KEJAAAARRR!" Teriakan kencang menggema di istana Kerajaan Nirvana Surgawi saat puluhan pasukan istana mengejar seorang pemuda berpakaian putih yang bergerak gesit sekali. Suara teriakan ini penuh kemarahan dan kekesalan karena masih belum berhasil menangkap pemuda yang berlari sangat kencang ini. Pemuda ini juga tidak tampak ingin menyerah terhadap pengejarnya yang jumlahnya melebihi dirinya. Bahkan pemuda ini tidak berusaha melawan dan memukul mundur pengejarnya untuk mempermudah dirinya agar tidak terus dikejar. "BERHENTI!" Teriakan keras dari pasukan istana tidak digubris sama sekali oleh pemuda yang sedang berlari cepat untuk menghindar dari kejaran pasukan istana. Puluhan pasukan istana ini seperti sudah kehabisan nafas akibat mengejar pemuda berpakaian putih ini tanpa henti, tapi tidak terlihat kelelahan sama sekali di wajah pemuda ini. Malahan dia sempat berhenti dan tersenyum kpada puluhan pasukan istana ini saat pasukan istana berhenti dan beristirahat sejenak. "Percuma
Wu Long mulai terjebak oleh kepungan pasukan istana yang semakin lama semakin banyak mengepungnya. Tidak ada ruang lagi baginya untuk melarikan diri dari kepungan pasukan pengawal istana. "Mau kemana lagi kamu, Wu Long! Sudah beberapa kali kamu diperingatkan untuk tidak bertemu Tuan Putri lagi, tapi kamu tetap membandel!" tegur pemimpin pasukan istana. "Aku tidak bisa menolak rayuan Tuan Putri, paman!" sahut Wu Long dengan nada yang agak kurang ajar. "Tuan Putri terlalu cantik untuk ditolak keinginannya! Apalagi Tuan Putri yang menginginkannya, bukan diriku!" "Jangan memutar balikan fakta! Kamu yang memaksa Tuan Putri melakukannya!" seru pemimpin pasukan istana dengan penuh amarah. "Terserah saja, paman!" sahut Wu Long. "Tidak ada yang percaya kalau aku katakan Tuan Putri yang meminta semua ini! Tentunya aku tidak bisa menolak!" "Kenapa tidak bisa menolak?" tanya pemimpin pasukan istana. "Kan sudah kubilang kalau Tuan Putri terlalu cantik, serta tubuhnya terlalu indah untuk dile
Wu Long akhirnya bersedia untuk membela dirinya di hadapan Kaisar karena menurutnya, ucapan pemimpin pasukan istana ada benarnya ... dia tidak akan bisa lari dari kejaran Kaisar Nirvana Surgawi apabila tidak menjelaskan persoalan yang sebenarnya untuk menghindari kesalah pahaman antara dirinya dengan Kaisar. Rasa percaya dirinya yang besar dan keangkuhannya membuat Wu long merasa di atas segala-galanya, bahkan merasa di atas kaisar Nirvana surgawi yang tidak berhak menghukum dirinya. Untuk itulah dia tidak takut sama sekali terhadap Kaisar yang menurutnya bukanlah pmimpin tertinggi yang harus ditakuti. Tapi, menemui Kaisar ternyata merupakan suatu kesalahan besar yang telah dibuatnya."Tunggu dulu! Apa kesalahanku?" tanya Wu Long yang tidak terima dengan perlakuan Kaisar saat dia sudah berada di Aula Istana untuk menghadap Kaisar Nirvana Surgawi. Sikap Wu Long sangat jauh dari harapan pemimpin pasukan istana yang mengira Wu Long telah menyerah dengan sikap membangkangnya dan minta
"Wu Long ... akui saja kesalahanmu! Jangan terlalu keras kepala ... hidupmu masih panjang! Kamu juga bisa menjadi Kaisar Nirvana Surgawi apabila telah menikahi Tuan Putri!" saran kepala pasukan istana.Wu Long memang sangat tampan dan menarik sehingga membuatnya sedikit sombong dan angkuh. Tampak wajah Wu Long seperti memikirkan sesuatu yang membuat Kaisar dan kepala pasukan istana menunggu sikap Immortal ini. "Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku akan mengakui kesalahanku kalau Tuan Putri juga mengakui kesalahannya karena membujukku untuk melakukan hubungan terlarang ini!" tegas Wu Long. "Aku tidak akan melakukan perbuatan terlarang ini kalau Tuan Putri tidak membujukku dan memaksakan kehendaknya terhadapku!" "Kurang ajar! Beraninya kau menghina putriku!"Kaisar Nirvana Surgawi langsung naik pitam mendengar ucapan Wu Long. Immortal yang sangat keras kepala ini bagaikan sudah menggali kuburannya sendiri dengan menolak pengampunan yang telah diberikan oleh Kaisar, yang bahkan henda
Wuuuaaaa ... wuuuaaa ...Terdengar suara tangis bayi di dalam sebuah rumah yang lebih mirip gubuk,, yang berada di tengah-tengah pematang sawah yang indah dengan hijaunya tanaman padi.Tampak di dalam gubuk ini beberapa orang sedang sibuk dan berbahagia dengan kelahiran bayi ini."Selamat Pak ... bayinya laki-laki!" seru bidan yang membantu persalinan sebuah keluarga petani di dusun terpencil ini.Beruntung bagi petani yang sangat miskin ini, bidan dari kota kebetulan sedang berkeliling ke dusun terpencil saat istrinya sedang melahirkan sehingga bisa membantu persalinan istrinya tanpa bayaran apapun."Terima kasih banyak!" kata petani ini sambil mengendong anak pertamanya ini."Aku permisi dahulu ya, Pak! Semoga saja anak Bapak akan menjadi pria yang hebat!" ujar bidan ini sambil berlalu."Suamiku! Bagaimana anak kita?" tanya istri petani yang kondisinya masih lemah akibat kehilangan darah yang cukup banyak saat melahirkan. Wajah pucatnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya membe
Wu Long sepertinya tidak akan mampu mewujudkan ambisinya untuk kembali Ke Nirvana Surgawi untuk memperbaiki namanya. Ayahnya melarang dirinya untuk mendaftar masuk ke Perguruan Matahari dan Rembulan karena dirinya tidak akan mampu menjadi pendekar. Bahkan Wu Long tidak ingat sama sekali masa kehidupannya di Nirvana surgawi. Beruntung bagi Wu Long, ibunya yang masih mendukungnya membuat ayahnya tidak bisa melarangnya untuk mendaftar masuk ke Perguruan Matahari dan Rembulan."Apa kamu ingin anak kita mati di Perguruan Matahari dan Rembulan? Tubuhnya tidak mampu untuk menerima tenaga dalam, bahkan untuk tenaga luar saja dia tidak mampu! Apa yang kamu harapkan darinya?" gerutu ayah Wu Long terhadap istrinya yang tetap bersikeras menggunakan hasil tabungan mereka untuk membiayai Wu Long masuk ke dalam Perguruan Matahari dan Rembulan."Aku tetap yakin kalau Wu Long tidak akan mengecewakan kita! Percayalah padaku, suamiku!" ujar ibunya Wu Long berusaha meyakinkan ayahnya. ***** Perguruan
"Dia tidak bersalah, Lie Wei! Aku adukan sama ayah kalau kamu terus memukuli anak ini!" ancam Shun Ming. Lie Wei langsung menghentikan pemukulannya begitu mendengar ancaman Shun Ming. Namun, hatinya tetap tidak puas."Dasar bocah miskin! Beruntung kamu diampuni sama Tuan Putri! Kalau tidak, kubuat kau tidak bisa berjalan, beraninya gembel sepertimu menyentuh Tuan Putri!" ancam Lie Wei. "Maafkan aku, Tuan Putri!" kata Wu Long menyesali perbuatan tidak sengajanya. "Siapa namamu?" tanya anak perempuan ini. 'Aku, Shun Ming!" "Wu Long! Aku bukan gembel seperti yang dikatakan anak bangsawan ini!" ujar Wu Long. "Namanya Lie Wei! Dia hanya iri terhadapmu!" jawab Shun Ming."Tidak perlu pedulikan mereka ... apa kamu ingin menjadi pendekar hebat dengan masuk Perguruan Matahari dan Rembulan ini?" "Tentu saja!' kata Wu Long dengan penuh percaya diri. "Oh ya, kenapa kamu dipanggil Tuan Putri? Apa kamu ini putri Raja?" Hihihi .... Shun Ming tertawa kecil, yang menambah manis wajahnya. "Aku h
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Lie Wei akhirnya tiba juga. Setelah dua tahun lamanya berlatih di dalam perguruan, seluruh murid Perguruan Matahari dan Rembulan dibebaskan dari latihan untuk seharian penuh menjelajahi keindahan pegunungan di sekitar perguruan. Wu Long yang tidak memiliki teman di perguruan ini selain Shun Ming memutuskan untuk berdiam di dalam perguruan saja. Shun Ming sedang ikut ayahnya ke Kota Mentari yang berada tidak jauh dari Desa Rembulan sehingga untuk pertama kalinya sejak berada di Perguruan Matahari dan Rembulan, Wu Long merasa kesepian. Biasanya Shun Ming selalu mengunjunginya untuk memberinya semangat. Lie Wei dan komplotannya mulai menjalankan aksinya dengan mengunjungi Wu Long, tapi mereka tidak bisa melakukan apapun selama Wu Long berada di dalam perguruan, karena peraturan Perguruan Matahari dan Rembulan sangat ketat. Siapapun yang melakukan kekerasan, intimidasi, dan penyiksaan terhadap murid lainnya di dalam perguruan maka hukumannya akan langsung
Pagi itu, angin dingin berhembus dari utara, menyapu desa kecil di Fire Dragon Country. Wu Long dan Shun Ming bersiap meninggalkan desa. Shin Kang berdiri di gerbang, memberi salam terakhir. “Perjalanan ke Wind Garuda Country tidak mudah,” katanya. “Ashura adalah orang yang sangat sulit ditemui. Tetapi jika kalian berhasil, ilmu pengendalian angin darinya bisa menjadi sekutu besar.”Wu Long mengangguk. "Terima kasih atas segalanya, Shin Kang. Ilmu Pengendali Naga Api ini akan kupergunakan dengan bijaksana."Shun Ming, meskipun masih terlihat sedikit lemah, tersenyum kecil. “Dan mungkin suatu saat nanti kita akan kembali ke sini, Shin Kang. Kau harus siap menjamu kami lagi.”Shin Kang tertawa kecil sebelum melambaikan tangan saat Wu Long dan Shun Ming berjalan menuju arah utara tempat Wind Garuda Country berada.***Negeri Angin Wind Garuda Country, yang dikenal sebagai tanah para pengendali angin, berada di sisi utara Benua Empat Elemen. Perjalanan ke sana melintasi pegunungan bersalj
Wu Long mengikuti Shin Kang menuruni lereng berbatu menuju desa kecil yang tersembunyi di balik bukit. Suasana di desa itu tenang, diterangi cahaya lentera yang bergelombang lembut oleh angin malam. Penduduk setempat tampak waspada, namun rasa hormat mereka terhadap Shin Kang jelas terlihat saat mereka memberi jalan tanpa bertanya.Seorang tabib tua berwajah bijaksana keluar dari rumahnya yang sederhana ketika Shin Kang mengetuk pintunya. “Tabib Lao, kami membutuhkan pertolonganmu,” kata Shin Kang dengan nada tegas namun sopan.Tabib Lao memeriksa Shun Ming dengan teliti. “Luka-lukanya dalam, tapi bukan sesuatu yang tidak bisa kuatasi,” ujarnya sambil menyiapkan ramuan herbal dan balutan kain khusus. Wu Long duduk di sisi Shun Ming, memastikan ia tetap tenang selama proses pengobatan. Bau tajam rempah-rempah mengisi ruangan kecil itu saat tabib Lao bekerja, menyisipkan mantranya di antara instruksi sederhana.“Dia akan sembuh, tapi membutuhkan istirahat total selama beberapa hari,” ka
Wu Long menatap Shin Kang dengan tenang, lalu memasukkan Seruling Bambu Putih ke dalam sarungnya. Dia tahu pertempuran ini belum benar-benar selesai. Angin pelabuhan bertiup pelan, membawa aroma pertempuran yang baru saja usai.Wu Long bergegas menuju Shun Ming yang tergeletak tak jauh dari lokasi pertempuran. Tubuh Shun Ming tampak lemah, pakaiannya berlumuran darah dari luka di bahu dan kakinya akibat serangan naga api Shin Kang. Wu Long berlutut di sampingnya, mengangkat tubuh Shun Ming dengan hati-hati."Shun Ming!" seru Wu Long, suaranya dipenuhi kekhawatiran. Ia menyentuh nadi di pergelangan tangan Shun Ming, memastikan denyutnya tetap ada.Shun Ming membuka matanya perlahan, menatap Wu Long dengan lemah. "Wu Long… aku tidak menyangka akan menjadi beban untukmu," bisiknya dengan suara serak.Wu Long menggeleng, menggenggam tangan Shun Ming. "Jangan berkata seperti itu. Kau bertahan dengan luar biasa di tengah serangan tadi. Aku akan memastikan kau selamat," katanya sambil mengel
Wu Long mengangkat Seruling Bambu Putih ke bibirnya, tiupan pertama terdengar lembut, seperti bisikan angin di pagi hari. Tapi, dalam hitungan detik, nada itu berubah menjadi gelombang sonik yang menghantam tubuh Shin Kang. Pasir pelabuhan beterbangan, udara bergetar, dan naga api di belakang Shin Kang mengaum, memuntahkan api yang melesat ke arah Wu Long.Wu Long melompat mundur dengan lincah, serulingnya masih mengeluarkan nada-nada yang membentuk perisai angin di sekelilingnya. Api yang menyerang terbelah, berputar seperti pusaran badai sebelum lenyap di udara. Tapi Shin Kang tidak memberi waktu untuk bernapas. Dia mengangkat pedangnya, sebuah bilah merah menyala seperti logam cair, dan menerjang dengan kecepatan mengerikan."Jurus Pengendali Naga Api - Tebasan Ekor Naga!" seru Shin Kang.Wu Long memutar serulingnya di tangan, menjadikannya tongkat pendek yang digunakan untuk menangkis serangan pedang Shin Kang. Dentang logam bertemu angin memekakkan telinga. Wu Long bergeser ke sa
Wu Long meniup Seruling Bambu Putihnya dengan intensitas yang meningkat, nada-nada tajam meluncur di udara, menciptakan badai energi yang mendinginkan udara panas di pelabuhan. Shin Kang, yang tadinya penuh percaya diri, mulai mengerutkan dahi. Sesuatu tentang Wu Long terasa familier. Dia memicingkan mata, mencoba mengingat. "Kau… Pendekar Pedang Mentari dan Rembulan!" Shin Kang berseru, tangannya gemetar. "Jadi kau yang mencuri Seruling Bambu Putih dari dasar Lembah Mentari?" Wu Long menoleh sekilas, bibirnya membentuk garis tegas. "Aku tidak mencuri apa pun. Seruling ini milikku, seperti darah yang mengalir dalam nadiku." Dia kembali meniup seruling, kali ini nada-nadanya menjadi lebih menggema, seperti ribuan bilah angin tajam yang menyerang naga api Shin Kang. Naga api mengerang keras, tubuhnya yang menyala-nyala mulai bergetar tak terkendali. Api yang semula mengamuk kini berkurang intensitasnya, dan Shin Kang berusaha keras mempertahankan kendali. "Kau pikir seruling itu bisa
Raja Void menyeringai di balik topeng peraknya, meski sinar matanya yang dingin memancarkan kesan murka. "Kau berpikir benda kecil itu bisa menghentikanku?" katanya, suaranya seperti kilatan es yang menusuk tulang. Wu Long tidak gentar. Ia mengangkat Seruling Bambu Putih di tangannya, suaranya makin kuat, melodi memikat namun penuh ancaman mengisi udara. Shun Ming, meskipun hatinya penuh ketakutan, berdiri kokoh di depannya, belati kecilnya mencerminkan cahaya api yang masih mengamuk di sekitar mereka. Shin Kang, yang sebelumnya hanya mengarahkan naga apinya pada Raja Void, kini mengalihkan perhatian ke Wu Long. "Berani sekali kau, orang asing!" serunya. Dengan satu gerakan, ia memerintahkan naga apinya meluncur ke arah Wu Long. Penampilan Wu Long yang jauh berbeda saat ditemui Shin Kang di Perguruan Matahari dan Rembulan ini membuat pemimpin negeri api ini tidak mengenalinya.Naga api meluncur dengan cepat menuju ke arah Wu Long, sementara Pendekar seruling bambu putih ini masih t
Wu Long mendongak, wajahnya tegang. “Dia sudah dekat,” katanya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri. Shun Ming menggigit bibirnya, merasakan sesuatu yang besar dan mengerikan sedang mendekat—sesuatu yang tidak bisa mereka hindari.Langit di atas Negeri Naga Api berubah menjadi pusaran awan gelap yang berkilauan dengan semburat merah darah. Angin kencang berputar, membawa hawa panas yang menyesakkan. Suara gemuruh makin keras, mengguncang setiap jengkal tanah. Wu Long dan Shun Ming berlari mencari perlindungan di antara gang-gang sempit, tetapi sensasi aneh di udara membuat Wu Long berhenti tiba-tiba.“Dia di sini,” gumam Wu Long, napasnya memburu. Matanya terpaku ke arah pusat kota, di mana menara istana Shin Kang menjulang, ujungnya terlihat seperti menusuk langit yang mengancam.Shun Ming mencengkeram lengan Wu Long, wajahnya penuh ketakutan. “Apa maksudmu? Siapa di sini? Raja Void?”Belum sempat Wu Long menjawab, ledakan besar mengguncang udara. Api raksasa membumbu
Mereka melangkah ke jalan berbatu yang membawa mereka ke jantung kota Negeri Naga Api. Bangunan-bangunan kayu menjulang dengan atap melengkung yang dihiasi ukiran naga, ujung-ujungnya berkilauan keemasan di bawah matahari sore. Suara hiruk-pikuk pedagang, langkah kaki para pejalan, dan bunyi gemerincing lonceng kecil dari para penjaja barang memenuhi udara. Aroma rempah-rempah bercampur dengan asap kayu terbakar menggelitik hidung mereka."Negeri yang indah ... sayang sekali negeri ini tidak bersahabat dengan pendatang," ucap Shun Ming.Wu Long tetap waspada, matanya terus mengamati sekeliling. Ia bisa merasakan tatapan-tatapan tajam dari beberapa penjaga yang berdiri di persimpangan jalan. Wajah mereka tertutup helm, tetapi gerak-geriknya penuh siaga. “Mereka tidak hanya menjaga,” pikir Wu Long. “Mereka mencari sesuatu... atau seseorang.”Shun Ming, meski masih terpesona oleh keindahan negeri ini, mulai memahami beratnya situasi. Ia berjalan di belakang Wu Long, tidak lagi berlari-la
Wu Long merasakan hawa dingin menjalari punggungnya, sementara Shun Ming hanya berdiri diam, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. Aroma kayu terbakar semakin menusuk hidung, menguatkan firasat bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.Wu Long menarik napas dalam, seolah hendak berkata sesuatu, namun mendadak suasana di pelabuhan berubah. Suara seruan perintah menggema, dan sekelompok prajurit berbaris mendekat, membawa aura ketegangan yang hampir menyesakkan udara. Langkah mereka berat dan terkoordinasi, mendominasi dermaga dengan kehadiran yang mengintimidasi.“Pengawas pelabuhan, kami membutuhkan laporan Anda,” ujar seorang pria berpakaian lebih mewah, jubah merah dengan lambang naga keemasan di dadanya. Wajahnya keras, dengan mata tajam yang menyapu sekeliling.Prajurit yang tadi berbicara dengan Wu Long langsung berdiri tegak memberi hormat. “Tuan Jenderal Kang Wei,” katanya dengan nada hormat. “Tidak ada hal mencurigakan, selain dua pendatang ini.”Jenderal Kang Wei menoleh,