Jiu Long mengangguk. Nenek tua memegang lengan Gwangsin. "Kamu harus ikut nenekmu, aku akan melatihmu jadi pendekar wanita nomor satu seperti aku, sudah puluhan tahun aku tak punya tandingan. Hanya suamiku seorang yang mampu mengalahkanku. Dan ilmuku ini harus ada yang mewarisi sebelum aku mati!"
"Nek, tunggu dulu, biar aku pamit pada suamiku!"
Gwangsin berlari ke dalam pelukan kekasihnya. Ia tak merasa sungkan, mencium bibir Jiu Long dengan bernafsu. Tiba-tiba ia menggigit pundak dekat leher Jiu Long. Keras. Jiu Long terkejut, ingin berteriak saking sakitnya namun ditahannya. Gwangsin menjilati darah di bibirnya, berbisik, "Kak, aku sudah mengisap darahmu, darahmu manis, darahmu sudah campur dalam darahku, itu tanda aku tak akan lupa padamu, tak akan ada laki-laki lain dalam hidupku. Dan luka bekas gigitanku itu jangan kamu obati, supaya kamu tidak lupa padaku. Jiu Long, suamiku, aku tak mau kehilangan kamu."
Memeluk erat isterinya, Jiu Long merasa berat untuk
Hari itu, tiga belas purnama setelah kepergian Gwangsin mengikuti nenek Tongkat Sapu Lidi. Jiu Long dan Jen Ting sesuai janji menjemput Gwangsin di Lembah Buah Persik. Tetapi mereka hanya menemukan Dewi Obat sendiri. Tidak ada Gwangsin. Bahkan Dewi Obat pun tidak tahu mengapa Gwangsin belum juga datang. Jiu Long masih ingat janji nenek Tongkat Sapu Lidi saat membawa pergi Gwangsin. "Nanti duabelas purnama kamu jemput isterimu di Lembah Buah Persik." Sekarang sudah lewat duabelas purnama, bahkan sudah lebih dari tigabelas bulan. Gwangsin belum juga pulang ke Lembah Buah Persik. Apa yang terjadi?Jiu Long penasaran. Ia menanyakan di mana kediaman nenek tua sakti itu. Dewi Obat menggeleng kepala "Kakak perguruanku itu tak punya kediaman tetap, ia selalu berpindah tempat. Bertahun-tahun ia memburu suaminya. Ia tak pernah berhenti mencari suaminya"Pada kesempatan itu, Dewi Obat memeriksa Jen Ting yang hamil memasuki masa tiga bulan. Pertumbuhan janin tidak sehat. Dewi Obat
"Kau ingat Jiu Long, dulu kita sedang makan di meja ini lalu muncul Im ji hye yang dikejar Fang Chungui."Melihat suaminya diam, Jen Ting melanjutkan upaya menghibur. "Waktu itu kita masih bersembunyi di balik nama Fei Hung dan Meishin. Kita juga tidak mengenal gadis itu, belakangan baru tahu dia Im ji hye putri istana, bahkan dia murid paman Liu Xing."Dia menatap suaminya yang tetap diam "Suamiku, aku tahu kamu gelisah memikirkan Gwangsin, aku prihatin. Dari sini ke Partai Naga Emas hanya dua hari perjalanan, kamu antar aku pulang, kemudian kau pergi mencari Gwangsin. Sebenarnya aku bisa pulang sendiri, tetapi entah mengapa tiba-tiba saja aku merasa takut.""Tidak, kamu tak boleh pulang sendirian, aku akan mengantar kamu pulang, setelah itu baru aku pergi mencari Gwangsin. Aku pikir itu jalan terbaik.""Jiu Long, aku tahu kamu sangat mencintai Gwangsin, aku bahkan merasa kamu lebih mencintai Gwangsin ketimbang mencintai aku, benar kan?"Jiu Long
Terdengar suara gaduh. Beberapa orang bergegas meninggalkan warung dengan bersungut-sungut. Jen Ting yang duduk menghadap ke bagian dalam, melihat dengan jelas.Serombongan orang datang. Bangku yang tersedia tidak cukup, karenanya mereka mengusir beberapa tamu. Sikap dan tingkah laku mereka kasar.Wajah Jen Ting berubah ketika dia bertatap mata dengan salah seorang di antaranya. Jen Ting berbisik. "Jiu Long, rombongan yang baru datang itu duduk dekat jendela di pojok. Aku melihat Yun Ching di antara mereka."Jiu Long tidak menoleh ke arah yang dimaksud isterinya. Dia memerhatikan wajah Jen Ting yang agak pucat. "Oh si pengkhianat, apakah dia melihat kita? Kau jangan khawatir, berapa orang jumlahnya?""Aku yakin Yun Ching telah mengenal kita." Jen Ting menghitung. "Semuanya sepuluh orang." Dia memandang suaminya dengan perasaan yang sulit dilukiskan. Ada sedih, bahagia dan cinta yang sangat dalam. "Entah mengapa, saat ini perasaanku agak lain, aku merasa t
Bayangan itu ternyata Yun Ching bersama sembilan orang temannya. Mereka menghadang di depan pasangan suami isteri itu. Yun Ching tertawa sinis sambil merentang dua tangan seperti menyambut sahabat lama."Ha... ha., kita jumpa lagi. Ini dia, ketua Partai Naga Emas yang kesohor Jiu Long pendekar nomor satu dataran tengah, dan perempuan itu isterinya, Jen Ting, dulu pernah menjadi kekasihku dan calon isteriku tetapi dia mengkhianatiku. Kalian berdua hari ini aku perkenalkan dengan seorang terhormat dari istana Kaisar Giok Timur, Ma Teng pembantu utama Kaisar "Jiu Long menatap lelaki separuh baya yang diperkenalkan sebagai Ma Teng Tinggi kurus, kumisnya tipis, pelipisnya menonjol dan mengkilat, mulutnya lebar, mata agak sipit. Yang luar biasa dari orang ini adalah sinar matanya yang tajam, berkilat dengan tatapan yang dingin.Wajah Ma Teng tak memperlihatkan ekspresi ketika ia merangkap tangan memberi hormat. "Sudah lama aku mendengar nama besar Jiu Long, ilmu tuan
Sambil menggandeng isterinya, Jiu Long melangkah. Tetapi dia dihadang serangan. Punggawa itu menyerang dengan dua tangan mencengkram, jurus Cakar Elang. Serangan itu mengeluarkan bau racun. Jiu Long melihat jari-jari tangan lawan, kukunya berwarna hitam. Pasti racun ganas. Jiu Long tidak menghentikan langkahnya. Tangan kirinya menggenggam tangan Jen Ting, tangan kanannya mengibas ke arah lawan.Pukulan Jiu Long membawa angin keras berhawa dingin. Punggawa Sinelir itu terkejut, tak menyangka kalau tenaga dalam Jiu Long sebesar itu. Sesaat dia menggigil. Apa lacur, kejadian sudah sampai di situ, dia tak boleh mundur. Dia mengelak dengan mendekam dilanjutkan serangan mengarah selangkangan Jiu Long.Jiu Long memainkan jurusnya yang paling handal. Dia bergerak sambil tetap menggandeng isterinya. Jiu Long dan Jen Ting sama menggunakan Jejak Kilat ilmu ringan tubuh yang paling handal. Gerakan Jiu Long bagaikan siluman, sesaat dia seperti menghilang, pindah tempat.
Jiu Long tak mau berlama-lama, ingin pertarungan cepat selesai agar segera bisa meloloskan diri. Itu sebab dia menyerang dengan menggunakan tenaga Angin Es dan Api dalam jurus Penyesalan sang naga jurus kedua dari tujuh jurus Naga Emas Pamungkas.Pada saat bersamaan tiga bayangan berkelebat ke arah Jiu Long. Tiga punggawa Sinelir bermaksud menolong rekannya. Terlambat. Tenaga Angin Es dan Api Jiu Long mengena dan menerobos tubuh punggawa itu yang terlempar ke belakang. Ia menggigil hebat Darahnya beku, sesaat kemudian tubuhnya kejang, mati.Suara Jiu Long perlahan namun tajam dan dingin. "Hmmm, main keroyok, begini rupanya tata cara orang-orang istana Kaisar Giok Timur.”Tak cuma bicara. Jiu Long bergerak terus, melepas tangan isterinya, memutar dua tangan menerapkan jurus Naga Meliuk dari Naga Emas.Gerakan itu bersinambung dengan Naga Perkasa dari jurus Naga Emas disalurkan dengan tenaga Angin Es dan Api
Tetapi peringatan itu terlambat Tiga punggawa itu meski telah mengerahkan tenaga penuh, tetap tak mampu menandingi tenaga Jiu Long. Terjadi benturan tenaga di udara. Jiu Long tetap tegar, dia tertawa sinis. Tiga punggawa itu terpental, jatuh di tanah dengan kuda-kuda limbung.Ketiganya berusaha menenangkan diri, tetapi tenaganya seperti terkuras, ada tenaga dingin yang menerobos membuat mereka menggigil. Untuk mengatasi luka dalam ketiganya duduk bersila mengerahkan tenaga inti mengusir rasa dingin.Saat itu Ma Teng menerjang dengan dua tangan berputar macam kitiran menebar angin keras dan panas. Jiu Long mendorong isterinya dengan bahu agar menjauh. Ia tahu tenaga Ma Teng sangat ampuh. "Orang ini memiliki kepandaian tinggi, aku tak boleh memandang enteng”Berpikir demikian, Jiu Long mengerahkan tenaga Angin Es dan Api dalam sikap empat ‘Dua Unsur Menyatu’ menggunakan jurus berturutan Naga Terbang Lurus dan Balasasra (Seribu P
Dalam posisi terdesak Jiu Long memperlihatkan kehebatannya. Sekali lagi dia menggeser kuda-kuda. Tangan kanannya tetap meneruskan memukul dua lawan sekaligus, Wingi shiang dan seorang punggawa. Ia menggunakan tenaga dingin. Tangan kirinya memainkan jurus Serangan Ekor Naga dan Naga Terbang tak Beraturan dengan mengerahkan tenaga panas Angin Es dan Api sepenuhnya. Tangan kanan dengan tenaga dingin, tangan kiri dengan tenaga panas.Akibatnya luar biasa. Dua lawan yang diserang Jiu Long, menggigil diterpa angin dingin. Keduanya terdorong mundur empat langkah. Sementara dua punggawa Sinelir lainnya merasa tenaganya memasuki pusaran kekuatan panas yang misterius. Keduanya tersedot dan terpental ke arah datangnya pukulan Ma Teng. Dua orang itu berteriak. "Celaka”Jiu Long memainkan Jurus Penakluk Langit, memukul melukai Wingi shiang dan seorang punggawa Sinelir, menyedot dan menghimpun tenaga dua lawan lain kemudian mendorongnya ke arah Ma Teng.Ma Teng