Dia seperti melihat wajah Mei Hwa di mana-mana. Hidungnya yang bangir mungil, matanya yang sipit indah gemerlap, rambutnya yang halus lurus, bibir yang mungil, semuanya seperti akrab dengannya. Perawakannya yang tinggi jangkung, tidak kurus dan tidak gemuk selalu jadi bahan lamunan.
Tian Shan seorang lelaki berjiwa polos yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Ia terus memikirkan Mei Hwa. Sampai suatu saat ia dihadapkan pada pilihan sulit. Pergi jauh dari perempuan Himalaya itu, atau menghampiri perempuan itu dan mengatakan bahwa ia mencintainya.
Tetapi ia bimbang. Ada rasa khawatir, cintanya akan ditolak. Ia merasa sudah tua, usia separuh abad, apakah Mei Hwa mau menerima cintanya? Ia makin kesal terhadap dirinya, mengapa menjadi begitu lemah, tak mampu mengambil keputusan tegas.
Perpisahan selalu membawa kesedihan. Bagi Tian Shan, yang selalu berpindah tempat dan tak pernah diam lama di suatu tempat, perpisahan adalah kawannya yang paling akrab. Hari itu i
Entah mengapa Tian Shan justru menjawab yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan kemauannya. "Aku tidak bisa, aku masih punya urusan lain." Ia melihat wajah Mei Hwa yang kecewa, bahkan matanya merah basah. Ia menyesal, tetapi tak mampu meralat jawabannya tadi.Siang hari itu, di batas desa Gulian, dua rombongan itu sampai di persimpangan jalan. Ke kiri menuju Luoyang, markas Partai Naga Emas. Ke kanan menuju Pegunungan Salju Meili. Jari Tian Shan menunjuk lurus ke depan. "Kalau ke utara terus, kalian akan sampai di Pegunungan Salju Meili."Mata Mei Hwa berkaca-kaca. Ia dan keempat kawannya memberi hormat kepada semua orang. Matanya memandang Tian Shan penuh arti. Sepasang mata sipit itu, basah tapi masih bening dan berkilat. Tian Shan menyukai keindahan mata itu. Hatinya tergugah, tapi ia tak bisa mengambil keputusan. Dalam hatinya ia merasa malu, mencintai gadis usia duapuluhan, padahal dia sendiri sudah hampir setengah abad. Ia malu terhadap Jiu Long dan
Tanah perguruan itu belum lama berselang telah dikuasai orang-orang dari partai Cundha, ketuanya bernama Zhang Jiao. Saat ini perdkan itu sedang ramai, karena kedatangan beberapa tokoh dari kalangan hitam Di antaranya ada Sepasang Iblis Chongging dan ketua partai Jarum Air, yakni Wita Chung."Kebetulan sekali, dua iblis Chongging dan Wita Chung ada di sana, aku tak perlu susah-susah mencari mereka. Guru, siapa itu Zhang Jiao?""Kakek itu salah seorang yang ikut dalam penyerbuan ke Partai Naga Emas dan perang Luoyang. Ia kawan dekat Kaisar Giok Barat semasa muda. Ilmunya cukup tinggi, mungkin oleh Chongging dan Wita Chung, dia diharapkan dapat mengimbangimu! Kita harus berhati-hati, kupikir mereka sudah tahu kita akan datang."Jiu Long menyuruh Gan Ning dan Satrung mempersiapkan pertemuan seluruh anak murid Partai Naga Emas. Sebagian murid Partai Naga Emas terutama yang tidak hadir di Wuwei hanya mendengar cerita kehebatan Jiu Long. Tetapi ketika mereka
Semua murid memerhatikan seksama penegasan sang ketua. Lebih lanjut Jiu Long mengajak semua murid untuk menyerbu dan merebut kembali tanah Partai Naga Emas dari tangan partai Cundha. "Pertama yang harus kita lakukan adalah merebut kembali Partai Naga Emas. Malam ini, kalian waspada dan berjaga-jaga. Aku akan menyelidik keadaan di perguruan, melihat apakah mereka mempersiapkan jebakan atau tidak. Selama aku tidak ada, semua urusan disini kuserahkan pada paman Liu Xing sebagai penanggungjawab. Besok pagi, kita akan menyerang. Satu hal lagi, pastikan di antara kalian tidak ada pengkhianat?"Semua murid menyambut dengan semangat meluap. Sudah lama mereka termimpi datangnya saat ini. Selama ini mereka merasa seperti buronan saja. Tak berani memperkenalkan diri sebagai murid Partai Naga Emas karena takut disatroni musuh-musuh lihai. Ternyata saat yang dinanti-nanti akhirnya tiba bahkan mereka sudah punya ketua baru yang ilmunya sangat tinggi.Jiu Long melakukan perjalanan ce
Dari situ ia bisa mengintai ke ruangan tengah. Tampaknya ada pesta. Empat perempuan separuh bugil menari diiringi musik tabuh. Beberapa lelaki duduk menyaksikan sambil makan-minum. Meja hidangan penuh makanan dan minuman, seseorang masuk ruangan. Ia melapor adanya rombongan besar bermalam di hutan di batas desa Huanghe. "Tidak tahu siapa rombongan itu tapi jumlahnya sekitar limapuluh orang. Mereka semua orang-orang yang mengerti silat."Lelaki yang dikenal sebagai Wita Chung berseru. "Itu sudah pasti mereka, orang-orang Partai Naga Emas yang dipimpin Jiu Long. Kita harus bersiap-siap sekarang ini, jangan sampai kita diserang saat kita semuanya sedang tidur."Seorang lelaki yang tidak dikenal Jiu Long, berusia sekitar tujuhpuluh tahun, mengusir pergi si pelapor tadi. "Aku sudah siapkan semuanya. Di mana-mana ada jebakan, kalau malam ini mereka berani menyerbu, itu sama saja dengan bunuh diri! Aku yakin mereka akan datang besok siang. Alasannya, mereka menganggap dirinya
Setelah semua murid mengutarakan pendapat, akhirnya Jiu Long menjelaskan siasat. "Kita berangkat siang ini. Tapi sebelum itu kita sebar isu akan menyerang besok siang. Kita akan sampai sekitar tengah malam. Istirahat, lalu menjelang fajar, kita serang. Gunakan karung berisi pasir dan batu-batu besar yang akan kita tebar di pekarangan. Itu tempat pijakan kaki. Selain itu, kalian lumuri kaki dengan ramuan obat yang sudah kusediakan lalu bungkus dengan kain yang agak tebal, menjaga jangan sampai kena racun."Jiu Long mengumpulkan semua anggota, membagi tugas. Sekelompok menyediakan karung. Sesampai di tepi perguruan, baru diisi pasir. Sekelompok lain, membuat busur dan anak panah. Ujung panah dibungkus kain, nanti berfungsi sebagai panah api.Perjalanan ke Partai Naga Emas telah membangkitkan semangat semua murid Mereka melangkah tegap. Tepat tengah malam mereka sampai di hutan dekat perguruan. Semua kelompok siap dengan tugasnya. Siap mengubah sejarah. Inilah saat-saat k
Tidak lama kemudian Jiu Long memberi aba-aba menyerang. Karung pasir dan batu besar dilempar ke dalam pekarangan, berbarengan murid-murid Partai Naga Emas menyerbu masuk. Jiu Long, Liu Xing, Jen Ting berada paling depan.Liu Xing tarung lawan Sepasang Iblis Chongging. Jen Ting lawan Wita Chung. Gwangsin dan murid lainnya tarung lawan orang-orang Cundha. Jiu Long menghadapi si orang tua yang ternyata adalah ketua partai Cundha, Zhang Jiao!Di mana-mana pertarungan sengit. Murid-murid Partai Naga Emas dengan ganas membabat kian kemari. Anggota partai Cundha lari tercerai berai. Luput dari hamuk anak murid Partai Naga Emas mereka mati disengat garam beracun. Pertarungan tidak lama, tanah perguruan itu resmi jatuh ke tangan pemiliknya.Pertarungan antara tiga pemimpin sudah mendekati akhir. Tak percuma selama ini Jen Ting memperdalam ilmu Naga Pamungkas dari Jiu Long. Pada mulanya Jen Ting agak terdesak. Suatu ketika ia terancam pukulan yang mengarah ke dada. Meliha
Lembusana kalap melihat isterinya mati. Ia menyerang tanpa peduli pada lukanya yang belum sembuh. Liu Xing menyambut dengan jurus Naga Terbang tak Beraturan dan Serangan Ekor Naga.Tangan dan kaki Liu Xing berputar dengan mendorong. Bentrokan tenaga tak terhindar. Liu Xing undur dua langkah. Lembusana tetap di tempat, wajahnya pucat. Dari mulutnya keluar darah, tubuhnya bergoyang, saat berikutnya ia jatuh tertelungkup, mati! Selesai sudah perjalanan hidup yang kelam tiga pendekar kalangan hitam, Wita Chung dan pasangan suami isteri Chongging. Duapuluh lima tahun silam mereka ikut andil dalam pembantaian berdarah murid-murid Partai Naga Emas, sekarang nyawa dan hidup mereka dihentikan oleh orang-orang Partai Naga Emas. Hutang nyawa bayar nyawa!Pertarungan antara Jiu Long dengan Zhang Jiao berlangsung seru sejak awal. Murid-murid Partai Naga Emas menonton takjub. Ketua mereka ternyata seorang berilmu tinggi meski usianya masih muda. Sepanjang pertarungan itu, terdengar
Pagi itu, Partai Naga Emas memulai hari yang baru. Semua murid membersihkan pekarangan, membuang garam beracun. Mereka bekerja dengan riang. Mayat-mayat orang partai Cundha dikubur dalam satu liang besar di luar perguruan. Semua bangunan dibongkar kemudian membangun yang baru sesuai kebutuhan dan rencana.Selama beberapa hari, Jiu Long sibuk menjalankan tugas sebagai ketua. Waktunya yang senggang digunakan untuk melatih para murid atau berkeliling membantu pembangunan. Malam hari ia istirahat bersama Jen Ting dan Gwangsin. Dua isteri itu sekarang sudah makin rukun, mau bercanda dan bekerjasama. Bahkan tidak jarang mereka bercinta, dua isteri menggumuli Jiu Long.Hampir setiap pagi dan malam Jiu Long membantu penyembuhan tenaga Yu Jin. Tubuh Yu Jin semakin membaik, ia sudah sembuh namun tenaga dalamnya belum pulih sepenuhnya.Pada saat-saat tertentu Jiu Long melatih beberapa murid utama secara bersamaan. Kemudian beberapa murid utama ini melatih beberapa mu