Jiu Long berdiam, mencoba mengingat-ingat. Saat itu semua orang diam, masing-masing sibuk menata diri, mempersiapkan tenaga menghadapi serangan yang mendadak dari iblis pencabut nyawa itu. Jiu Long bertanya pada gurunya, "Guru, kenapa kau mencurigai perempuan dari negeri Himalaya itu?"
Tetapi sebelum dia menjawab, dia terkejut dengan kehadiran Mei Hwa yang melangkah mendekatinya dan duduk di sampingnya. "Pendekar Tian Shan, siapa orang yang menyanyi tadi, mengapa semua orang panik dan bersiap-siap seperti mau bertarung?"
Pendekar ini terkejut mendengar pertanyaan Mei Hwa, ia heran melihat sikap wanita himalaya ini yang memperlihatkan perhatian kepadanya. Ia menjawab dengan tersenyum "Penyanyi syair itu adalah pembunuh kejam, dia selalu membunuh dengan terlebih dahulu menyanyikan syair tersebut, tadi tiga kali dia mengulang syair itu artinya dia akan membunuh tiga orang di antara kita, dan itu akan dia lakukan sebelum fajar menyingsing."
Tian Shan menoleh kepada
Mei Hwa masih mau bertanya, tetapi dicegah oleh Tian Shan. Karena saat itu dia melihat Jiu Long berjalan keluar menuju alam terbuka.Gerak gerik Jiu Long tidak luput dari pengamatan Jen Ting dan Gwangsin. Keduanya saling memberi isyarat, keduanya mengikuti Jiu Long melangkah keluar. Jen Ting bertanya. "Jiu Long, mau ke mana kau?" Ada rasa khawatir dalam getar suaranya.Jiu Long menoleh, dia menggapai dua kekasihnya itu. Ketiganya menjauh dari rumah besar. Dua perempuan itu terkejut ketika Jiu Long tertawa, menggunakan tenaga dalam. Tertawanya, khas tertawa Lembah Kera. Tawa itu berkumandang ke segala penjuru, panjang bergelombang, jernih dan lepas. Jiu Long sengaja menggunakan tenaga Angin Es dan Api sehingga siapa pun yang mendengar pasti akan meleletkan lidah kagum akan kekuatan tenaga dalam Jiu Long. Bahkan tokoh seperti Liang Zhipu, dan Dong Zhuo, sampai terpaku di tempatnya.Mendadak tertawa itu terhenti, saat berikutnya terdengar su
Malam sunyi sepi. Tak lama terdengar suara syair dinyanyikan orang. Makin lama suara syair makin menjauh sampai akhirnya lenyap ditelan kebisuan malamTian Shan tampak kesal. "Mereka sudah pergi!"Dong Zhuo dan Yu Jin hampir bersamaan menyahut, "Tak boleh percaya. Kita harus tetap waspada dan tetap berkumpul bersama-sama di ruangan ini."Mei Hwa menegur Tian Shan. "Kenapa kau kesal, Kakak. Dengan perginya iblis pembunuh kan kita tak perlu bertempur lagi."Tian Shan menatap wajah cantik di depannya. Ia tak bisa menyembunyikan perasaan tertariknya. Dua kali gadis itu memanggilnya Kakak. Agak gugup Tian Shan menjawab. "Benar katamu. Tapi aku khawatir keselamatan Jiu Long dalam pertarungannya dengan dua orang itu.""Kamu tak usah khawatir. Muridmu itu memiliki ilmu yang jarang bisa dicari bandingannya. Tenaga dalam seperti itu di negeriku mungkin hanya dimiliki oleh ketua Ladalinu saja. Tetapi Kak, jika muridmu sebegitu hebatnya tentu kamu sebagai guru
Tian Shan terkesiap. Ia bertanya-tanya, apakah gadis cantik ini menyatakan perasaan cinta kepadanya? Ia masih gugup ketika Mei Hwa menggenggam tangannya dan menarik menjauh dari orang-orang. "Kakak Tian Shan, ketika kamu menolong kami dari keroyokan penjahat, kamu sudah memeluk tubuhku. Terus terang selama ini, tubuhku belum pernah dipeluk seorang lelaki. Aku mau tanya, kamu harus jawab jujur, kamu bisa melakukan pertolongan itu tanpa harus memeluk aku, kenapa kamu memeluk aku?"Tian Shan tersenyum "Mei Hwa, aku tahu kamu punya ilmu yang mungkin tidak berada di bawah tingkatanku, mengapa kamu tidak menghajar penjahat itu, tetapi pura-pura lemah dan memberi kesempatan aku menolongmu, kamu juga tidak berontak malah membiarkan aku memelukmu?"Mei Hwa tersipu-sipu. Ia merunduk. "Aku yang bertanya dulu, kamu tak boleh balik bertanya, kamu harus menjawabnya dulu."Tian Shan menoleh sekeliling. Tak ada orang yang memerhatikan. Ia memegang tangan Mei Hwa, menciumi tanga
Hari ini adalah awal dari hari esok. Pertemuan adalah awal dari suatu perpisahan. Beberapa hari bersama-sama, ngobrol bercanda, makan minum dan tidur, tanpa terasa telah menumbuhkan rasa pertemanan yang akrab. Rombongan besar itu berpencar. Dong Zhuo bersama cucu dan anak buahnya pulang ke markas partainya. Sebelum pergi Dong Zhuo menjanjikan bantuan kepada Jiu Long, kapan saja diperlukan.Rombongan Liang Zhipu bersama Yuan Shu, Shu han, Im ji hye dan delapan pendekar Dinasti Giok Barat melanjutkan tujuan asalnya. Jiu Long yang dulunya tawar terhadap tiga pangeran ini, belakangan mulai hangat. Ia memberi hormat sambil mengucap salam perpisahan.Sekoyong-koyong Im ji hye yang berdiri di samping Yuan Shu memperingatkan Jiu Long."Kakak Jiu Long, kamu sekarang ketua Partai Naga Emas, kamu juga kakak perguruanku, tetapi kamu tetap masih hutang satu permintaan padaku. Jangan lupa, suatu waktu nanti aku akan menagih janji itu, awas kamu tak boleh ingkar."Jiu L
Dia seperti melihat wajah Mei Hwa di mana-mana. Hidungnya yang bangir mungil, matanya yang sipit indah gemerlap, rambutnya yang halus lurus, bibir yang mungil, semuanya seperti akrab dengannya. Perawakannya yang tinggi jangkung, tidak kurus dan tidak gemuk selalu jadi bahan lamunan.Tian Shan seorang lelaki berjiwa polos yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Ia terus memikirkan Mei Hwa. Sampai suatu saat ia dihadapkan pada pilihan sulit. Pergi jauh dari perempuan Himalaya itu, atau menghampiri perempuan itu dan mengatakan bahwa ia mencintainya.Tetapi ia bimbang. Ada rasa khawatir, cintanya akan ditolak. Ia merasa sudah tua, usia separuh abad, apakah Mei Hwa mau menerima cintanya? Ia makin kesal terhadap dirinya, mengapa menjadi begitu lemah, tak mampu mengambil keputusan tegas.Perpisahan selalu membawa kesedihan. Bagi Tian Shan, yang selalu berpindah tempat dan tak pernah diam lama di suatu tempat, perpisahan adalah kawannya yang paling akrab. Hari itu i
Entah mengapa Tian Shan justru menjawab yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan kemauannya. "Aku tidak bisa, aku masih punya urusan lain." Ia melihat wajah Mei Hwa yang kecewa, bahkan matanya merah basah. Ia menyesal, tetapi tak mampu meralat jawabannya tadi.Siang hari itu, di batas desa Gulian, dua rombongan itu sampai di persimpangan jalan. Ke kiri menuju Luoyang, markas Partai Naga Emas. Ke kanan menuju Pegunungan Salju Meili. Jari Tian Shan menunjuk lurus ke depan. "Kalau ke utara terus, kalian akan sampai di Pegunungan Salju Meili."Mata Mei Hwa berkaca-kaca. Ia dan keempat kawannya memberi hormat kepada semua orang. Matanya memandang Tian Shan penuh arti. Sepasang mata sipit itu, basah tapi masih bening dan berkilat. Tian Shan menyukai keindahan mata itu. Hatinya tergugah, tapi ia tak bisa mengambil keputusan. Dalam hatinya ia merasa malu, mencintai gadis usia duapuluhan, padahal dia sendiri sudah hampir setengah abad. Ia malu terhadap Jiu Long dan
Tanah perguruan itu belum lama berselang telah dikuasai orang-orang dari partai Cundha, ketuanya bernama Zhang Jiao. Saat ini perdkan itu sedang ramai, karena kedatangan beberapa tokoh dari kalangan hitam Di antaranya ada Sepasang Iblis Chongging dan ketua partai Jarum Air, yakni Wita Chung."Kebetulan sekali, dua iblis Chongging dan Wita Chung ada di sana, aku tak perlu susah-susah mencari mereka. Guru, siapa itu Zhang Jiao?""Kakek itu salah seorang yang ikut dalam penyerbuan ke Partai Naga Emas dan perang Luoyang. Ia kawan dekat Kaisar Giok Barat semasa muda. Ilmunya cukup tinggi, mungkin oleh Chongging dan Wita Chung, dia diharapkan dapat mengimbangimu! Kita harus berhati-hati, kupikir mereka sudah tahu kita akan datang."Jiu Long menyuruh Gan Ning dan Satrung mempersiapkan pertemuan seluruh anak murid Partai Naga Emas. Sebagian murid Partai Naga Emas terutama yang tidak hadir di Wuwei hanya mendengar cerita kehebatan Jiu Long. Tetapi ketika mereka
Semua murid memerhatikan seksama penegasan sang ketua. Lebih lanjut Jiu Long mengajak semua murid untuk menyerbu dan merebut kembali tanah Partai Naga Emas dari tangan partai Cundha. "Pertama yang harus kita lakukan adalah merebut kembali Partai Naga Emas. Malam ini, kalian waspada dan berjaga-jaga. Aku akan menyelidik keadaan di perguruan, melihat apakah mereka mempersiapkan jebakan atau tidak. Selama aku tidak ada, semua urusan disini kuserahkan pada paman Liu Xing sebagai penanggungjawab. Besok pagi, kita akan menyerang. Satu hal lagi, pastikan di antara kalian tidak ada pengkhianat?"Semua murid menyambut dengan semangat meluap. Sudah lama mereka termimpi datangnya saat ini. Selama ini mereka merasa seperti buronan saja. Tak berani memperkenalkan diri sebagai murid Partai Naga Emas karena takut disatroni musuh-musuh lihai. Ternyata saat yang dinanti-nanti akhirnya tiba bahkan mereka sudah punya ketua baru yang ilmunya sangat tinggi.Jiu Long melakukan perjalanan ce