Share

JILID 183 | Murid-murid mulai berdatangan

Entah mengapa Tian Shan justru menjawab yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan kemauannya. "Aku tidak bisa, aku masih punya urusan lain." Ia melihat wajah Mei Hwa yang kecewa, bahkan matanya merah basah. Ia menyesal, tetapi tak mampu meralat jawabannya tadi.

Siang hari itu, di batas desa Gulian, dua rombongan itu sampai di persimpangan jalan. Ke kiri menuju Luoyang, markas Partai Naga Emas. Ke kanan menuju Pegunungan Salju Meili. Jari Tian Shan menunjuk lurus ke depan. "Kalau ke utara terus, kalian akan sampai di Pegunungan Salju Meili."

Mata Mei Hwa berkaca-kaca. Ia dan keempat kawannya memberi hormat kepada semua orang. Matanya memandang Tian Shan penuh arti. Sepasang mata sipit itu, basah tapi masih bening dan berkilat. Tian Shan menyukai keindahan mata itu. Hatinya tergugah, tapi ia tak bisa mengambil keputusan. Dalam hatinya ia merasa malu, mencintai gadis usia duapuluhan, padahal dia sendiri sudah hampir setengah abad. Ia malu terhadap Jiu Long dan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status