika terus seperti ini.Heru mengatupkan gig
"Masuklah!""Semuanya, jujurlah padaku!""Jangan coba-coba berkelit atau kalian nggak kuberi ampun!"Kapten petugas keamanan menendang Heru dan rombongannya satu per satu di depan pintu. Mereka dimasukkan ke ruang bawah tanah hotel."Uhuk ...""Sialan, bau banget ....""Hii ... Ada jaring laba-laba!""Huek, huek ..."Heru dan rombongannya berada dalam keadaan yang memprihatinkan.Terutama setelah memasuki ruang bawah tanah, bau apak yang menyengat dan debu yang beterbangan membuat mereka terbatuk-batuk.Sampai-sampai ingin muntah.Beberapa dari mereka juga keluarga Yulianto.Heru kondisinya mengenaskan, kepalanya berdarah dan wajahnya penuh dengan memar.Namun, untuk saat ini dia hanya bisa terus menelepon, berharap seseorang datang untuk menyelamatkannya. Jika tidak, mereka akan terus terkurung.Sementara itu, anggota keluarga Yulianto yang lain ...Sudah sewajarnya kehilangan antusiasme terhadap Heru. Tak ada kata-kata penenang yang terlontar dari mulut mereka.Bukan tanpa alasan.Ha
"Ayo, pergi!"Rina membenarkan posisi duduknya, mengenakan sabuk pengaman, sambil memerintahkan."Oke!"Teguh menginjak pedal gas dalam-dalam, membuat mobilnya segera menghilang di tengah cahaya rembulan.Sepenuhnya tanpa jejak.Hanya angin yang tahu, keberadaan mereka di sini.Sekembalinya ke Bahari Indah, Rina menerima telepon dari Zakir."Rina, untung kamu pergi lebih awal hari ini!"Rina terdiam, sebelum bertanya, "Kenapa?"Dari telepon terdengar keluhan Zakir. "Bos hotel itu jahat banget. Kamu ingat, waktu kasih anggur merah pertama kali?""Apanya yang 'Hadiah terbaik untuk orang yang pantas, anggur merah terbaik ini kuberikan untuk tamu yang terhormat'!""Waktu kita mau bayar, dua botol anggur merah itu perlu dibayar juga, bahkan harganya sampai 10 miliar lebih. Jelas-jelas ini pemerasan namanya!"Kekesalan Zakir meledak-ledak dari ujung panggilan telepon.Teguh langsung terkekeh.Anggur Merah itu sebenarnya bukan untuk Heru dan pemuda itu takkan meminta maaf demi reputasi Heru.