Wu Long meniup Seruling Bambu Putihnya dengan intensitas yang meningkat, nada-nada tajam meluncur di udara, menciptakan badai energi yang mendinginkan udara panas di pelabuhan. Shin Kang, yang tadinya penuh percaya diri, mulai mengerutkan dahi. Sesuatu tentang Wu Long terasa familier. Dia memicingkan mata, mencoba mengingat. "Kau… Pendekar Pedang Mentari dan Rembulan!" Shin Kang berseru, tangannya gemetar. "Jadi kau yang mencuri Seruling Bambu Putih dari dasar Lembah Mentari?" Wu Long menoleh sekilas, bibirnya membentuk garis tegas. "Aku tidak mencuri apa pun. Seruling ini milikku, seperti darah yang mengalir dalam nadiku." Dia kembali meniup seruling, kali ini nada-nadanya menjadi lebih menggema, seperti ribuan bilah angin tajam yang menyerang naga api Shin Kang. Naga api mengerang keras, tubuhnya yang menyala-nyala mulai bergetar tak terkendali. Api yang semula mengamuk kini berkurang intensitasnya, dan Shin Kang berusaha keras mempertahankan kendali. "Kau pikir seruling itu bisa
Wu Long mengangkat Seruling Bambu Putih ke bibirnya, tiupan pertama terdengar lembut, seperti bisikan angin di pagi hari. Tapi, dalam hitungan detik, nada itu berubah menjadi gelombang sonik yang menghantam tubuh Shin Kang. Pasir pelabuhan beterbangan, udara bergetar, dan naga api di belakang Shin Kang mengaum, memuntahkan api yang melesat ke arah Wu Long.Wu Long melompat mundur dengan lincah, serulingnya masih mengeluarkan nada-nada yang membentuk perisai angin di sekelilingnya. Api yang menyerang terbelah, berputar seperti pusaran badai sebelum lenyap di udara. Tapi Shin Kang tidak memberi waktu untuk bernapas. Dia mengangkat pedangnya, sebuah bilah merah menyala seperti logam cair, dan menerjang dengan kecepatan mengerikan."Jurus Pengendali Naga Api - Tebasan Ekor Naga!" seru Shin Kang.Wu Long memutar serulingnya di tangan, menjadikannya tongkat pendek yang digunakan untuk menangkis serangan pedang Shin Kang. Dentang logam bertemu angin memekakkan telinga. Wu Long bergeser ke sa
Wu Long menatap Shin Kang dengan tenang, lalu memasukkan Seruling Bambu Putih ke dalam sarungnya. Dia tahu pertempuran ini belum benar-benar selesai. Angin pelabuhan bertiup pelan, membawa aroma pertempuran yang baru saja usai.Wu Long bergegas menuju Shun Ming yang tergeletak tak jauh dari lokasi pertempuran. Tubuh Shun Ming tampak lemah, pakaiannya berlumuran darah dari luka di bahu dan kakinya akibat serangan naga api Shin Kang. Wu Long berlutut di sampingnya, mengangkat tubuh Shun Ming dengan hati-hati."Shun Ming!" seru Wu Long, suaranya dipenuhi kekhawatiran. Ia menyentuh nadi di pergelangan tangan Shun Ming, memastikan denyutnya tetap ada.Shun Ming membuka matanya perlahan, menatap Wu Long dengan lemah. "Wu Long… aku tidak menyangka akan menjadi beban untukmu," bisiknya dengan suara serak.Wu Long menggeleng, menggenggam tangan Shun Ming. "Jangan berkata seperti itu. Kau bertahan dengan luar biasa di tengah serangan tadi. Aku akan memastikan kau selamat," katanya sambil mengel
Wu Long mengikuti Shin Kang menuruni lereng berbatu menuju desa kecil yang tersembunyi di balik bukit. Suasana di desa itu tenang, diterangi cahaya lentera yang bergelombang lembut oleh angin malam. Penduduk setempat tampak waspada, namun rasa hormat mereka terhadap Shin Kang jelas terlihat saat mereka memberi jalan tanpa bertanya.Seorang tabib tua berwajah bijaksana keluar dari rumahnya yang sederhana ketika Shin Kang mengetuk pintunya. “Tabib Lao, kami membutuhkan pertolonganmu,” kata Shin Kang dengan nada tegas namun sopan.Tabib Lao memeriksa Shun Ming dengan teliti. “Luka-lukanya dalam, tapi bukan sesuatu yang tidak bisa kuatasi,” ujarnya sambil menyiapkan ramuan herbal dan balutan kain khusus. Wu Long duduk di sisi Shun Ming, memastikan ia tetap tenang selama proses pengobatan. Bau tajam rempah-rempah mengisi ruangan kecil itu saat tabib Lao bekerja, menyisipkan mantranya di antara instruksi sederhana.“Dia akan sembuh, tapi membutuhkan istirahat total selama beberapa hari,” ka
Pagi itu, angin dingin berhembus dari utara, menyapu desa kecil di Fire Dragon Country. Wu Long dan Shun Ming bersiap meninggalkan desa. Shin Kang berdiri di gerbang, memberi salam terakhir. “Perjalanan ke Wind Garuda Country tidak mudah,” katanya. “Ashura adalah orang yang sangat sulit ditemui. Tetapi jika kalian berhasil, ilmu pengendalian angin darinya bisa menjadi sekutu besar.”Wu Long mengangguk. "Terima kasih atas segalanya, Shin Kang. Ilmu Pengendali Naga Api ini akan kupergunakan dengan bijaksana."Shun Ming, meskipun masih terlihat sedikit lemah, tersenyum kecil. “Dan mungkin suatu saat nanti kita akan kembali ke sini, Shin Kang. Kau harus siap menjamu kami lagi.”Shin Kang tertawa kecil sebelum melambaikan tangan saat Wu Long dan Shun Ming berjalan menuju arah utara tempat Wind Garuda Country berada.***Negeri Angin Wind Garuda Country, yang dikenal sebagai tanah para pengendali angin, berada di sisi utara Benua Empat Elemen. Perjalanan ke sana melintasi pegunungan bersalj
Di puncak Gunung Angin Putih, mereka bertemu Ashura. Wanita cantik dengan aura pemimpin yang mengelilinginya, dengan mantel berbulu putih dan mata tajam yang seolah bisa membaca isi hati seseorang. Di bahunya bertengger seekor garuda kecil yang tampak seperti versi mini dari yang mereka tenangkan."Selamat datang, Wu Long! Aku tidak menyangka kalau kamu akan sampai juga ke negeri angin ini!" sambut Ashura."Terima kasih sudah menyambut kami di negeri yang indah ini, Ashura!" jawab Wu Long sambil mengepalkan kedua tangannya memberi salam hormat.“Jadi, kalian berhasil juga melewati tantangan itu,” kata Ashura, suaranya seperti hembusan angin di puncak gunung. “Apa yang kalian inginkan dariku?”Wu Long memberi hormat. “Kami ingin mempelajari seni mengendalikan angin dan garuda. Dunia dalam bahaya, dan kami membutuhkan kekuatan ini untuk melindunginya.”Ashura terdiam, memandang mereka dengan penuh pertimbangan. Setelah beberapa saat, ia tersenyum tipis. “Baiklah, aku akan mengajarimu. T
Wu Long dan Shun Ming menempuh perjalanan menuju sisi barat benua, ke Earth Titan Country, negeri yang terkenal dengan para pendekar bertubuh raksasa dan seni bela diri berbasis kekuatan tanah. Mereka melintasi lembah-lembah hijau yang subur dan pegunungan berbatu yang menjulang tinggi. Angin dari Garuda Angin Putih berhembus lembut di sekitar mereka, memberikan perlindungan selama perjalanan.“Negeri ini terasa kokoh, seperti tanahnya berbicara,” ujar Wu Long sambil mengamati hamparan padang rumput yang membentang. Ia merasakan getaran di tanah setiap kali ia melangkah, seperti energi besar yang tersembunyi di bawah permukaan."Dulu nama negeri ini Earth Golem Country, kenapa sekarang berubah jadi Earth Titan Country ya? Apa Zhen Ko masih berkuasa di sini sekarang?" gumam Shun Ming.Shun Ming memandang ke depan, ke arah kota besar yang tampak di kejauhan. “Menurut kabar, pemimpin negeri ini adalah Raja Titan Agung, seorang pendekar yang mampu memanggil kekuatan bumi untuk bertarung.
Lembah Batu Raksasa dipenuhi dengan pilar-pilar batu yang menjulang tinggi, seperti raksasa yang berdiri membisu. Setiap langkah Wu Long terasa berat, karena tekanan energi yang luar biasa mengalir di udara. Di tengah lembah, sebuah suara gemuruh mengguncang tanah.“Dia sudah bangkit,” bisik Shun Ming, matanya melebar saat melihat sosok raksasa berbentuk batu murni muncul dari balik kabut. Golem Titan, setinggi dua puluh meter, dengan tubuh berlapis kristal tanah dan magma yang berkilauan di sela-sela retakannya, mengaum seperti gunung yang akan meletus.Golem Titan melangkah maju, setiap langkahnya menciptakan gelombang tanah yang mengguncang lembah. Tiba-tiba, golem itu mengayunkan lengannya yang sebesar pohon beringin, menghantam ke arah Wu Long. Wu Long melompat mundur, tubuhnya melayang ringan berkat Jurus Pengendali Angin.Wu Long memulai dengan jurus Seruling Bambu Putih, meniup melodi yang menghasilkan gelombang suara mematikan. Namun, suara itu hanya menggores sedikit permuka
Langkah Wu Long kini membawanya ke wilayah yang berbeda. Di hadapannya, bukit-bukit hijau menjulang, dengan akar-akar pohon raksasa yang tumbuh seperti labirin. Udara di sini berat dengan aroma tanah dan dedaunan basah, namun Wu Long tahu bahwa keindahan ini menyembunyikan bahaya yang mematikan.“Wilayah Sekte Bumi Hijau,” gumamnya. “Mereka terkenal dengan pertahanan mereka. Ini akan menjadi ujian kesabaran.”Saat ia melangkah lebih dalam, tanah di bawahnya mulai bergerak. Dari balik tanah, sosok-sosok besar muncul—makhluk-makhluk batu yang hidup, penjaga wilayah ini. Di kejauhan, seorang wanita berjubah hijau berdiri di atas pohon raksasa, matanya tajam mengawasi Wu Long.“Berani sekali kau memasuki wilayah kami,” katanya, suaranya menggema seperti gemuruh gunung. “Jamur Seribu Tahun adalah akar dari kehidupan kami. Kau tak akan bisa mengambilnya dariku.”Wu Long mengepalkan tangannya, bersiap untuk menghadapi ujian yang tak kalah berat dari sebelumnya. Kini, bukan hanya kekuatannya
Begitu meninggalkan wilayah Sekte Api Neraka, Wu Long memasuki wilayah Sekte Kabut Hitam. Kabut hitam kembali menyelimuti perjalanan Wu Long, tapi kali ini terasa lebih berat, lebih dingin, seolah-olah ada sesuatu yang mengintai di dalamnya. Suara bisikan mulai terdengar di telinganya, memanggil namanya dengan nada lembut namun menakutkan.Wu Long berhenti, mengerutkan kening. “Ilusi,” gumamnya. “Mereka mencoba mengacaukan pikiranku.”Dari kegelapan, sosok-sosok bayangan mulai muncul, wajah mereka samar seperti mimpi buruk. Setiap langkah Wu Long terasa seperti menginjak pasir hisap, semakin sulit untuk bergerak. Ia mencoba memfokuskan pikirannya, namun bisikan itu semakin keras.“Kenapa kau bertarung? Kenapa kau berjuang? Kau hanya boneka. Menyerah saja.”Wu Long mengepalkan tangannya, membentuk segel dengan gerakan cepat. “Aku tidak akan jatuh pada trik murahan ini,” katanya dengan suara tegas.Namun, dari kegelapan, seorang lelaki berjubah hitam melangkah maju. Matanya merah sepert
Wu Long melangkah masuk ke Lembah Terkutuk, hawa dingin menyusup melalui jubahnya. Kabut hitam menghalangi pandangan, sementara suara angin berbisik seperti rintihan makhluk tak kasat mata. Langit di atasnya tampak seperti kain suram yang tak pernah mengenal matahari. Wu Long tahu bahwa setiap wilayah di lembah ini bukan hanya penuh bahaya, tetapi juga misteri yang tak terpecahkan.Begitu ia melangkah lebih dalam ke wilayah Sekte Api Merah, hawa panas yang menyengat tiba-tiba menggantikan dinginnya kabut. Udara di sekitarnya bergetar, dan suara ledakan kecil terdengar di kejauhan. Wu Long berdiri di tepi jurang besar. Di bawahnya, sungai lava mengalir deras, menciptakan suara gemuruh yang mengintimidasi. Untuk melintasi jurang itu, ada sebuah jembatan batu sempit yang tampak rapuh, seakan-akan satu langkah keliru akan membuat siapa pun jatuh ke kematian mereka.Saat ia mulai melangkah di jembatan, suara tawa terdengar dari kejauhan.“Wu Long! Jadi kau telah sampai di wilayah kami,” t
Langit di atas Istana Nirvana Surgawi dipenuhi awan gelap saat Wu Long dan Putri Kaisar kembali tanpa membawa Permata Keabadian. Para penjaga membungkuk dengan hormat saat mereka memasuki balairung utama, namun suasana di dalam terasa dingin. Kaisar Nirvana Surgawi duduk di singgasananya yang megah, matanya menyala dengan kemarahan yang sulit disembunyikan.“Wu Long,” suara Kaisar menggelegar seperti guruh. “Kau kembali tanpa membawa Permata Keabadian. Apakah nyawamu terlalu murah hingga kau gagal dalam tugas sepenting itu?”Wu Long menunduk, mencoba menahan amarah dan rasa bersalahnya. “Yang Mulia, permata itu terlalu berbahaya untuk dibiarkan ada. Kutukannya lebih besar dari manfaatnya. Kami memutuskan untuk menghancurkannya demi keselamatan dunia.”Kaisar bangkit, wajahnya memerah karena amarah. “Keputusanmu? Kau berani memutuskan tanpa persetujuanku? Aku mengutusmu untuk membawanya kepadaku, bukan untuk bermain hakim atas nasib dunia!”Putri Kaisar maju, suaranya lembut namun tega
Wu Long dan Putri Kaisar berdiri berdampingan, tubuh mereka menyala dengan kekuatan yang diberikan oleh Naga Seiryu. Energi biru berputar-putar di sekitar Wu Long, sedangkan Putri Kaisar memancarkan cahaya emas dari pedangnya yang kini terasa lebih hidup, seolah menjadi perpanjangan dari dirinya sendiri.Bayangan hitam yang berasal dari Permata Keabadian mulai mengembun menjadi sosok raksasa yang menakutkan, berbentuk seperti iblis dengan tanduk panjang dan mata merah membara. Suaranya menggema, menggetarkan lembah yang sudah hampir runtuh sepenuhnya."Kalian takkan mampu menghancurkanku. Aku adalah keabadian itu sendiri. Aku adalah akhir dari semua yang kalian perjuangkan."Wu Long mengepalkan tangan. “Keabadianmu adalah kehancuran. Dan kami akan mengakhirinya sekarang!”Putri Kaisar mengangguk, matanya membara dengan tekad. “Kita serang bersamaan. Jangan beri dia waktu untuk pulih!”Tanpa aba-aba, mereka melesat ke depan seperti dua meteor yang bertabrakan dengan malam. Wu Long meng
Ketika ledakan cahaya itu memudar, keheningan menyelimuti lembah yang kini menjadi reruntuhan. Udara terasa berat, seolah-olah seluruh dunia menahan napas menunggu jawaban dari pertempuran dahsyat itu.Wu Long membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat, seolah ribuan beban menekan setiap ototnya. Ia terbaring di tengah puing-puing altar yang kini telah hancur, sementara langit di atasnya perlahan berubah dari gelap menjadi abu-abu redup. Cahaya hitam dari Permata Keabadian sudah lenyap, tergantikan oleh kehampaan.Di seberangnya, Putri Kaisar terbaring dengan mata tertutup, pedangnya tergeletak di sampingnya. Wu Long merangkak mendekatinya, menggertakkan gigi untuk menahan rasa sakit di tubuhnya.“Putri!” serunya lemah, suaranya serak. “Bangunlah… Kita berhasil…”Tak ada jawaban. Wajah Putri Kaisar pucat, darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya. Wu Long menahan napas, rasa takut mencengkeram hatinya. Dengan sisa energinya, ia meraih tangan sang putri, mencari denyut nadi di per
Wu Long dan Putri Kaisar berdiri diam, saling menatap dalam keheningan yang tegang. Cahaya hitam dari Permata Keabadian berdenyut semakin kuat, seperti detak jantung yang tak sabar menunggu keputusan mereka. Angin dingin berhembus, membawa bisikan samar yang seakan memanggil jiwa mereka menuju kehancuran atau kebangkitan.Wu Long mengepalkan tangan, matanya membara dengan determinasi. "Aku tidak akan menyerah, Putri. Dunia ini membutuhkan seseorang yang kuat untuk melindunginya. Aku bersedia menanggung kutukan ini, tidak peduli seberapa besar risikonya!"Putri Kaisar mencengkeram pedangnya lebih erat. "Keabadian bukanlah jawaban, Wu Long. Hanya akan ada kehancuran jika seseorang memegang kekuatan yang melampaui batas manusia. Aku tidak bisa membiarkanmu membawa permata itu!"Ketegangan di antara mereka memuncak, hingga akhirnya Wu Long melangkah maju. "Kalau begitu, kita selesaikan di sini. Aku akan membuktikan bahwa aku adalah orang yang pantas untuk ini!"Putri Kaisar tidak menunggu
Wu Long dan Putri Kaisar berdiri berseberangan, dikelilingi oleh refleksi diri mereka yang bergerak seperti bayangan hidup. Salinan Wu Long menyeringai kejam, tangannya melesat membentuk jurus yang sama cepatnya seperti aslinya. Begitu pula dengan tiruan Putri Kaisar, pedang emasnya menyala lebih terang, mengintimidasi dengan aura mematikan."Apa ini...?" bisik Wu Long, matanya tak berkedip memandangi dirinya yang lain. Tiruan itu berbicara, suaranya dingin dan penuh ejekan."Akulah dirimu yang sebenarnya, Wu Long. Semua rasa takut, keraguan, dan keinginanmu yang terpendam. Kau bisa mencoba melawan, tapi aku tahu setiap gerakanmu. Kau tidak akan menang."Putri Kaisar juga mendengar suara dari tiruannya, lembut tapi tajam seperti pisau. "Kau pikir kau benar? Bahwa kehancuran permata ini adalah satu-satunya jalan? Kebodohanmu membuatmu buta terhadap takdirmu. Kau sama saja dengan mereka yang kau benci."Wu Long melangkah maju, menepis rasa gentar yang merayapi hatinya. "Aku tidak akan t
Cahaya hitam dari Permata Keabadian menjalar keluar, seperti tentakel bayangan yang menyentuh tanah dan udara. Wu Long dan Putri Kaisar terhuyung, tubuh mereka terasa seperti terhisap oleh kekuatan yang mengalir deras dari dalam permata. Suara itu bergema lagi, kali ini lebih dalam, penuh dengan otoritas yang tak dapat dibantah."Kalian, dua jiwa yang bertentangan... Aku akan menakar kebenaran hati kalian!"Tiba-tiba, dunia di sekitar mereka berubah. Lembah kegelapan memudar, digantikan oleh hamparan padang luas yang tak berujung. Langit berwarna merah darah, sementara bayangan makhluk-makhluk raksasa bergerak di kejauhan. Wu Long mendapati dirinya berdiri di tengah kekosongan ini, namun Putri Kaisar masih ada di dekatnya, pedangnya terangkat dengan sikap siaga."Di mana kita?" tanya Wu Long, suaranya serak.Putri Kaisar menggigit bibirnya, matanya mengamati sekeliling dengan penuh kewaspadaan. "Ini bukan dunia nyata. Permata itu... membawa kita ke dalam ujiannya.""Benar sekali," jaw