Wu Long dan Shun Ming menempuh perjalanan menuju sisi barat benua, ke Earth Titan Country, negeri yang terkenal dengan para pendekar bertubuh raksasa dan seni bela diri berbasis kekuatan tanah. Mereka melintasi lembah-lembah hijau yang subur dan pegunungan berbatu yang menjulang tinggi. Angin dari Garuda Angin Putih berhembus lembut di sekitar mereka, memberikan perlindungan selama perjalanan.“Negeri ini terasa kokoh, seperti tanahnya berbicara,” ujar Wu Long sambil mengamati hamparan padang rumput yang membentang. Ia merasakan getaran di tanah setiap kali ia melangkah, seperti energi besar yang tersembunyi di bawah permukaan."Dulu nama negeri ini Earth Golem Country, kenapa sekarang berubah jadi Earth Titan Country ya? Apa Zhen Ko masih berkuasa di sini sekarang?" gumam Shun Ming.Shun Ming memandang ke depan, ke arah kota besar yang tampak di kejauhan. “Menurut kabar, pemimpin negeri ini adalah Raja Titan Agung, seorang pendekar yang mampu memanggil kekuatan bumi untuk bertarung.
Lembah Batu Raksasa dipenuhi dengan pilar-pilar batu yang menjulang tinggi, seperti raksasa yang berdiri membisu. Setiap langkah Wu Long terasa berat, karena tekanan energi yang luar biasa mengalir di udara. Di tengah lembah, sebuah suara gemuruh mengguncang tanah.“Dia sudah bangkit,” bisik Shun Ming, matanya melebar saat melihat sosok raksasa berbentuk batu murni muncul dari balik kabut. Golem Titan, setinggi dua puluh meter, dengan tubuh berlapis kristal tanah dan magma yang berkilauan di sela-sela retakannya, mengaum seperti gunung yang akan meletus.Golem Titan melangkah maju, setiap langkahnya menciptakan gelombang tanah yang mengguncang lembah. Tiba-tiba, golem itu mengayunkan lengannya yang sebesar pohon beringin, menghantam ke arah Wu Long. Wu Long melompat mundur, tubuhnya melayang ringan berkat Jurus Pengendali Angin.Wu Long memulai dengan jurus Seruling Bambu Putih, meniup melodi yang menghasilkan gelombang suara mematikan. Namun, suara itu hanya menggores sedikit permuka
Setelah meninggalkan Earth Titan Country, Wu Long dan Shun Ming bergerak menuju selatan, menuju negeri berikutnya—Water Kraken Country. Negeri ini terkenal dengan kekuatan luar biasa yang datang dari pengendalian air, tetapi bagi Wu Long, negeri ini menyimpan rahasia yang jauh lebih gelap.Wu Long menggenggam kalung kristal yang pernah diberikan oleh ibunya sebelum tragedi di Desa Matahari. Ia memandang jauh ke arah cakrawala, tempat negeri air itu berada, sambil mengingat bayangan kehancuran desanya yang masih menghantui. Nama Gengis Qing, pemimpin Water Kraken Country, terus terngiang di pikirannya. Sosok itu diyakini sebagai dalang kehancuran Desa Matahari dan pembunuh kedua orang tuanya.Namun, Wu Long menahan diri. "Aku tidak akan gegabah menuduhnya tanpa bukti. Jika ia memang pelakunya, maka aku akan menghadapi dia dengan kehormatan seorang pendekar."Shun Ming, yang duduk di belakang Wu Long di atas punggung Garuda Angin Putih, menatapnya dengan khawatir. "Wu Long, aku tahu kau
Dari kapal besar yang mengawal mereka, Genghis Qing berdiri dengan tenang, senyuman licik menghiasi wajahnya. "Wu Long, jika kau mampu bertahan melawan Kraken ini, aku akan mengajarimu Jurus Pengendali Air. Tapi jika kau gagal, kau akan menjadi santapannya!"Wu Long menarik napas panjang, menenangkan dirinya. "Aku tidak akan kalah," katanya tegas, menghunus pedang bambunya yang kini berpendar dengan energi biru muda.Kraken mengayunkan salah satu tentakelnya ke arah kapal Wu Long. Tentakel itu bergerak seperti cambuk besar, menghantam geladak dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kapal kecil menjadi serpihan. Wu Long melompat tinggi ke udara, menggunakan Jurus Pengendali Angin untuk memperpanjang lompatan dan menghindari serangan itu."Shun Ming, jaga dirimu!" teriaknya sebelum mendarat di tentakel raksasa Kraken. Dengan kecepatan kilat, ia menyerang sisik keras Kraken menggunakan kombinasi Jurus Pedang Mentari dan Rembulan, menciptakan gelombang energi yang memotong ke arah
Setelah berminggu-minggu berlatih di bawah bimbingan Genghis Qing, Wu Long berhasil menguasai Jurus Pengendali Air. Kekuatan baru ini memberinya kemampuan untuk memanipulasi gelombang, menciptakan pusaran air, dan mengendalikan tekanan air dengan presisi mematikan. Genghis Qing memberinya sebuah Medali Air, sebuah artefak yang memungkinkan Wu Long memanggil kekuatan Kraken saat dibutuhkan.“Dengan ini, kau siap menghadapi Raja Void,” ujar Genghis Qing, menatap Wu Long dengan penuh keyakinan. “Tapi ingat, dia bukan hanya musuhmu. Dia adalah ancaman bagi seluruh Benua Empat Elemen.”Wu Long mengangguk. “Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan menghentikannya, apa pun yang terjadi.”Wu Long dan Shun Ming meninggalkan Water Kraken Country dengan hati berat tetapi penuh tekad. Mereka mengikuti petunjuk yang diberikan Genghis Qing menuju Pusat Void, lokasi tempat Raja Void dikabarkan berada. Lokasi itu terletak di tengah-tengah Benua Empat Elemen, sebuah wilayah gelap yang di
Wu Long berdiri tegap di tengah ruangan, napasnya terengah-engah. Pedangnya memancarkan cahaya keemasan dari Jurus Pedang Mentari dan Rembulan, sementara angin dan air berputar di sekelilingnya, menciptakan aura yang menderu. Di hadapannya, Raja Void mulai memusatkan kekuatan, tongkat kristalnya menyala dengan kilatan ungu pekat, membentuk pola-pola Void yang mengerikan di udara.“Sekarang kau akan menyaksikan kekuatan sejati Raja Void,” ujar Raja Void dingin. Dengan gerakan tiba-tiba, ia mengayunkan tongkatnya, memanggil pusaran kekosongan yang melahap cahaya di sekitar mereka.Wu Long mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, menyiapkan Jurus Harmoni Elemen, gabungan dari angin, air, dan cahaya pedangnya. Tornado yang penuh dengan gelombang air bergerak dengan cepat ke arah pusaran Void. Saat kedua kekuatan itu bertabrakan, ruangan dipenuhi dengan suara dentuman yang memekakkan telinga.Ledakan energi menghancurkan sebagian besar lantai dan tembok di sekitarnya. Wu Long terdorong ke belak
Wu Long meminta Shun Ming untuk pulang terlebih dahulu ke Benua Langit sementara ia akan menghadapi pemimpin dari empat negeri di Benua Empat Elemen ini."Hati-hati Wu Long!" ucap gadis ini agak bersedeih."Garuda putih akan mengantarkanmu pulang dengan lebih cepat. Aku dan raja Void akan menggunakan kapal ke Water Kraken Country," pesan Wu Long sambil menepuk sayap Garuda Putih untuk terbang membawa Shun Ming pulang ke Perguruan Matahari dan Rembulan.Tak memerlukan waktu lama untuk Wu Long menemukan Gengis Qing.Wu Long menatap dingin ke arah Gengis Qing, yang berdiri dengan senyum penuh kemenangan di atas gelombang lautan yang berputar liar. Kraken raksasa dengan tentakel menggeliat melingkari mereka, memancarkan ancaman nyata. Di sisi lain, Raja Void bertempur sengit melawan lima pengawal elemental air. Masing-masing pengawal memiliki kekuatan luar biasa, mampu mengendalikan badai dan pusaran air dengan presisi mematikan."Dasar bodoh! Seharusnya Kau pulang saja ke negerimu, Pende
Wu Long berdiri dengan napas terengah-engah, pedangnya bersinar redup. Gengis Qing, yang kini tak berdaya, menatap Wu Long dengan tatapan penuh kekalahan. "Bagaimana... bagaimana mungkin kau bisa mengalahkanku?" tanyanya lemah.Wu Long menatapnya dengan tegas. "Kebenaran akan selalu menang, Gengis Qing. Kau telah berbuat terlalu banyak kejahatan, dan hari ini, kau harus menebusnya."Di sisi lain, Raja Void menyelesaikan pertarungannya dengan menghancurkan pengawal elemental terakhir. Ia berjalan mendekati Wu Long, keduanya bertukar pandang penuh arti. Mereka tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai. Masih ada penguasa dari tiga negeri lainnya yang harus mereka hadapi sebelum dunia benar-benar aman.Wu Long berdiri di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan, tatapannya tertuju pada cakrawala di mana gelombang menghantam tak henti-henti. Di belakangnya, Raja Void melangkah perlahan, auranya yang penuh wibawa menyatu dengan udara yang mulai tenang.Gengis Qing, yang terluka p
BOOOM!Suara ledakan menggema dari dasar lembah yang terpencil, mengguncang tanah hingga bebatuan berjatuhan dari tebing-tebing curam. Lembah itu, yang selama ini dijuluki sebagai Lembah Iblis, tertelan kegelapan yang semakin pekat oleh kabut tebal yang menggantung seperti tirai neraka.Dedaunan yang bergerak seperti berbisik ketakutan saat angin kencang berputar liar, membawa aroma belerang dan abu yang menyengat. Pepohonan tua yang melingkupi hampir seluruh lembah berderak seperti hendak roboh, seakan takut pada kekuatan yang kini tengah bangkit dari dalam kehancuran lembah yang tak tersentuh ini.BOOOM!Ledakan lain meledak lebih keras, meretakkan tanah dan menciptakan lubang-lubang menganga di permukaan lembah. Burung-burung hantu yang biasanya menjadi penghuni setia tempat ini beterbangan panik, meninggalkan sarang mereka tanpa berani menoleh ke belakang.Di tengah kepulan asap hitam yang berputar seperti pusaran maut, seorang pemuda berdiri dengan kepala tegak. Pakaiannya serba
Angin dingin berembus pelan, menyapu halaman istana Nirvana Surgawi yang diselimuti cahaya keemasan. Aroma dupa membaur dengan wangi bunga plum yang merekah di sudut-sudut taman. Suasana sakral itu mendadak pecah oleh suara nyaring penuh kemarahan."Wu Long! Kenapa kau begitu tega membuat Ayah terluka?!"Suara melengking Putri Kaisar menggema di antara pilar-pilar megah. Mata jernihnya membara, menatap pemuda berbalut jubah hitam yang berdiri tegak tanpa sedikit pun gentar. Angin membelai rambut panjangnya yang terurai, menciptakan siluet yang tegas di bawah cahaya langit.Wu Long hanya menyipitkan mata, bibirnya melengkung tipis. "Jangan menyalahkan Wu Long, Ling'er ... aku yang salah!" suara lemah Kaisar Nirvana Surgawi menyela, menahan erangan kesakitan. Tangannya yang berlumuran darah masih menggenggam pedangnya erat, seolah tak rela melepaskan pertarungan yang baru saja terjadi."Sudah bagus aku tidak membunuh ayahmu setelah ia berulang kali mencoba membunuhku!" Wu Long berseru d
Wu Long menatap Kaisar Nirvana Surgawi dengan tajam. Udara di sekeliling mereka bergetar, seolah alam semesta pun menahan napas menyaksikan dua kekuatan besar yang akan bertarung.Tanpa peringatan, Wu Long melesat maju dengan kecepatan luar biasa. Pedang Jiwa Malamnya memancarkan cahaya kebiruan yang berpendar, menebas ruang dengan energi yang cukup untuk membelah gunung. Kaisar Nirvana Surgawi hanya tersenyum tipis, mengangkat Tombak Surya Abadi dan mengayunkannya dengan gerakan yang seolah lamban namun sarat dengan kekuatan luar biasa."CLANG!"Benturan dua senjata sakti menciptakan gelombang kejut dahsyat yang memecahkan lantai marmer istana. Getaran energi menyebar, meruntuhkan pilar-pilar raksasa dan membuat langit-langit bergetar. Wu Long terpental ke belakang, namun ia berputar di udara, mendarat dengan anggun di atas reruntuhan.Kaisar Nirvana Surgawi melangkah maju, mata emasnya bersinar penuh wibawa. "Kekuatanmu sudah meningkat, Wu Long. Tapi belum cukup untuk mengalahkanku.
Wu Long berdiri di antara reruntuhan yang berdebu, napasnya masih berat dan terengah-engah akibat pertarungan sengit melawan Chen Tian. Suara deru angin menyapu puing-puing, seakan ikut menangisi luka dan kelelahan yang masih membekas di tubuhnya. Meski demikian, bayang-bayang kegelisahan menari di balik matanya; hatinya tahu, satu pertarungan terakhir—pertarungan yang akan menentukan segalanya—masih menantinya.Di puncak gunung suci, Istana Kaisar Nirvana Surgawi menjulang megah, seolah terlahir dari legenda. Kabut tipis bercampur sinar keemasan mengelilingi menara-menara istana, memantulkan kilau mistis yang menyulap langit menjadi kanvas lukisan surgawi. Namun, di balik keindahan yang memukau itu, tersembunyi aura mengerikan yang seolah mengawasi setiap langkah yang mendekat.Wu Long mengulurkan tangannya dengan mantap, menggenggam Pedang Jiwa Malam—senjata yang kini kembali ke pelukannya seolah membawa janji akan balas dendam dan keadilan. Dengan langkah pasti, ia menyusuri jalan
Tubuh Wu Long terpental keras, menghantam bebatuan dengan dentuman yang menggetarkan tanah. Pedang Jiwa Malam terlepas dari genggamannya, menancap beberapa langkah darinya. Darah mengalir dari luka di dadanya, menetes di tanah yang kini penuh retakan akibat pertempuran dahsyat.Chen Tian melangkah mendekat dengan penuh percaya diri. Aura gelapnya semakin pekat, membuat udara di sekitarnya bergetar dengan tekanan yang hampir tak tertahankan. Iblis Penebas Langit berdenyut, seakan merayakan kemenangan yang sudah di depan mata.“Kau sudah kalah, Wu Long.” Suaranya dingin dan tajam. “Kekuatanmu tak cukup untuk menandingi kehendak kegelapan.”Wu Long berusaha bangkit, tetapi lututnya bergetar hebat. Matanya yang penuh tekad menatap Chen Tian dengan kebencian dan semangat yang tak padam. Namun tubuhnya tak mampu lagi merespons dengan cepat. Ia terengah-engah, menyadari bahwa dalam kondisinya sekarang, mustahil baginya untuk menang.Chen Tian mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, bersiap mengh
Langit menggelegar, membelah kegelapan dengan kilatan petir ungu yang menari liar di antara awan merah darah. Suara gemuruh mengguncang tanah, seakan langit sendiri marah atas pertarungan yang akan menentukan takdir dunia. Hujan mulai turun, tiap tetesnya terasa seperti belati dingin yang menusuk kulit.Di bawahnya, Wu Long berdiri dengan napas tersengal. Jubah putihnya yang dulu bersih kini ternoda darah dan debu, mencerminkan pertempuran sengit yang telah ia lalui. Meski tubuhnya dipenuhi luka, matanya tetap menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. Di tangannya, Pedang Jiwa Malam berdenyut, seolah memahami beban yang dipikul pemiliknya.Chen Tian melangkah maju dengan aura mencekam. Setiap langkahnya mengguncang tanah, bayangannya memanjang di atas tanah yang bergetar di bawah tekanan energinya. Pedang raksasa hitamnya, Iblis Penebas Langit, berdenyut, retakan-retakan energi hitam menjalar di sekelilingnya, seakan hendak merobek realitas itu sendiri.“Wu Long, terimalah takdirmu.”
Asap putih mengepul di medan pertempuran, menyelimuti seluruh langit dengan cahaya keemasan. Ledakan Naga Purba yang dilepaskan Pek Long telah menghantam tubuh Chen Tian secara langsung.Wu Long mengatur napas di punggung naga putihnya, matanya tetap waspada. Apakah pertarungan ini sudah berakhir?Namun, sebuah suara menggema dari dalam asap tebal."Hmph. Tak kusangka, kau benar-benar bisa membangkitkan Pek Long."Dari dalam kepulan debu, siluet Chen Tian perlahan muncul. Jubah ungunya telah terkoyak, darah menetes dari sudut bibirnya, dan sebagian zirah obsidian yang melapisi tubuhnya retak. Namun, tatapan tajamnya tidak pudar sedikit pun—justru semakin membara.Wu Long mengernyit. Serangan itu seharusnya cukup untuk menghancurkan seorang Jenderal Langit.Chen Tian mengangkat tangan, dan seketika itu juga, energi hitam membara menyelimuti tubuhnya. Aura surgawi yang menakutkan menjalar ke seluruh medan pertempuran. Batu-batu di tanah melayang, angin berputar kencang, dan langit yang
Wu Long melangkah melewati gerbang terakhir yang terbuka dengan bunyi gemuruh. Ruangan di baliknya tidak seperti aula sebelumnya yang megah, melainkan sebuah medan luas yang tampak seperti dimensi lain. Langit berwarna merah tua berputar dengan badai energi, dan di tengah-tengahnya berdiri sosok tinggi yang memancarkan aura luar biasa.Jenderal Langit Kedelapan, Chen Tian, berdiri dengan kedua tangan bersedekap. Tubuhnya dilapisi zirah obsidian yang berkilauan, dengan jubah ungu yang berkibar tanpa adanya angin. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, namun matanya berkilat seperti bintang yang menyaksikan kehancuran dunia. Di punggungnya tergantung senjata yang jarang digunakan para kultivator biasa—Pedang Kembar Penakluk Surga, dua bilah pedang yang masing-masing menyimpan kekuatan kehancuran dan penciptaan.Wu Long menghela napas panjang, tubuhnya masih terasa berat setelah pertarungan dengan Shen Zhi. Namun, ia tidak punya waktu untuk pulih. Chen Tian bukanlah lawan yang bisa diremehkan
Wu Long berdiri dengan susah payah, tubuhnya dipenuhi luka yang memerah, namun matanya tetap memancarkan tekad yang membara. Sebaliknya, Shen Zhi tampak seperti gunung kokoh yang tidak tergoyahkan, meskipun bahunya berlumuran darah akibat tebasan terakhir Wu Long. Aula megah tempat mereka bertarung kini sudah berubah menjadi reruntuhan, dengan patung-patung kuno retak dan lantai penuh retakan akibat kekuatan mereka.Shen Zhi menyeringai, tombaknya yang berselimut api naga masih menyala terang, memancarkan energi yang membuat udara bergetar. “Wu Long, aku akui kau tangguh. Tapi aku adalah Jenderal Langit Ketujuh, penguasa seni tombak surgawi. Tidak ada yang mampu bertahan dariku sejauh ini. Bersiaplah untuk akhir yang menyakitkan!”Wu Long menghapus darah di sudut bibirnya, lalu menancapkan pedang Jiwa Malam ke tanah. Dengan napas berat, ia mulai merapal mantra dengan nada rendah namun menggetarkan jiwa. Aura hitam pekat mulai keluar dari tubuhnya, membungkus seluruh ruangan dengan keg