Nenek tua itu tertawa. "Kurang ajar memang Sun Jian. Bukan cuma ilmu saja yang ia wariskan pada murid- muridnya, sampai pada cara memelet perempuan pun diwariskan. Sekarang ini kamu luka parah, benar?"
Nenek tua itu kemudian membantu Jiu Long. Ia menotok, mengurut dan menepuk beberapa titik di punggung, dada dan perut kemudian menyalurkan tenaga dalam. Jiu Long merasa suatu tenaga besar menerobos dan merambah ke seputar tubuhnya. Ia takjub, nenek tua ini memiliki tenaga dalam sangat tinggi Sepenanakan nasi kemudian si nenek menyudahi pertolongannya. Jiu Long merasa segar, ia berusaha mengerahkan tenaga dalam. Ternyata tenaga Angin Es dan Api langsung bereaksi. Ia gembira dan cepat mengucapkan terimakasih.
"Kau tahu di mana kakek gurumu Sun Jian sembunyi?"
Jiu Long menggeleng kepala. "Nenek kenal Sepuh?"
Nenek itu tersenyum, seperti seorang gadis yang senang dipuji kekasihnya. "Kami saling kasmaran, bercinta sampai tahunan. Kami kawin. Ketika putr
Jiu Long mengangguk. Nenek tua memegang lengan Gwangsin. "Kamu harus ikut nenekmu, aku akan melatihmu jadi pendekar wanita nomor satu seperti aku, sudah puluhan tahun aku tak punya tandingan. Hanya suamiku seorang yang mampu mengalahkanku. Dan ilmuku ini harus ada yang mewarisi sebelum aku mati!""Nek, tunggu dulu, biar aku pamit pada suamiku!"Gwangsin berlari ke dalam pelukan kekasihnya. Ia tak merasa sungkan, mencium bibir Jiu Long dengan bernafsu. Tiba-tiba ia menggigit pundak dekat leher Jiu Long. Keras. Jiu Long terkejut, ingin berteriak saking sakitnya namun ditahannya. Gwangsin menjilati darah di bibirnya, berbisik, "Kak, aku sudah mengisap darahmu, darahmu manis, darahmu sudah campur dalam darahku, itu tanda aku tak akan lupa padamu, tak akan ada laki-laki lain dalam hidupku. Dan luka bekas gigitanku itu jangan kamu obati, supaya kamu tidak lupa padaku. Jiu Long, suamiku, aku tak mau kehilangan kamu."Memeluk erat isterinya, Jiu Long merasa berat untuk
Hari itu, tiga belas purnama setelah kepergian Gwangsin mengikuti nenek Tongkat Sapu Lidi. Jiu Long dan Jen Ting sesuai janji menjemput Gwangsin di Lembah Buah Persik. Tetapi mereka hanya menemukan Dewi Obat sendiri. Tidak ada Gwangsin. Bahkan Dewi Obat pun tidak tahu mengapa Gwangsin belum juga datang. Jiu Long masih ingat janji nenek Tongkat Sapu Lidi saat membawa pergi Gwangsin. "Nanti duabelas purnama kamu jemput isterimu di Lembah Buah Persik." Sekarang sudah lewat duabelas purnama, bahkan sudah lebih dari tigabelas bulan. Gwangsin belum juga pulang ke Lembah Buah Persik. Apa yang terjadi?Jiu Long penasaran. Ia menanyakan di mana kediaman nenek tua sakti itu. Dewi Obat menggeleng kepala "Kakak perguruanku itu tak punya kediaman tetap, ia selalu berpindah tempat. Bertahun-tahun ia memburu suaminya. Ia tak pernah berhenti mencari suaminya"Pada kesempatan itu, Dewi Obat memeriksa Jen Ting yang hamil memasuki masa tiga bulan. Pertumbuhan janin tidak sehat. Dewi Obat
"Kau ingat Jiu Long, dulu kita sedang makan di meja ini lalu muncul Im ji hye yang dikejar Fang Chungui."Melihat suaminya diam, Jen Ting melanjutkan upaya menghibur. "Waktu itu kita masih bersembunyi di balik nama Fei Hung dan Meishin. Kita juga tidak mengenal gadis itu, belakangan baru tahu dia Im ji hye putri istana, bahkan dia murid paman Liu Xing."Dia menatap suaminya yang tetap diam "Suamiku, aku tahu kamu gelisah memikirkan Gwangsin, aku prihatin. Dari sini ke Partai Naga Emas hanya dua hari perjalanan, kamu antar aku pulang, kemudian kau pergi mencari Gwangsin. Sebenarnya aku bisa pulang sendiri, tetapi entah mengapa tiba-tiba saja aku merasa takut.""Tidak, kamu tak boleh pulang sendirian, aku akan mengantar kamu pulang, setelah itu baru aku pergi mencari Gwangsin. Aku pikir itu jalan terbaik.""Jiu Long, aku tahu kamu sangat mencintai Gwangsin, aku bahkan merasa kamu lebih mencintai Gwangsin ketimbang mencintai aku, benar kan?"Jiu Long
Terdengar suara gaduh. Beberapa orang bergegas meninggalkan warung dengan bersungut-sungut. Jen Ting yang duduk menghadap ke bagian dalam, melihat dengan jelas.Serombongan orang datang. Bangku yang tersedia tidak cukup, karenanya mereka mengusir beberapa tamu. Sikap dan tingkah laku mereka kasar.Wajah Jen Ting berubah ketika dia bertatap mata dengan salah seorang di antaranya. Jen Ting berbisik. "Jiu Long, rombongan yang baru datang itu duduk dekat jendela di pojok. Aku melihat Yun Ching di antara mereka."Jiu Long tidak menoleh ke arah yang dimaksud isterinya. Dia memerhatikan wajah Jen Ting yang agak pucat. "Oh si pengkhianat, apakah dia melihat kita? Kau jangan khawatir, berapa orang jumlahnya?""Aku yakin Yun Ching telah mengenal kita." Jen Ting menghitung. "Semuanya sepuluh orang." Dia memandang suaminya dengan perasaan yang sulit dilukiskan. Ada sedih, bahagia dan cinta yang sangat dalam. "Entah mengapa, saat ini perasaanku agak lain, aku merasa t
Bayangan itu ternyata Yun Ching bersama sembilan orang temannya. Mereka menghadang di depan pasangan suami isteri itu. Yun Ching tertawa sinis sambil merentang dua tangan seperti menyambut sahabat lama."Ha... ha., kita jumpa lagi. Ini dia, ketua Partai Naga Emas yang kesohor Jiu Long pendekar nomor satu dataran tengah, dan perempuan itu isterinya, Jen Ting, dulu pernah menjadi kekasihku dan calon isteriku tetapi dia mengkhianatiku. Kalian berdua hari ini aku perkenalkan dengan seorang terhormat dari istana Kaisar Giok Timur, Ma Teng pembantu utama Kaisar "Jiu Long menatap lelaki separuh baya yang diperkenalkan sebagai Ma Teng Tinggi kurus, kumisnya tipis, pelipisnya menonjol dan mengkilat, mulutnya lebar, mata agak sipit. Yang luar biasa dari orang ini adalah sinar matanya yang tajam, berkilat dengan tatapan yang dingin.Wajah Ma Teng tak memperlihatkan ekspresi ketika ia merangkap tangan memberi hormat. "Sudah lama aku mendengar nama besar Jiu Long, ilmu tuan
Sambil menggandeng isterinya, Jiu Long melangkah. Tetapi dia dihadang serangan. Punggawa itu menyerang dengan dua tangan mencengkram, jurus Cakar Elang. Serangan itu mengeluarkan bau racun. Jiu Long melihat jari-jari tangan lawan, kukunya berwarna hitam. Pasti racun ganas. Jiu Long tidak menghentikan langkahnya. Tangan kirinya menggenggam tangan Jen Ting, tangan kanannya mengibas ke arah lawan.Pukulan Jiu Long membawa angin keras berhawa dingin. Punggawa Sinelir itu terkejut, tak menyangka kalau tenaga dalam Jiu Long sebesar itu. Sesaat dia menggigil. Apa lacur, kejadian sudah sampai di situ, dia tak boleh mundur. Dia mengelak dengan mendekam dilanjutkan serangan mengarah selangkangan Jiu Long.Jiu Long memainkan jurusnya yang paling handal. Dia bergerak sambil tetap menggandeng isterinya. Jiu Long dan Jen Ting sama menggunakan Jejak Kilat ilmu ringan tubuh yang paling handal. Gerakan Jiu Long bagaikan siluman, sesaat dia seperti menghilang, pindah tempat.
Jiu Long tak mau berlama-lama, ingin pertarungan cepat selesai agar segera bisa meloloskan diri. Itu sebab dia menyerang dengan menggunakan tenaga Angin Es dan Api dalam jurus Penyesalan sang naga jurus kedua dari tujuh jurus Naga Emas Pamungkas.Pada saat bersamaan tiga bayangan berkelebat ke arah Jiu Long. Tiga punggawa Sinelir bermaksud menolong rekannya. Terlambat. Tenaga Angin Es dan Api Jiu Long mengena dan menerobos tubuh punggawa itu yang terlempar ke belakang. Ia menggigil hebat Darahnya beku, sesaat kemudian tubuhnya kejang, mati.Suara Jiu Long perlahan namun tajam dan dingin. "Hmmm, main keroyok, begini rupanya tata cara orang-orang istana Kaisar Giok Timur.”Tak cuma bicara. Jiu Long bergerak terus, melepas tangan isterinya, memutar dua tangan menerapkan jurus Naga Meliuk dari Naga Emas.Gerakan itu bersinambung dengan Naga Perkasa dari jurus Naga Emas disalurkan dengan tenaga Angin Es dan Api
Tetapi peringatan itu terlambat Tiga punggawa itu meski telah mengerahkan tenaga penuh, tetap tak mampu menandingi tenaga Jiu Long. Terjadi benturan tenaga di udara. Jiu Long tetap tegar, dia tertawa sinis. Tiga punggawa itu terpental, jatuh di tanah dengan kuda-kuda limbung.Ketiganya berusaha menenangkan diri, tetapi tenaganya seperti terkuras, ada tenaga dingin yang menerobos membuat mereka menggigil. Untuk mengatasi luka dalam ketiganya duduk bersila mengerahkan tenaga inti mengusir rasa dingin.Saat itu Ma Teng menerjang dengan dua tangan berputar macam kitiran menebar angin keras dan panas. Jiu Long mendorong isterinya dengan bahu agar menjauh. Ia tahu tenaga Ma Teng sangat ampuh. "Orang ini memiliki kepandaian tinggi, aku tak boleh memandang enteng”Berpikir demikian, Jiu Long mengerahkan tenaga Angin Es dan Api dalam sikap empat ‘Dua Unsur Menyatu’ menggunakan jurus berturutan Naga Terbang Lurus dan Balasasra (Seribu P
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d