Home / Fantasi / Legenda Kaisar Beladiri / Bab 6 - Menjadi Ketua Bandit

Share

Bab 6 - Menjadi Ketua Bandit

Han Shen berpikir sejenak dan berbicara dengan Asura, "Bagaimana menurutmu ?"

"Aku hanya Pedang rusak yang punya pengetahuan dan tahu cara membunuh. Putuskan saja sendiri apa yang kau inginkan, mau jadi orang baik atau jahat bukankah kau ingin hidup sesuai dengan keinginanmu sendiri. Lagi pula aku yakin orang itu bukan tandinganmu sama sekali." Asura mengatakan pendapatnya.

Han Shen mengetuk meja dan bertanya, "Aku bisa melakukannya namun kau tahu benar jika tidak ada alasan bagiku untuk menolong sekumpulan Bandit bukan ? Mari anggap saja seperti ini keuntungan apa yang dapat kalian berikan kepadaku ?"

"Kami hanya bisa menawarkan tenaga terlebih tidak ada yang berharga yang kami punya sekarang." Mang Wu berkata dengan jujur.

"Itulah yang aku inginkan mulai sekarang kalian adalah Bawahanku dan kau akan menjadi tangan kananku. Besok kau dan aku akan pergi menemui Pria itu paham ?" Han Shen berkata dengan tegas.

"Mengerti Ketua." Mang Wu tidak punya alasan untuk menolak Han Shen.

Alkohol yang mereka punya terasa sangat buruk dan Han Shen sedikit menahan, dia keluar sebentar dan melihat pemandangan Gunung dari atas tebing dengan santai. Mang Wu tentu saja sudah mengumumkan jika Han Shen akan mengambil alih dan mereka harus mematuhi perintahnya seperti seorang Pemimpin.

Asura melayang disamping Han Shen dan duduk diatas kepalanya, "Kau tahu jika Bandit itu adalah kasta yang sangat rendah bahkan sebagai Ahli Beladiri itu adalah penghinaan. Kau akan menjadi Pemimpin mereka sekarang apakah ada alasan khusus melakukannya ?"

"Sorot matanya mengingatkanku kepada kehidupan masa lalu. Mata yang tidak berdaya namun memiliki daya juang untuk hidup hingga siap melalukan pekerjaan apapun, kau mungkin sedikit kecewa karena aku tidak seperti pemilik lamamu." Han Shen berkata dengan santai.

"Tidak juga justru aku lebih senang karena bisa berbicara denganmu seperti ini, hal yang tidak bisa aku lakukan dengan pemilik sebelumnya. Kemampuan milikmu mungkin akan sangat berguna dimasa depan." Asura perlahan menyala dan Han Shen merasakan bayangan seseorang muncul di kepalanya.

Sword Heaven Han Jun yang sedang memegang Pedang Asura, gaya Pedang saat dia berlatih diperlihatkan dan semua momentumnya mempengaruhi keadaan sekitarnya. Ritme yang halus namun mendominasi membuatnya seperti gaya Pedang yang tak berujung.

Qi sejatinya menciptakan energi yang dahsyat hingga membelah kabut yang menutupi seluruh Gunung, Han Shen merasakan sengatan dan kepalanya dipenuhi informasi. Hal yang tidak Asura lakukan sejak awal sekarang diberikan olehnya yaitu ingatan dari gaya Pedang Sword Heaven.

"Semua pengalaman tentang ingatan itu sudah aku kirim tapi ingat ini Han Shen walaupun kau bisa menggunakannya barang tiruan tidak akan bisa mencapai level penggunanya. Tanpa latihan yang sebenarnya kau tidak akan bisa mencapai level Han Jun pada waktu itu sekalipun kau berusaha menggunakannya."

Han Shen mengangguk dan menjawab, "Aku mengerti."

Qi senilai 70 tahun tidak akan berarti apa-apa dihadapan serangan seperti itu, Han Shen berpikir dirinya sudah cukup kuat namun faktanya masih terlalu jauh baginya dalam segi keterampilan ataupun pengalaman.

Dunia yang dipenuhi Seniman Beladiri bukanlah tempat yang damai, jika Han Shen tidak ingin takdirnya dikendalikan oleh orang lain maka lebih baik dia berjuang untuk menjadi lebih kuat lagi dan melangkah ke menjadi seorang Master.

Keesokan paginya Mang Wu membawa tiga orang anak buahnya dan pergi bersama dengan Han Shen menuju tempat Pria itu. Han Shen tidak tahu cara menunggang kuda jadi dia hanya numpang dibelakang salah satu Bawahan Mang Wu.

Mang Wu sedikit meragukan Han Shen dan dia tidak tahu apakah keputusannya sudah benar atau tidak dengan membuat Han Shen melawannya. Setelah mereka naik keatas Gunung tiba-tiba saja Mang Wu berhenti.

"Tepat disana atas sana ada sebuah Gua dan Ketua bisa menemukannya." Mang Wu terlihat takut jika harus pergi bersama.

Han Shen turun dan merapikan pakaiannya, "Jika kau memutuskan untuk melakukan sesuatu maka setidaknya lakukan sampai akhir dengan berani. Kalian berempat tetap dibelakang dan jaga jarak aman agar tidak terlibat, ini tidak akan memakan waktu lama."

Han Shen memegang Pedangnya dan naik dengan cepat diikuti mereka berempat, lolongan Serigala yang keras membuat tubuh mereka gemetar dan Han Shen juga sedikit takut sebenarnya. Tapi tidak ada alasan untuk mundur dan dia memegang Pedang berkarat Asura.

Kedua Serigala berbulu merah dengan ukuran yang cukup besar berdiri didepan Gua, Han Shen juga baru saja tiba dan melihat keduanya membuat Han Shen ingin bergegas membunuh.

"Hei Iblis sialan... mau keluar sendiri atau aku seret kau seperti anjing." Teriak Han Shen dengan nada yang sombong.

Langkah kaki terdengar dan sosok Pria keluar dari dalam Gua, kepalanya yang botak sedikit menyilaukan dan melihat pakaiannya itu seperti seorang Biksu yang biasanya ada di Kuil.

"Anak muda kesombonganmu sudah berada diluar batas. Baru kemarin mereka mengirim tiga Gadis dan sekarang ada Anak liar yang mengataiku." Biksu Jahat itu menyipitkan matanya dan terlihat tidak senang.

"Oi Biksu apa maksudmu dengan meminta tiga Gadis untukmu. Kau itu Biksu dan seharusnya memberikan contoh yang baik dengan ceramahmu, tapi kau terlalu bernafsu bukan untuk mengurus tiga Gadis yang barus setiap bulannya." Han Shen mengacungkan Pedangnya dan melontarkan perkataan yang kurang ajar.

"Biksu ini seorang kasim dan mereka bukan digunakan seperti apa yang Anda pikirkan, darah mereka sangat penting dan hidup mereka harus berarti jika ditumbalkan." Ucap Biksu itu dengan tenang.

"Pftt... maaf-maaf." Han Shen menahan tawa dan berkata, "Sudah botak, jelek dan jujur saja aku merasa kasihan kepadamu karena tidak punya peni....."

*Bang.*

Biksu itu terlihat sangat marah dan secara tiba-tiba menyerang Han Shen dengan telapak tangannya, tenaga dalam yang kuat mendorong Han Shen kebelakang dan membuatnya muntah darah.

"Mulutmu itu benar-benar rusak dan harus dirobek." Biksu itu melambaikan tangannya dan kedua Serigala Merah melompat kearah Han Shen dengan taring dan kuku yang tajam.

"Kau sedang bermain dengan kematianmu." Han Shen tersenyum dan bilah Pedang dialiri Qi.

Pergerakan Han Shen sangat cepat dan sebelum kedua Serigala itu mencapainya tubuh mereka sudah ditebas dengan mudahnya. Darah berceceran ke tanah dan Han Shen tidak menghentikan fokusnya.

"Langkah awan yang mendominasi." Han Shen menghentakkan kakinya ketanah dan bergerak dengan cepat kearah Biksu itu.

Pergerakan Han Shen yang cepat dan langkah kaki yang akurat membuat satu bayangan lain tentang dirinya. Tebasan Pedang yang beruntun tidak dapat dilihat oleh mata Biksu itu dan bahkan bayangan yang Han Shen ciptakan seolah memang nyata.

Tubuh Biksu itu tercerai berai dan dia mati tanpa bisa melakukan apapun, Han Shen terdiam sejenak dan keempat Bandit yang bersembunyi dibelakang hanya bisa membuka mulut mereka karena terkejut. Ini tidak layak disebut sebagai pertarungan melainkan adalah kemenangan sepihak, Ketua mereka sangat kuat dan bahkan tidak terlihat lelah sedikitpun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status